Siang ini saatnya jam pelajaran Biologi di kelas Chelsea. Akibat sang guru tak kunjung datang membuat hampir seisi kelas gaduh karenanya. Tetapi gaduh saat guru mapel tidak datang, tidak berlaku pada Pritha yang dengan tertibnya mengerjakan tugas yang guru piket berikan.
Mata Chelsea sayu. Dia pusing jika menatap layar ponselnya terlalu lama. Dia berpikir sejenak. Jika dia ikut mengerjakan tugas dan dia bergabung pada Pritha, maka pusingnya akan semakin parah.
Seketika ponselnya bunyi. Terdapat pesan dari Ezra, sang kekasih. Isinya,
Pcr:3
Kl jm kos g mw ngrjn tgs, mdg tdr!
Brsn gw lwt kls lo. Mkny gw tw kl lo ngntk.
Tidak terlalu buruk. Pikir Chelsea. Chelsea menaruh ponselnya di loker. Ia pun meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangan kanan ia jadikan bantal. Sampai dia terlelap di alam bawah sadarnya.
"Chel. Minta tipex dong," ujar Pritha tanpa menoleh ke samping.
"Masa tipex yang gue beli kemaren udah dicolong gitu aja, kan kampret." Pritha mulai ngedumel seendiri. Tiba-tiba cowok berkacamata di depan mejanya menoleh ke arahnya. Melempar tipe-x warna merah asal yang penting jatuhnya ke meja Pritha. Jelas Pritha kaget dong.
"Heh! Sopan dikit dong, kasih baek-baek. Asal ngelempar aja. Emang gue tempat sampah?" omelnya membuat cowok itu menatapnya.
"Maling kok nggak bilang-bilang yang punya," lanjut Pritha seraya membenarkan kacamatanya yang melorot.
"Berisik." ujar cowok itu sengit. Sebenarnya Farel ingin mengoreksi ucapan Pritha barusan seperti... "Yakali ada maling ngaku mau maling barang ke yang punya barang. Auto babak belur lah." tapi tidak jadi. Tidak penting juga.
"Idih, cupu aja belagu lo! Mau baku hantam, ha?" balas Pritha. Farel malah merogoh kotak pensil milik Pritha.
"Nih cermin, buat lo." kata Farel sambil memberi Pritha sebuah cermin yang tadinya ada di kotak pensil Pritha. Setelahnya ia langsung melanjutkan mengerjakan tugasnya yang tertunda.
"Makasih tapi ini emang punya gue," Pritha memasukkan cerminnya ke dalam saku kemeja. Dari depan Farel kembali bersuara.
"Tau nggak maksud gue ngeluarin cermin dari kotak pensil lo?" tanya Farel tanpa menoleh.
"Emm.. lo pengen maling cermin gue kaya lo maling tipex gue? Tapi takut ketauan terus sengaja di kasih ke gue dengan alasan ini buat gue?" ujar Pritha dengan satu helan napas saja.
"Bagus.." Farel berbalik badan kemudian memberi Pritha tepuk tangan.
"Harus dong." Pritha senyam-senyum sendiri. Dia senang jika sudah di puji seperti ini. Yah, padahal dia tau jika setelahnya orang yang memujinya akan merubah pujian tersebut dengan ejekan yang biasa Pritha dengar.
"Bagusnya kelewat bego!" kata Farel sinis. Pritha menatap Farel dengan tatapan menantang.
"Gue ngasih lo cermin buat ngaca! Sadar sama omongan lo ke gue dua menit yang lalu. Lo itu cupu!" lanjut Farel. Sungguh rekor bicara terpanjang mengingat Farel tidak suka bicara. Hal itu nyaris membuat Pritha terkejut senang sedikit kesal.
Pritha membenarkan letak kacamatanya lagi. "Kalo gue emang cupu lo mau apa? Cupu kok ngatain cupu! Dasar cowok sensi!" amuknya.
Farel menghela napas kemudian berbalik badan menghadap ke depan. Dia menarik kursinya maju lalu melanjutkan mengerjakan tugas yang di beri guru piket. Sedangkan Pritha bangkit dari duduknya menghampiri meja Farel dan berhenti di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKCT : Siapa Kita? Cuma Temen
Teen FictionDari judulnya aja udah ketara kalo ini cerita tentang FRIENDZONE. Ya, berada di lingkup pertemanan memanglah nyaman, apalagi jika keduanya saling melengkapi. Namun, bagaimana jika keduanya saling berkomitmen hanya untuk menjalin pertemanan saja? Tan...