TWENTY

3.4K 204 11
                                    

Kedua pasangan sudah sampai didepan hotel milik keluarga Walter. Mereka turun dari mobil.

Banyak wartawan yang didepan gedung itu sudah berkumpul. Mereka semua tidak ingin kehilangan kesempatan ketika melihat Revan dan Alea turun dari mobil.

Cekrek !!

Para wartawan dan fotografer disana mengabdikan pasangan tersebut. Ada yang mengeluarkan pertanyaan. Namun kedua pasangan hanya tersenyum ke arah kamera.

Enggan menjawab pertanyaan dari mereka. Masalah masa lalu selalu diungkit.

"Wah, kupikir kalian tidak datang." Adam menjabat tangan kedua pasangan. Revan hanya tersenyum tipis. Bahkan Alea sama.

"Merasa terhormat mengundang kami." Ucap Alea.

Revan mengangguk. "Ya. Namun ada dibalik mengundang kami dengan alasan lain?". Adam langsung tertawa pelan. Perkataan Revan ada benarnya. Alasan Adam mengundang mereka.

"Mungkin.." Adam melirik Alea. Mantan istrinya. "Rasanya susah sekali membujuk dia." Bisik Adam.

Revan tersenyum. "Dia tidak akan kembali dipelukanmu."

Tangan Alea mengusap bidang dada suaminya. "Sudah sayang. Jangan didengarkan. Ayo ketemu keluarga Walter lainnya. Permisi." Alea menarik suaminya dan menghindari Adam.

Adam tersenyum licik. Lihat saja dia akan membuat Alea kembali padanya.

"Terimakasih sudah datang." Keluarga Walker menyambut dengan baik. "Oh ya, bagaimana bisnismu Tuan Revan?" Rupanya Tuan Walker. Mantan mertua Alea menanyakan tentang bisnis pada Revan.

Mereka mengobrol tentang seputar bisnis. Alea terlihat bosan. Mengambil minuman sirup diatas meja.

"Kamu haus.." Alea hampir tersedak minuman. Adam terkekeh. "Maaf.."

Alea berdecak. "Kenapa sih?!"

"Gapapa. Kamu bahagia ya sama Revan?"

Alea melirik suaminya yang sedang mengobrol sama mantan mertuanya. Tersenyum. "Ya. Aku bahagia. Sangat bahagia." Alea kembali menatap Adam. "Bahkan Mas Revan selalu memberi kasih sayang dan perhatian denganku. Tidak pernah menyakitiku" Alea sengaja menekan kata terakhir.

Adam memaksa senyum. "Oh ya. Bagaimana aku masih cinta sama kamu. Bahkan ingin rujuk sama kamu, Alea". Ucap Adam pelan.

Alea sempat kaget. Namun kembali biasa aja. Apa katanya? Cinta?  Alea tertawa dalam hati.

"Maaf. Aku sudah memiliki suami. Aku tidak bisa kembali sama kamu lagi."

Alea hendak pergi namun lengannya di cekal. "Ingat! Aku akan merebutmu." Bisik Adam didekat telinga Alea.

"Apa mau mu?! Hah?!" Alea berteriak didepan Adam. Tanpa sadar membuat semua orang menatapnya. Bahkan Revan tidak sengaja melihat Alea marah dengan Adam.

"Katakan!! Apa maumu?! Aku sudah muak sama kamu. Denger tuan Adam, kamu sudah membuang berlian dan memilih kerikil. Semua sudah terjadi. Aku gak bisa kembali sama kamu."

Revan melangkah cepat. Memeluk istrinya. Menatap Adam tajam. "Kurang ajar! Jangan dekati istriku!."

Alea menangis dipelukan suaminya. Tangannya meremas ujung jas milik suaminya. Meluapkan amarahnya.

"Alea.." Adam hendak menyentuh pundak Alea. Namun Revan berhasil menyingkirkan.

"Maafkan putraku, Tuan Revan." Tiba-tiba Tuan Walker menghampiri dan menjauhi Adam dengan Alea. Merasa tidak enak.

Alea pingsan dipelukan Revan. Revan panik. Takut terulang lagi.

"Alea.."

