Eps.10

129 29 4
                                    

Jeno berpikir lagi, waktunya tersisa dua hari lagi agar dapat membawa Yeri pulang. Akankah dia berhasil? Entahlah pertanyaannya itu muncul di benaknya. Padahal baru kemarin dia meyakinkan Sohyun agar dia tidak ragu tapi sekarang justru dirinya sendiri yang ragu.

Waktu Jeno tersisa dua hari. Lalu- "Waktu Sohyun?"

Dan baru kali ini dia teringat akan waktu yang tersisa untuk Sohyun. Seingat Jeno, Sohyun datang lebih dulu darinya. Mengapa dirinya tidak pernah bertanya? Selama ini yang menjadi patokan hanya waktunya bukan Sohyun.

Jeno diam, jika di ingat sepertinya waktu Sohyun hanya tersisa satu atau dua saja. Jika sudah habis tidak mungkin bukan? Seharusnya Sohyun lupa. Tapi Sohyun tidak melupakan apapun. Jadi?

...

Baru masuk ke sekolah Jeno melihat Sohyun berjalan.

Jeno menghampirinya dengan menyapanya. "Sohyun."

Sohyun tersenyum, "Hay."

"Keliatannya ceria banget." ujar Jeno, dia melihat ada yang beda dari Sohyun.

"Sedih di omong, ceria di omong. Serba salah memang." ujar Sohyun.

"Heee." Jeno menyengir. Tapi kemudian dia melihat ke arah buku yang ada ditangan Sohyun.

"Buku apa?"
Begitu Jeno bertanya Sohyun langsung melihat ke arah buku di tangannya itu juga. "Bukan apa-apa."

Jeno menatap menyelidik. "Diary?"

Sohyun mengangguk.

"Buat nulis?" tanyanya. "Tumben, nulis? Dari kapan?"

"Kemaren." jawabnya.

"Nulis tentang apa?" tanya Jeno.

"Tentang semua di sini." jawabnya.

"Jadi lo sekarang udah yakin nih mau balik? Biar gak lupa masa ini lo sampe nulis gitu." ujar Jeno. Sohyun hanya tersenyum.

"Yeri percaya, gak ya?" ucap Jeno ke Sohyun.

"Katanya harus yakin, tapi kenapa sekarang lo yang bingung? Yakin aja." ucap Sohyun.

"Lo yakin banget, kenapa, tuh?" tanyanya.

"Gue ceritain ya." ucapnya.

Flashback,

Sohyun memasukkan bukunya ke dalam tasnya, tapi tidak dengan buku diary berwarna pink itu. Dia hanya memegangnya, banyak sekali yang ingin dia tulis. Sekarang baginya buku itu sangat penting.

Sebuah senyum kebahagiaan terpampang ketika dirinya menatap ke atas meja, bola kecil itu menyala terang. Tandanya Yeri sudah menyadarinya, Yeri sudah ingat. Dan berarti mereka berhasil.

Flashback off,

"Jadi, Yeri pasti inget? Yeri bakal balik bareng kita?" tanya Jeno bahagia.

"Iya." jawabnya.

Dengan rasa bahagia, Jeno langsung memeluk Sohyun. Kebahagiaannya tidak terbendung lag.

Sedangkan di sisi lain Sohyun terkejut dengan pelukan tiba-tiba dari Jeno, dia tidak tahu jika Jeno sebahagia itu dia akan memeluknya.

"Jen, diliatin." ujarnya.

"Gak pa-pa. Gue lagi bahagia." jawab Jeno.

"Jangan meluk juga." ucap Sohyun.

"Iya deh iya." Jeno melepaskan pelukannya itu.

"Dasar malu-maluin." desis Sohyun. "Yuk, ke kelas." Mereka melanjutkan langkahnya.

"Gue tahu lo bahagia kenapa." ujar Sohyun.

"Sama kaya lo, sahabatnya balik ya gue bahagia." ujarnya.

"Gak ada yang lain?" tanya Sohyun ke Jeno. Jeno terdiam, tentu dia paham arah pembicaraan Sohyun.

"Gak, kok." ucap Jeno.

"Oh." ucap Sohyun. Dia tidak mau melanjutkan perkataannya, lebih baik seperti ini. Lama-lama pasti Jeno sadar, tidak harus dia yang memberitahu bukan? Baginya itu sama saja menyakiti diri sendiri.

...

Sekarang mereka bingung. Bagaimana tidak, sejak tadi Yeri terus saja diam tanpa berkata apapun seperti kemarin. Dia tidak mengatakan apapun. Tapi bola itu sudah menyala terang, lalu apa lagi?

Bahkan sampai bel istirahat berbunyi-lalu bel masuk, Yeri tetap diam tanpa berkata apapun. Apakah Yeri memang belum ingat? Mana mungkin?

"Lo kenapa sih?" batin Sohyun.

...

Akhirnya bel pulang berbunyi. Ketika semua murid keluar, Jeno menghentikan Yeri.

"Yeri, lo bener gak inget kita?" tanya Jeno.

"Jangan pernah paksa gue." balas Yeri.

"Yeri lo bener gak inget apapun tentang persahabatan kita?" tanya Sohyun.

"Persahabatan apa? Omong kosong." balas Yeri. "Gue mau pulang."

Yeri pergi meninggalkan mereka.

Sohyun menatap Jeno, Jeno membalas tatapan itu dengan tatapan tajam. "Apalagi? Lo boong?"

"Gak, Jen. Gue gak boong." ucap Sohyun.

"Gak? Terus ini apa? Yeri inget apa? Yeri terima apa?" ucap Jeno.

"Bisa aja dia-" ucapan Sohyun terpotong.

"Apa dia boong? Cuma alesan lo doang." balas Jeno.

"Jen, percaya sama gue. Gue tadi bener liat bola itu nyala, terang Jen. Gue gak boong." ucap Sohyun.

Jeno diam tidak membalas, dia menunduk. Bahunya menurun.

"Gue tahu lo pengen liat gue itu yakin, liat gue bahagia tapi gak pake cara boong." ujar Jeno. "Lo pikir itu selesaiin masalah? Justru nambah masalah tahu, gak."

Sohyun tidak tahu harus bagaimana agar Jeno yakin. "Gue gak ada niatan buat boongin lo, Jen."

"Terus? Lo cuma mau buat harapan gue balik terus lo ancurin lagi?" ucap Jeno. "Gak guna tahu, gak."

"Jen..."

Time [END]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang