Bagian 1 (siapa dia?)

3 0 0
                                    

dretttt...dretttt..!!!.

suara bising handphone mungil itu membuyarkan obrolanku dengan teman-teman sekamarku.

"halo". Sapaku setelah memencet tombol bergambar telepon sebelah pojok kiri di hp jadulku.

" halo, assalamu'alaikum". Jawab seorang cowok dari seberang .

" Waalaikumsalam, siapa ya?". Tanyaku.

" aku Raka ".

" Raka?". Tanyaku meyakinkan dan coba mengingat-ingat (perasaan gua gak punya temen yang namanya Raka).

" Iya mbak". Jawabnya lagi.

" ada apa?".

Entah apa yang kita bicarakan saat itu, yang aku ingat percakapan itu sungguh tidak berfaedah. Gak Jelas. Dan sebenarnya aku malas meladeni. tapi coba aku dengerin dulu. 

" emang ini raka mana ?" tanyaku penasaran.

" anak asrama. anak baru". Jawab seseorang dengan suara yang berbeda.

" hah?, siapa lagi ni?" tanyaku lagi yang mulai kesal karena aku merasa seperti dipermainkan

" yusron mbak."

" hadeh, yusron siapa lagi". Kuputar dua bola mataku yang isyarat malas sekali rasanya melanjutkan dialog yang sama sekali tidak jelas ini!.

Terdengar banyak suara sedang berdiskusi yang sepertinya suara itu berasal lebih dari dua orang dan aku yakin mereka ikut menguping dan bermaksud untuk ikut nimbrung.

" mbak brek?, sapa seorang cowok dengan suara berat yang tentu saja berbeda lagi dari dua orang sebelumnya. (mbak brek adalah panggilan akrabku di asrama)

"ya? Siapa lagi ini?, kok beda-beda sih!" sedikit kutinggikan suaraku karena darah dikepalaku mulai mendidih.

Aku lupa apa yang kita bicarakan. Tapi suara kali ini menarik perhatian teman sekamarku Risma. Adik tingkatku.

" mbak, kayaknya aku kenal suaranya" bisiknya.

Memang saat itu sengaja aku loudspeaker karena aku malas menempelkan ponselku ditelinga yang membuat Risma juga mau tidak mau mendengarkan pembicaraanku di telepon.

" emang siapa?". Jawabku penasaran.

" itu kayak suaranya Faiq". Tebaknya.

" Faiq yang mana?"

" faiq yang disenengin Kirana itu lo"

Yup. Kirana. kakak kelas Faiq yang menjadi salah satu orang yang mengaguminya.

" yang sering maju gara-gara ngantuk itu?". Memastikan.

Faiq memang sering dihukum untuk maju kedepan karena tertidur saat kegiatan.

"iya". Jawab risma

" yang kupluknya maju itu?". Tanyaku lagi memastikan tidak salah orang.

" iya mbak breeeek". Jawabnya meyakinkan bahwa jawabanku itu benar.

" halo?". Suara yang tampak mencari.

Lagi. Aku lupa apa yang kita bicarakan. Tapi aku ingat ketika itu mereka berbicara berebutan dan tidak jelas yang pada akhirnya aku putuskan untuk mematikan teleponnya.

Saat itu sama sekali aku tidak peduli siapa mereka. 

2

Malam itu aku memarkirkan sepeda motorku diparkiran depan asrama yang kebetulan letaknya pas didepan asrama putra. Lebih tepatnya asrama Faiq.

" lapo ngintip-ngintip Iq?" tegur Ahong teman seangkatanku yang pada saat itu berdiri disebelahku membantu memarkirkan sepeda motorku dan pada saat itu aku mengembalikan kamera DSLR nya yang aku pinjam.

Relflek. Akupun menoleh kearah orang yang Ahong tegur. Di balkon lantai dua asrama putra. Aku melihat Faiq yang cepat-cepat menarik kepalanya yang tadinya terlihat menjadi tidak lagi terlihat olehku. (faiq?). Entah mengapa, spontan aku tersenyum melihat tingkahnya.

Aku melepas helmku dan jaketku yang kemudian aku cangking masuk ke asrama. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 03, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ilusi nyataWhere stories live. Discover now