Bagian 2. Tanda tanya besar.

4 0 0
                                    

Seperti malam malam biasanya aku tidur dikamarku dengan lampu redup, kutarik selimut dan perlahan mulai terpejam menuju lelapku.

Aku terbangun setelah bermimpi sekitar jam dua pagi.

"Mimpi itu datang lagi"

"Mengapa lagi lagi mimpi ini"

Aku selalu bertanya tanya mengapa aku kerap kali memimpikan hal yang sama, aku berdiri di hamparan padang rumput dengan tumbuhan tumbuhan kecil aneh yang tak pernah kulihat di bumi, warna langitnya berbeda, ini seperti planet yang berbeda dengan hujan abadinya.

Mimpiku selalu sama, aku selalu sendirian menatap luasnya hamparan rumput dan langit hijau kebiruan dan sedikit bias cahaya merah muda di ufuknya, yang anehnya tempat ini selalu dalam keadaan sedang hujan gerimis namun hujan yang berbeda, karena air hujan tidak jatuh dari langit, tapi air keluar dari pori pori tanah dan melayang bebas ke langit luas, atau lebih tepatnya hujan yang berlawanan arah dari hujan pada umumnya.

Aku selalu saja terbangun dan sulit tertidur kembali setelahnya, karena mimpi ini selalu datang dengan gambaran yang sama, sampai seakan akan aku nyata hidup disana, merasa nyaman dan tak merasa asing dengan planet itu.

Tak ada seorangpun disana hanya ada aku, rumput, tumbuhan aneh, dan langit luas.

Aku tak tau pasti kapan tepatnya pertama kali aku memimpikan tempat ini, yang aku tau mimpi ini sudah sejak lama dan sangat sering hadir di tidurku.

Kucoba kembali tidur namun aku tetap saja tak bisa terlelap, mungkin aku butuh sedikit aktifitas seperti minum atau makanan ringan, dan akupun merealisasikan pikiranku itu.

Perlahan kubuka pintu kamarku agar tidak terdengar suara berisik, karena takut membangunkan ayah dan segera menuju ke dapur untuk mengambil beberapa biskuit dan segelas air putih.

Lampu di dapur masih menyala, kulihat ayahku sedang duduk sambil memegang foto ibu.

"Yahh, pasti ayah rindu ibu kan?"

Ayahku kaget sambil mengusap air matanya "celia, sejak kapan kamu berada disana? hmm iya aku rindu ibumu, dulu kita makan bersama disini, dulu saat kamu masih kecil kita banyak menghabiskan waktu disini, membuat kue dan bercerita, rindu terkadang sering datang saat malam begini celia"

Aku tau pasti berat sekali bagi ayah kehilangan ibu, begitupun aku, ayah sering terlihat menangis dan sesekali berbicara pada foto ibu.

"Mengapa kamu belum tidur celia?"

"Tadinya sudah yah, tapi aku terbangun dan sulit kembali tidur, kupikir sedikit biskuit akan membuatku lelap setelahnya"

"Apa kamu bermimpi tentang tempat itu lagi?"

"hmmm yaa begitulah yah" Ayah sering mendengar ceritaku soal mimpiku ini namun ayah hanya menanggapinya sebatas kalau mimpi hanya bunga tidur.

Berbeda dengan ibu dulu, saat kuceritakan mimpiku ibu selalu bertanya atau berpendapat "apa hujannya kelihatan nyata?, apa disana menyenangkan?, lain kali ajak ibu kesana agar kamu tak sendiri celia" ibu selalu membuatku tenang setelah bercerita dan ibu berpendapat kalau tempat atau planet itu begitu menenangkan.

Setelah kami memakan beberapa biskuit  dan minum susu hangat ayah menemaniku tidur, baru kali ini aku dan ayah tidur bersama setelah ibu tiada, mungkin biasanya ayah sering menyembunyikan sedihnya dimalam hari dan memutuskan untuk tidur sendiri.

*******************

Ayam sudah berkokok menyambut matahari, seperti biasa aku dan ayah bersiap siap untuk kembali ke rutinitas kami biasanya, ayah bekerja di pabrik sedangkan aku ke toko roti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manusia FavoritkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang