Jennie's side
Lisa...Lisa, Lisa. Nama yang bisa begitu saja muncul di kepalanya jika ia sedang tidak bersama dengan gadis asal Thailand tersebut.
Jennie yang tengah duduk di meja kerjanya terlihat tengah asyik dengan pikirannya tentang..siapa lagi kalau bukan Lisa?
Sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja yang tengah ia duduki, Jennie tersenyum. Matanya menatap ke arah jemarinya yang terlingkar sebuah cincin berlian disana. Ia mengusap cincin tersebut dengan senyum yang tidak sedikit pun luntur di wajahnya.
Bangga. Kata itu lah yang mendadak muncul dikepalanya jika mengingat tentang Lisa. Sudah terlalu banyak hal yang Lisa lalui; dengan, atau tanpa Jennie. Sampai akhirnya, Lisa bisa lulus dari universitas yang hasil yang membanggakan, dengan usahanya sendiri.
Dan setelahnya, secara resmi Mr Manoban mengadakan press conference dengan mengundang beberapa wartawan dari tiap media, baik media di Korea maupun media dari luar negeri untuk memberitahukan pada dunia kalau ia akan berhenti dari masa jabatannya dan memberikan seluruh tanggung jawab Group pada anak semata-wayangnya, Lisa.
Saat mengadakan press-con Jennie memang tidak ikut hadir, namun ia dengan jelas menonton tayangan press-con tersebut bersama dengan Jun. Dan sudah pastilah ia semakin bangga dengan tunangannya itu.
Kembali pada Jennie yang tengah asyik dengan pikirannya yang tertuju pada Lisa. Dengan mata terpejam, Jennie membayangkan hal-hal yang sudah ia lalui dengan Lisa. Mustahil, memang. Bagaimana bisa mereka berdua kini bersatu pada ikatan yang selangkah lagi menuju jenjang dimana mereka akan mengahabiskan hidup mereka, berdua. Padahal jika dipikir-pikir, dulu keduanya saling membenci satu sama lain. Rasa benci dan cinta memang tidak ada yang tau, kita pun tidak bisa memilih dengan siapa kita akan saling mencinta dan pada siapa hati akan membenci. Begitulah kata hati Jennie berbicara.
Kini hidupnya terasa sangat lengkap, tentu saja dengan Lisa yang selalu berada di sampingnya. Di tambah keberadaan Jun yang selalu dapat menjadi moodbooster-nya ketika ia dan Lisa terpisah karena kesibukan mereka masing-masing.
Saat tengah asyik dengan pikirannya, tiba-tiba ponsel Jennie berdering. Cepat-cepat ia mengambil benda tersebut di atas meja kecil di samping tempat tidurnya, dan tertera nama tunangannya disana.
Boo calling...
Jennie tersenyum sebelum akhirnya ia menempatkan benda kecil tersebut pada daun telinganya.
"yes baby?"
"hai J. Kamu udah makan siang?" tanya Lisa dari sambungan telpon,
"umm not yet? Kamu udah makan siang?" Jennie malah balik bertanya,
"wae?! Bukannya udah lewat jam makan siang? Aku baru selesai meeting, mau makan siang bareng?"
Jennie tersenyum mendengar nada bicara Lisa,
"kamu gak sibuk?" jawab Jennie,
Mendengar pertanyaan Jennie, Lisa malah terkekeh,
"J, come on...we've talked about it. It's about priority, and you're my priority, you know that" ucap Lisa dengan nada khasnya,
Jennie menggelengkan kepalanya, hatinya terasa hangat mendengar Lisa yang selalu secara vokal mengatakan hal tersebut padanya.
"okay then, I'll prepare" jawab Jennie,
"right baby, 20 min. Is that clear?" ucap Lisa,
"ayeaye captain!" jawab Jennie antusias.