Semua orang berlari mengelilingi lapangan. Katanya pemanasan sebelum olahraga tidak akan membuat nyeri atau sakit badan. Tidak untuk ku, aku malah memperhatikan zakif dengan arogannya memainkan dan memutar kan bola basket hingga masuk kedalam ring. Spontan aku berteriak sambil bertepuk tangan.
Semua orang melihat itu hingga aku sadar bahwa aku terlihat gila dan aneh ditengah semua orang yang diam. Aku nyengir gak jelas dan menutup muka beranjak pergi.
"Bodoh banget si lu zila, hampir aja ketahuan kalau lu suka sama zakif" batin ku.
Aku berjalan ke ruang ganti karena aku malas untuk kembali ke lapangan lebih baik rasanya aku berganti pakaian olahraga dengan seragam biasa. Saat selesai aku berkaca dan memperhatikan wajahku.
"Lo kok jelek banget si zila? Kenapa lo enggak bisa putih dan cantik kayak orang-orang di sana. Mana orang cantik lebih dihargai dan bisa punya pacar ganteng" maki ku didepan kaca.
Terdengar suara langkah kaki yang juga mendekat kearahku. "Kamu itu kenapa sih ngomong enggak jelas sendiri didepan kaca. " ucap jihan tiba tiba datang sambil mengibas buku didepan wajahnya.
"Gak ada gua cuma heran aja kenapa itu zakif enggak suka yaa sama gua?" tanya ku.
Jihan hanya tersenyum tipis, "lo pasti mikir karena lo burik iya?"
Aku mengangguk, "kan emang iya enggak?"
Jihan tertawa lepas dan memang pundakku. "Nazila olivia seharusnya lo berpikir kalau guaa itu cantik karena cantik itu dari hati bukan fisik" Ucap jihan pergi sambil mengambil baju nya.
"Gua tunggu lo dikelas" teriaknya.
Aku hanya mengangguk, kenapa semua orang tidak bisa cantik? Apa cantik itu hanya untuk mereka yang banyak duit? Atau aku emang tidak pantas cantik?.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure Membunuhku Perlahan
Teen FictionDewasa. Selalu dihina teman-teman ketika mempunyai gebetan ganteng dan keren itu sakit tau. Dikepoin dan di ghibahin itu nyesek. hingga membuatku putus asa dan ingin membuat ku bunuh diri eh bukan maksudku membunuh rasa insecureku. -nazila Copyrig...