Bagian 26

29.1K 1.7K 182
                                    

"Sil, gue harap Lo jangan ungkit masalah antara Lo, Aca sama Bagus dulu ya." Ucap Billa kemudian.

Silfi melirik Billa yang berjalan dari ekor matanya, itu peringatan yang sekian kali Billa ucapakan padanya. Separah itukah keadaan Aca hingga tak Silfi tak boleh ini itu, lagi pula Silfi tak akan membahas apapun jika saja Aca tak memulainya! Seperti saat Silfi memergoki Aca keluar dari ruangan basket bersama kekasihnya.

"Huh, semoga Aca maafin gue. Semoga kita bisa kayak dulu lagi, ya Tuhan serius gue ngerasa bersalah banget sama Aca gara-gara waktu itu."

Ya, setelah Billa mencoba menjelaskan kronologi bagaimana Bagus bisa selingkuh dengan Silfi waktu itu Billa merasa sangat bersalah. Tak seharusnya ia berpihak hanya pada satu orang, karena keduanya Adalah sahabatnya.

Hingga saat mereka berbelok Silfi menangkap siluet seseorang keluar dari salah satu kamar inap, Silfi mengenali siluet itu. Tapi- untuk apa dia disini?

Hingga Silfi semakin bingung saat Billa menghentikan langkahnya di depan kamar dimana siluet yang di kenalinya itu keluar.

"Ayo masuk." Ucap Billa setelah sekali mengetuk pintu itu.

Dan Billa juga Silfi memasuki ruangan inap itu, terlihat Aca tengah berbaring diatas tempat tidurnya dengan keadaan kacau.

Billa berjalan mendekat dan seketika Billa menahan tangisnya melihat betapa kacaunya Aca, Billa menyimpan kantung yang berisikan buah-buahan yang ia bawa diatas nakas yang berada di samping tempat tidur Aca dan menggenggam tangan Aca yang terbebas dari infus.

"Aca, maafin Billa ya." Billa tertunduk, air matanya menetes kemudian.

Ucapan Rafa terngiang-ngiang di kepalanya.

Flashback

Billa sedang berjalan menuju kelas setelah mengembalikan buku dari perpustakaan, hingga tiba-tiba seseorang menepun pundaknya membuat langkah Billa terhenti dan membalikan tubuhnya.

Rafa berdiri di hadapannya sekarang, dengan lingkaran mata yang terlihat jelas disana. Juga wajah lesu menahan kantuk.

"Gue mau ngomong sama Lo, bisa ikut gue bentar?"

Billa sedikit ragu, hingga ia menganggukkan kepalanya mengiyakan. Dan kemudian Rafa berjalan memimpin jalan sedang Billa mengekor di belakangnya, hingga kemudian mereka sampai di taman belakang sekolah.

"Duduk." Ucap Rafa saat ia mendudukan tubuhnya di sebuah kursi taman yang ada di sana.

Hening, cukup lama mereka diam membuat Billa sedikit tak nyaman.

"Jadi ada apa Raf?"

"Apa yang Silfi ceritain ke Lo sampe bikin Lo jatuhin Aca?"

Billa cepat-cepat menatap kearah Rafa, apa? Menajauhi?

"Gue gak jauhin Aca!"

Rafa menghela nafasnya, kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan melipat kedua tangannya didepan dadanya.

"Bill, gue gak tau masalah Silfi sama Aca murni karna Bagus atau ada sesuatu lain di baliknya. Tapi gue harap Lo bisa buka  mata Lo buat dua sisi, bukan membela satu sisi."

Billa menaikan sebelah alisnya, serius dia tak mengerti apa yang Rafa bicarakan.

"Posisi Lo sebagai sahabat, jadi gue harap Lo gak ngebela salah satunya. Lo harus bisa berada di tengah-tengah mereka, Lo maukan hubungan kalian baik kayak dulu lagi?"

Bila mengangguk, kemudian ikut menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Aca nangis pas Lo belain Silfi, dia benar-benar terluka. Dia ngerasa hidupnya udah gak ada artinya, apapun yang ia lakukan selalu salah. Dia ngerasa dia adalah orang yang paling salah di dunia ini, jadi gue harap Lo bisa balik lagi sama Aca dan rangkul dia. Gue tau Lo gak sejahat itu bill."

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang