AFFAIR - 00

46.6K 1K 48
                                    






Pernikahan adalah sesuatu yang Rose benci untuk saat ini. Bukan tentang status yang akan ia sandang, atau siapa seseorang yang akan melangkah bersamanya saat membangun keluarga nantinya. Namun, prosesi dan segala macam adat dan persiapan adalah hal yang paling ia benci. Siapa manusia yang mempatenkan bahwa menikah haruslah mewah? Menyewa gedung, segala macam dekorasi, makeup, gaun indah, makanan nikmat, dan berdiri selama berjam-jam hanya untuk bersalaman, dijadikan tontonan dan bahan update snapgram? Rose akan menghajar manusia yang begitu suka hal rumit macam itu. Tapi jika yang meminta calon mertua, Rose pasrah saja, macam sekarang ini.

Kepalanya sudah sangat pening hanya untuk memikirkan bahwa sisa 13 hari lagi acara agung itu akan berlangsung. Gaun pernikahan saja sampai saat ini belum benar-benar siap. Salahkan mama mertuanya yang tak juga puas dengan hasilnya, padahal Rose tak mau yang mewah, namun.. sudahlah.

Semua hal dan detail kecil ia pikirkan matang, bahkan sampai detik ini Rose terus berlatih tersenyum, ia takut menjadi gunjingan jika senyumannya tak tulus karena lelah. Tak mau membuat nama keluarga calon suami dan mertua kecewa.

"Kau lelah huh?"

Memeluk lelaki yang berdiri dihadapannya, Rose menempelkan wajahnya pada perut sang lelaki. Nyatanya perut yang sering dibilang kotak-kotak macam roti sobek, tak sama sekali empuk macam roti. Namun setidaknya aroma lelaki ini membuat rasa lelah Rose menguar. Lelakinya, calon imamnya. Beruntung sang mama mertua tak meminta keduanya untuk dipisah alias pinggit, jika sampai itu terjadi, Rose tak mau menikah saja! Mana bisa ia berjauhan dengan lelaki ini?

"Abis ini kita balik deh janji, mama emang suka ribet sih. Kan ini juga pernikahan anak tampan satu-satunya," lelaki yang dipeluknya itu mengusap-usap rambut Rose sayang.

Kalau sudah diusap macam ini, rasanya Rose makin ingin memejamkan mata dan bergelung diatas ranjang. Kegiatan fitting baju pengantin sangat memakan waktu dan tenaga. Ditambah mama dari calon suaminya sangat perfeksionis, kancing kelebihan satu saja diprotes, padahal kan lumayan buat cadangan kalau yang satu lepas.

"Tapi temenin aku tidur ya? Jangan langsung pulang," rengek Rose.

Lelaki bernama Ivante Bagaskara, pacarnya sedari 7 tahun lalu itu mencubit ujung hidungnya, terkekeh geli lalu mengangguk setuju.

"Biasanya juga gitu, kamu mana bisa tidur sih kalau nggak meluk aku?"

"Iya, iya." cibir Rose lalu melepaskan pelukannya.

Ditatap Ivan calon suaminya dengan senyuman lebar, tak terasa 13 hari lagi mereka akan menikah. Rose tak perlu memaksa lelaki itu menemaninya tidur hingga ia lelap dan pergi setelahnya. Karena nantinya pasti Ivan akan selalu disampingnya, dipeluknya sampai pagi. Membayangkannya saja Rose sudah bahagia.

Menjadi yatim piatu sejak usia amat muda, 11 tahun. Membuat Rose tak pernah merasakan lagi hangatnya pelukan sang papa tercinta, yang selalu memeluknya tiap malamnya, dulu. Walau ia memiliki keluarga sambung, namun Rose sama sekali tidak bisa bertingkah manja dengan mereka, sungkan. Semenjak ia mengenal Ivan, Ivanlah yang selalu memberi pelukan untuk Rose. Ia bahkan tak bisa membayangkan, bagaimana nanti kalau Ivan pergi.

"Kamu inget janjimu kan? Kalau kamu keluar kota harus bawa aku juga?!"

Ivan tergelak, mengacak rambut Rose gemas, dicubiti dua pipi penuh kekasihnya itu.

"Iya sayang.... kamu udah ribuan kali ngomong itu loh,"

"Ya takutnya kamu pergi nggak ngajak aku, aku tidurnya gimana? Emang boleh aku cari yang lain?"

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang