Bab Eight

9.6K 872 55
                                    

21+ Deleted

Sakura membuka mata perlahan. Dia mendorong pelan tubuh Sasuke dengan sisa kekuatannya. Sekuat tenaga memasang wajah seperti biasa.

"Sudah selesai. Kita impas sekarang." kata Sakura ringan.

Sasuke melirik Sakura. Dia menyingkir dari tubuh gadis itu. Merasa sedikit menyesal karena menyelamatkannya.

Tanpa bicara, setelah memakai celana dan mengambil kemejanya dia berjalan keluar kamar Sakura. Membiarkan gadis yang tidur terlentang memandang langit-langit kamar dengan tubuh telanjang dan pandangan kosong.

Sakura mengambil napas beberapa kali. Selain untuk menahan tangis juga untuk menguatkan diri jika itu memang salahnya. Kalau dia tidak memancing Sasuke, semua akan semakin membebaninya. Dia ingin lepas dari pria itu.

Sakura merubah posisi, tidur meringkuk dalam remang-remang kamar. Matanya menyorot pada gorden jendela kamar yang tertutup sebagian. Pancaran matanya terlihat kosong.

Dalam hatinya dia terus bergumam dan menekankan kata tidak apa-apa. Berharap dengan begitu kesedihannya berkurang. Namun yang ada malah semakin sakit ketika mengingat orang tuanya.

Air mata Sakura akhirnya menetes juga. Menuruni pelipis gadis itu. Ia menahan isakan. Menangis tanpa suara di ruang senyap tersebut. Hingga akhirnya Sakura tertidur lelap.

Dikamar Sasuke. Pria itu menyandarkan kepalanya di dinding kamar mandi. Helaan napas beberapa kali keluar. Matanya tertutup menikmati kucuran air shower yang membasahi tubuhnya.

Pikiran Sasuke sepenuhnya diambil alih oleh sosok yang baru saja dia tiduri. Entah kenapa dia bisa sekesal ini. Padahal biasanya dia tak berefek apapun menghadapi sosok seperti Sakura. Ya, wanita yang seperti itu. Suka main tarik ulur, sok jual mahal, dan suka pria tampan serta uang. Hah, di rayu sedikit saja langsung luluh.

Rasa penasaran Sasuke sirna begitu saja terhadap Sakura. Dia kira Sakura akan sangat menarik dan bisa dia permainkan. Namun nyatanya seperti yang lain. Mudah membuatnya bosan.

Sakura juga bukan gadis perawan, pasti banyak pria yang mencicipi wanita itu. Mengingatnya membuat Sasuke kesal sendiri. Fantasinya tentang Sakura yang masih gadis ranum salah besar. Hal itu membuatnya kecewa tanpa sebab. Salahkan sendiri dia yang terlihat umur belasan tahun dan seperti belum terjamah sekali pun.

Ah, pikiran Sasuke teringat pembicaraannya dengan Sakura sebelum dirinya diserang oleh kelompok para bajingan itu. Kalau tidak salah Sakura membicarakan tentang harga diri seorang perempuan. Gadis itupun juga menjawab santai tentang dirinya yang menginginkan tubuh Sakura sebagai imbalannya meski bukan secara terang-terangan. Jika diingat lagi, Sakura memang bukan gadis perawan karena ucapannya saat itu. Dia tidak ada kesan malu, canggung, atau apapun yang berkaitan dengan gadis perawan. Yang dilihat Sasuke saat itu hanya senyum kosong dan pancaran mata campur aduk. Antara sedih, marah, sendu, dan remeh.

Sasuke berdecak, dalam sekejap dia kembali merasa penasaran dengan Sakura saat mengingat percakapannya dengan gadis itu. Air mata yang tiba-tiba turun tanpa dia tahu artinya. Semuanya membuatnya bingung. Apalagi saat mata gadis itu bertemu pandang dengannya.

Emerald. Mata bening yang membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan dengan mudah setelah bersitatap. Sasuke merasa terpaku dan ingin terus memandangi mata cantik itu. Mata yang menjadi daya tarik tersendiri untuk Sasuke.

"Ck, sial."

Sasuke menjedukkan kepalanya. Ia menghela napas berat. Rasa bersalah sedikit merembet dalam hatinya. Tapi egonya mengatakan jika itu bukan hal yang harus dia pikirkan sampai seperti ini. Tapi...

Sasuke memilih menatikan kran. Dia harus menyudahi sesi mandi dan segera beristirahat. Ia juga tidak ingin kepalanya di penuhi oleh Sakura lagi. Dia tak menyangka jika wanita itu memiliki dampak buruk pada kepala Sasuke. Tahu begini lebih baik dia menhanyutkan Sakura saja.

Untuk pertama kalinya, Sasuke terusik ketenangannya yang disebabkan oleh wanita.

.
.
.

Sakura mengerjap saat merasa terganggu dengan sinar matahari yang menerobos masuk kedalam kamar. Ia membuka matanya yang terasa berat. Mendesah lelah ketika menyadari hari sudah pagi.

Sakura merubah posisinya untuk terlentang. Kepalanya terasa pusing. Tubuhnya pun tidak bertenaga. Tenggorokannya terasa kering dan sakit. Pandangan matanya pun berkunang.

Tangan Sakura bergerak memegang dahinya sendiri. Panas. Badan Sakura pun merasa meriang. Ah, sepertinya dia kembali demam.

Sakura mencoba bangun. Namun tubuhnya kembali tumbang. Ia benar-benar lemas. Kepalanya semakin sakit saat dia memaksakan diri untuk bangun. Tapi jika tidak bangun, dia akan dehidrasi karena kurang minum. Sakura sangat haus. Dari kemarin setelah menonton tv dia belum minum.

Akhirnya Sakura pasrah. Kondisi badannya tidak bisa diajak kompromi. Yang bisa dia lakukan hanya terbaring lemah dengan selimut yang membungkus tubuhnya yang masih telanjang. Tak ada pilihan lain, dia hanya bisa tidur lagi sekarang. Dan menunggu orang lain masuk kedalam kamarnya. Itupun jika ada yang masuk.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC...

Mr. Mafia : I'm Yours, Sir. |SasuSaku|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang