"Brayen," lirih Alletta pelan menyadarkan Brayen bahwa sedari tadi tangannya masih memegang pergelangan Alletta. Brayen melepas tangannya dari pergelangan Alletta, "maaf."
"Ngak papa kok," ucap Alletta lalu tersyum, "Makasih ya."
Brayen menautkan alisnya sebelah, "Buat?"
"Lo udah nolongin gue," Bryan terkekeh pelan. "Gue ngak nolongin lo."
"Terus?"
"Tadi gue ngak sengaja narik tangan lo," ujar Bryan berdusta padahal ia sengaja menarik gadis itu agar menjauh dari Bella, Alletta meneguk salivanya. Ia malu karena kegeeran.
"Jadi tadi pas lo nahan tangan Bella juga ngak sengaja?"
Bryan terkekeh, "pikir aja sendiri, gue cabut dulu ya. Bye." Bryan meninggalkan Alletta sendirian. Alletta menatap punggung Bryan yang kian menjauh sembari berdecak kesal.
-00-
"Ta, jelasin sama gue, apa iya lo sama Bryan ada hubungan? Kok ngak cerita sih." Baru saja Alletta mendaratkan pantatnya di atas kursinya langsung dihujami pertanyaan oleh sahabatnya Gisel. "Iya Ta, kok lo ngak bagi cerita sih!" Sambung Yuki. Alletta memutar bola matanya malas. Sudah ia duga, pasti ini akan terjadi. Dan sedari tadi juga saat ia melewati koridor banyak mata yang tertuju padanya, dan tak sedikit diantara mereka yang Alletta dengar menggosipi dia. 'Dasar netizen!'
"Apaan sih, gue ngak hubungan sama si Bryan. Yakali gue suka sama dia. Kalian gimana sih, kalian sendiri tahu kan gue itu cinta mati sama my bebeb Darren." Jelas Alletta panjang kali lebar. "Dan soal di kantin tadi, dia itu cuman nolongin gue dari Tante Bella si kucing garong dan tanpa sengaja ia malah narik tangan gue." Mendengar hal itu Gisel dan Yuki hanya ber 'oh'ria.
"Ya, gue kira lo ada hubungan. Tapi kalau dipikir-pikir ya Bryan itu ngak kalah dari Darren. Bahkan Bryan itu lebih keren, secara ya dia itu jarang buat masalah ngak kayak Darren. Meski pun satu genk dengan Darren, Bryan itu ngk brutal. Cuman nih ya, dia cuek banget. Kalau ngomong irit 11 12 sama Darren." Yuki sepertinya berharap Alletta berpaling pada Bryan.
"Ihh, apaan sih. Darren yang terbaik, titik ngak pake koma." Kesal Alletta.
"Udah ah..jangan ribut. Noh lihat, si Jacky Chen udah datang." Jacky Chen yang Gisel maksud adalah guru matematika wajib mereka, Pak Jaka.
Pak Jaka memulai pelajarannya, semua siswa fokus memperhatikan. Mereka takut jika Pak Jaka tiba-tiba melontarkan pertanyaan namun tidak bisa mereka jawab. Bisa mampus mereka.
"Alletta," panggil Pak Jaka, namun Alletta masih larut dalam dunianya sendiri. Sejak tadi gadis itu hanya melamun, tidak memperhatikan pelajaran sama sekali. Gisel menyiku tangan Alletta, menyadarkan gadis itu dari lamunanya.
Alletta tersadar dari lamunanya, ia melihat sekeliling yang menatapnya, "Alletta!" Panggil Pak Jaka kesekian kalinya, gadis itu sedikit terkejut.
"I..iya Pak," jawabnya terbatah-batah.
"Berani kamu ya mengabaikan pelajaran saya." Alletta meneguk salivanya takut, entah dosa apa yang ia perbuat hingga ia harus apes hari ini.
"Maaf pak." Lirihnya pelan.
"Kamu pikir enak diabaikan ha?"
Ya ngak lah, kalau enak mana mungkin gue sakit hati pas diabaikan Darren batin Alletta."Kenapa diam? Dasar anak jaman sekarang pikirannya entah pada kemana. Yasudah sekarang kerjakan soal yang ada di buku paket hal 128 no 1 dan 3 di depan sekarang juga!" Alletta membuka buku paketnya membaca soal itu sebentar lalu maju ke depan sambil membawa buku paketnya dan mengerjakan soal itu, tak butuh waktu lama baginya untuk menyelesaikan soal-soal itu. Yah, meskipun Alletta seorang 'bucin' tapi otaknya cukup cerdas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Love
Fiksi Remaja"Aku menyukaimu sangat banyak, hingga aku lupa apa kurangmu. Aku mencintaimu dengan tulus meski luka menjadi imbalannya. Aku selalu mengejarmu meski kau tak tergapai olehku." Alletta "Dia gadis yang menyebalkan, selalu mengganggu dan mengikutiku hin...