Revan panik. Menepuk pipi Alea. Tidak kunjung bangun. 

Menggendong Ala brydal dan membawa pulang.

"Bertahanlah sayang.." bisik Revan.

♥️♥️

Revan membaringkan tubuh istrinya pelan. Agar tidak terbangun.

"Revan. Ibu panggil Dokter ya.." Ratna tiba-tiba masuk ke kamar. Melihat kondisi menantunya.

"Nggak usah, Bu. Paling bentar lagi Alea bangun." Matanya menatap istrinya yang sedang tertidur. Berharap cepat bangun. Tangannya menggenggam jemari Alea.

"Ya sudah. Ibu buatin bubur ya."

Revan mengangguk. Ratna pergi keluar dari kamar.

"Hhggh..." Alea membuka mata pelan. Memegang kepalanya. Terasa berat. "Aku dimana?" Tanya Alea pelan.

Tenggorokkan Alea terasa kering. Dia butuh minum. Revan langsung mengambil gelas berisi minum air putih. Alea meminum pelan.

"Aku pusing." Keluh Alea.

"Iya Sayang. Kamu pingsan setelah bertengkar sama Adam."

Alea terdiam. Menatap suaminya. Tiba-tiba menangis. "Kenapa hem??!!". Revan bertanya. Tangannya mengusap rambut Alea.

"Mas sudah tahu kok. Adam minta rujuk sama kamu kan."

Alea mengangguk.

"Dan kamu menolak"

Lagi. Alea mengangguk.

"Kenapa?."

Alea memukul lengan Revan. "Mas kok tanya gitu sih." Alea cemberut. Bukannya kalau menolak. Tandanya Alea cinta sama Revan. Kok balik tanya.

Revan terkekeh. Mencium bibir Alea sekilas. "Iya-iya sayang. Mas tahu kok. Mas juga cinta sama kamu."

Alea tersenyum.

Alea melihat Ratna masuk ke kamar. Membawa nampan berisi makanan.

"Bu.." Ratna tersenyum ketika Alea memanggilnya.

Ratna menaruh nampan di meja. "Makan ya sayang. Ibu khawatir sama kamu." Ratna mencium puncak kepala menantunya.

"Makasih Bu." Ratna melihat mata Alea seperti ingin menangis.

"Eh. Kamu kenapa?" Ratna panik. Meminta Revan minggir dulu. "Ada apa sayang?".

Alea menggeleng. "Aku sayang Ibu." Hati Ratna terasa hangat. Memeluk tubuh Alea.

"Ya sudah. Ibu ke bawah dulu ya. Kasihan Ayah sendirian." Alea terkekeh.

"Ya Bu." Ratna sudah pergi dari kamar.  Tidak lupa Revan menutup pintu. 

"Makan dulu." Perintah Revan. Alea mengangguk.

Beberapa menit kemudian. Makanan sudah habis. Alea terasa sudah kenyang.

Menyandarkan kepalanya di bidang dada suaminya. Nyaman banget disana. Revan sesekali mengusap kepala sembari mengabarkan klien melalui telepon.

Alea tertidur di pelukan suaminya.

"Mama.." Reina membuka kamar dengan wajah panik. Revan memberi isyarat dengan Reina agar tidak berteriak.

"Uupps.." Reina menutup mulutnya dengan kedua tangan nya. Matanya melihat mamanya sudah tidur dipelukan papanya.

"Kenapa?." Tanya Revan pelan.

"Kata Nenek. Mama tadi pingsan?." Ucap Reina. Revan mengangguk.

"Mama nggak papa kan, Pa?."

Revan terkekeh. "Kamu khawatir sama Mama?".

"Ishh Papa gimana sih. Ya jelas Rei khawatir sama Mama. Siapa tahu kan Mama hamil dan Rei punya adek."

Tiba-tiba Revan blank. Menatap istrinya tidur. Eh, hamil dan adek.

"Tapi Mama nggak muntah-muntah kok."

"Yah. Yaudah deh. Aku pengen punya adek, Pa."

"Iya-iya. Kapan-kapan ya."

Reina mengangguk. Mencium kening Alea. Lalu pergi dari kamar.

To be continued.

PAIN OF LOVE [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang