Monster

35.4K 4.1K 1K
                                    

"Key, lo nggak apa?" pertanyaan Billy membuat Key menoleh. Mata cokelatnya menatap sahabatnya beberapa detik. Key menggeleng pelan. Dia tersenyum kikuk lalu melihat layar ponselnya.

"Gue baik-baik aja."

"Jadi jalan sama yang lain, kan?" Billy berdiri sambil menggendong tasnya, "mumpung kita cuma sekolah setengah hari. Kalo pulang sore lo nggak pernah bisa main."

Key melihat jam dinding. Ya, baru pukul satu siang. Biasanya Key pulang jam lima sore, dilanjutkan dengan les bahasa inggris, Key baru sampai ke rumahnya jam tujuh malam.

Key masih punya waktu bermain, sebentar.

Setidaknya ... jarang-jarang dia punya waktu bebas seperti sekarang.

"Iya." Key berdiri, dia tersenyum lebar. Sudah lama sekali sejak Billy melihat sahabatnya menunjukkan wajah seceria sekarang.

Ya. Mereka sudah bersama sejak kecil.

Tapi, setelah kejadian nahas lima tahun lalu, Billy sulit sekali melihat Key yang mengulas senyuman lega.

Ya ....

Semuanya ... di awali saat Aldo ... nyaris mati untuk menyelamatkan Key Diana.

CERPEN / ONESHOOT/ HANYA 1 CHAPTER

Queen Nakey present

Plot inspiration : Harada

Aldo-Key Another Stories

CERITA TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN CERITA DENGAN CAST ALDO-KEY YANG LAIN

YANG MASIH NANYA DAN NAGIH UPDATE-AN ARTINYA BUREM. :P

"Matiin aja hapenya." Billy memberi saran saat sesekali Key akan menengok ponselnya. Billy sedang menyetir, Key duduk di jok samping kemudi. Sakira, Sam, dan Rima duduk di jok belakang.

"Gimana kalo Kakak nelpon?" tanya Key parau. Tangannya gemetaran. "gue-"

"Matiin, Key. Lo juga butuh udara bebas. Oke? Sehari aja." Billy selalu dibuat khawatir. Hubungan yang mengikat Key dengan Aldo sejak awal tidak sehat. Billy bahkan tidak pernah suka pada kakak kelas atau lebih tepatnya alumni sekolah mereka tahun lalu.

Aldo tidak pernah membiarkan Key menghirup udara bebas. Dia selalu menjadi bayangan, mengingatkan Key kalau cacat yang saat ini pria itu derita, semua untuk menyelamatkan Key Diana.

Key menurut. Dia mematikan ponselnya. Dia bertanya lagi, "Gue ... apa yang gue lakuin udah bener?"

"Hm." Billy mengangguk. Dia mengusap kepala Key sekilas, "gue ... justru berharap lo bisa lari sejauh mungkin dari dia."

Billy mencengkeram setirnya kuat, "Dia ... kayak psikopat."

"Kakak nggak kayak gitu." Key meralat. Dia menunduk lagi dan mengimbuhkan, "Kak Aldo itu ... dia baik, lembut, perhatian. Dia bener-bener sayang sama gue. Kalo sekarang dia lebih banyak butuh gue, selalu pengin gue ada di sisi dia. Itu wajar, kan?"

Key tersenyum kosong, "Gue yang bikin dia nggak bisa hidup normal lagi. Dia punya cita-cita jadi pemain bola profesional, dia jago berenang, dan beberapa kali menang lomba. Kakak juga jago tenis dan bulu tangkis. Tapi gara-gara gue-"

"Bukan salah lo, Key-"

"Itu emang salah gue!" Key menjawab cepat, setengah berteriak. Membuat ketiga temannya terkejut. Key tersenyum, dia menunduk lagi, "semuanya salah gue."

MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang