3. Hari Libur

136 37 4
                                    

Akhirnya hari yang ditunggu Haura tiba, ia terlalu bosan dengan hiruk pikuk suasana sekolah. Dulu ia selalu antusias pergi ke sekolah untuk menggali ilmu dan bertemu dengan teman-temannya. Tetapi, kini sekolah menjadi tempat yang sangat tidak ia harapkan, tempat yang begitu menyeramkan, lebih dari kuburan.

Haura keluar kamarnya dan menghampiri Bu Sri yang sedang berkutat dengan pekerjaan dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Assalamu'alaikum Bu Sri, wahh...kayanya enak nih sarapan pagi ini." Ucap Haura sambil menghirup masakan Bu Sri yang masih berada di atas kompor.

"Wa'alaikumsalam Non, ehh...Non Haura ngapain to kesini? Udah laper ya Non?" Jawab Bu Sri, khawatir dengan Haura.

Haura terkekeh, memperlihatkan barisan giginya yang bersih dan rapi, "gak kok Bu, jangan panik gitu ihh lanjutin aja masaknya biar aku bantuin ya."

"Gakpapa Non, biar Mbok Sri aja." Jawab Bu Sri dengan bahasa jawa medoknya.

Haura kembali terkekeh mendengar suara Bu Sri yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia tetapi masih dengan logat bahasa Jawanya yang kental.

"Ajarin aku bahasa Jawa dong Bu," pinta Haura tiba-tiba.

Bu Sri tersenyum malu, "ahhh, si Non bisa aja. Nanti juga Non bakalan terbiasa kok, secara ndak langsung pasti bakal bisa bahasa Jawa sendiri, kan lingkungan disini kebanyakan pake bahasa daerah to?" Ucap Bu Sri sambil mengocok telur yang akan di buat telur dadar kesukaan Haura.

Haura hanya manggut-manggut membenarkan perkataan Bu Sri.

"Oiya, Bu Sri tau gak tempat wisata di Yogyakarta yang asyik itu dimana sih Bu? Haura bosen kalau harus diem di kamar mulu."

Bu Sri terdiam beberapa detik sambil mengingat tempat wisata di Yogya yang ia ketahui. "Ooo...iya, Mbok tau Non, itu tempat yang rame pengunjung kalau ke Yogya Non, namanya Malioboro."

"Eh, iya Bu aku tau tuh Malioboro tapi belum pernah kesana, nanti malam temenin aku kesana ya Bu, kan kerjaan Bu Sri udah beres kalau malem, itung-itung kita refreshing Bu," ucap Haura antusias.

"Siap Non, mbok bakal temenin Non Haura kemana aja yang penting Non seneng. Tapi, nanti bapak marah ndak Non?" Ucap Bu Sri.

"Tenang aja Bu, nanti Haura telpon papa untuk minta izin."

Setelah mendapatkan izin dari papanya lewat telepon siang tadi, Haura memilih untuk istirahat di kamarnya. Haura ingin nanti malam acara refreshingnya menyenangkan tanpa ada rasa kantuk di jam 10 malam. Karena itu adalah kebiasaannya setiap jam 10 malam matanya sudah terpejam, berharap mimpi indah akan menyapanya.

"Bu, udah siap belum? Aku udah siap nih," panggil Haura antusias pada Bu Sri karena sudah tak sabar untuk pertama kalinya ia keluar rumah selain ke sekolah yang amat sangat menyeramkan itu. Bukan, bukan sekolahnya tetapi siswa-siswi yang selalu menatapnya seperti melihat monster itu.

Ceklek... beberapa detik kemudian pintu kamar Bu Sri terbuka, menampakkan penghuninya yang sudah siap mengiringi Haura pergi mencari udara segar di Yogya.

"Wah, Bu Sri ternyata cantik ya kalau udah dandan rapi kaya gini." Puji Haura pada Bu Sri, yang ditanggapi Bu Sri dengan senyuman malu-malu kucing.

"Eh..si Non iso wae," Bu Sri cekikikan.
Haura terbengong dan mengernyitkan dahinya.

Bu Sri yang mengetahui bahwa Haura tidak mengerti ucapannya tadi terkekeh lalu mengulang perkataannya tadi, "maksud si mbok, si Non bisa aja muji mbok kaya gitu. Kan mbok jadi malu Non."

Kini Haura manggut-manggut, lalu menarik tangan Bu Sri karena sudah tidak sabar untuk sampai ke tujuan.

"Ayo Bu, nanti keburu malem loh."

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang