Tiga tahun yang lalu, ketika alvi masih duduk di kelas 2 SMA, ia masih mengingatnya bagaimana lelaki itu berjanji akan selalu ada untuknya, bukan janji tapi lebih tepatnya berkata akan selalu ada, masih terbaca kata kata manisnya dalam memori otak alvi. Harusnya sudah berdebu dan tak kan terbaca kembali, nyatanya alvi sudah memiliki kemampuan sensitif kepekaan.
Saya tidak ingin berurusan kembali ya Allah, cukuplah kemarin, kuatkan hati hamba ya Allah.batin alvi
Sangat jelas di telinga alvi perkataan balya tadi, ia bergegas melangkahkan kakinya untuk keluar dari tempat itu.
Sampainya di kamar, alvi tak henti hentinya memegangi dadanya yang berdegup kencang, deguban yang tak biasanya, bukan seperti degub sebuah rasa yang special seperti yang mungkin bisa di rasakan oleh santri lain yang apabila mendapat perkataan yang notabenya harusnya manis karna dari seorang gus. Anehnya degubanya terlalu kencang, hingga wajah alvi pucat.Ya.. Alvi memang memiliki trauma yang dalam yang berkaitan dengan Asmara.
2 tahun yang lalu, ia pernah memiliki hubungan yang special dengan kakak kelasnya, khair namanya. Orang yang pernah mengusap air matanya ketika menangis itu harus pergi untuk selama lamanya.
Sore itu setelah kegiatan sekolah selesai, entah masalah apa yang menyebabkan pertengkaran dua remaja itu, yang ia ingat hanya sebuah kata yang terahir diucapkan khair
"Aku mungkin tidak bisa selalu ada untukmu, mungkin aku akan pergi sewaktu waktu dan Nanti kau akan ditemukan oleh seseorang yang tidak pandai pergi ", ah alvi mengingat permasalahannya, kala itu alvi menyadari bahwa tak mungkin ia dan khair bisa bersama untuk waktu yang lama, dan khairlah yang menginginkan sebuah perpisahan itu, alvi mencoba menerima alasan khair yang menurutnya tidak logis.alvi sangat mengingat kata kata itu sebelum ahirnya khair mengendarai motor matic scoopy nya melaju meninggalkannya di depan gerbang rumahnya.
Lalu keesokan harinya ia mendapat kabar bahwa khair telah meninggal atas peristiwa kecelakaan sepeda motor.
Betapa sangat terpukulnya ia, perkataan khair sore itu menjadi sebuah ucapan perpisahan yang terahir kalinya.Aah.. Alvi terlalu jauh untuk mengenang sosok khair, semenjak kejadian itu, ia sedikit trauma mengenai perbincangan tentang perasaan, rasa was was akan di tinggalkan terkadang membuatnya tidak memberi kesempatan untuk lawan jenisnya mendapat celah untuk bisa mengisi hatinya kembali.
"Saya terlalu Cinta dengan mahlukmu ya Allah, saya tidak ingin mengulanginya segera matikan rasa cintaku yang berlebihan terhadap hambamu ya Allah, saya hanya ingin belajar mencintai Mu ya Allah, meski saya bukan orang yang baik, setidaknya saya hanya menginginkan Cinta dari sang pemilik hidup, karna itu kekal, aku percaya janjimu ya Allah", alvi terisak isak, entah mengapa traumanya terhadap masa lalu yang bila difikir tidak berkaitan dengan sebuah sikap balya terhadapnya, tapi nyatanya perkataan manisnya yang menurutnya sebagai sebuah ungkapan yang tak biasa itu telah menggali kembali kenangan Indah sekaligus menyedihkan dimasa lalunya itu.
"Ada masanya manusia bisa memiliki sesuatu yang pada dasarnya hanya dipinjamkan untuk sesaat, setelah itu pasti ada masanya tuhan mengambil kembali setiap apa yang tuhan punya",lirih alvi sembari mengusap air matanya.
"Jangan dekatkan aku pada orang yang memang bukan untuk ku ya Allah, saya hanya tidak kuat menghadapi rasa kehilangan lagi ya Allah", doa alvi.*****
Apa yang sudah kuucapkan, apa ini benar benar diriku, apa aku terlihat terlalu seperti penggoda wanita, fikiran balya terlalu mengada ngada, entah lah, ia hanya merasa sedang tak menjadi dirinya sendiri, seperti telah ada yang mengubah dirinya, terlalu berani mulut nya mengatakan pada wanita itu kode tentang perasaanya.Semoga ia tak memahaminya, batin balya.
"Balya!! ",panggilan ibunya membuyarkan lamunan balya yang sedang asik melamun didepan monitor leptopnya.
"Iya mi! ",jawabnya sembari beranjak menuju arah suara uminya yang sepertinya diruang makan.
"Ayo makan, jangan nugas terus, lihat badanmu semakin tupis saja", ucap uminya yang membuat balya tersenyum tipis, uminya memang selalu saja perhatian padanya.
"Balya saja yang diperhatikan mi, angan tidakk?? ", ucap angan menuju ruang makan.
"Yaudah... Sini putra umi, ayo kita makan bersama, abimu ada pertemuan jadi kita makan bertiga saja",ucap umi dhani wanita paruh baya itu merangkul kedua putranya.
"Umi kangen kita ya? Kok ngerangkulnya kenceng banget",ucap balya lirih.
"Hehe.. Selagi umi masih bisa merangkul kalian nak, nanti kalau kalian sudah punya istri, mana mungkin kalian bisa sedekat ini dengan umi", ungkapannya dengan nada lembutnya membuat balya dan angan merasa tersentuh."Mii.. Angan dan bakya selalu ada buat umi, begitupun kelak istri angan dan balya mi.. Kita akan tetap dekat terus mi, jika raga tak bisa berdekatan mi, doa kami akan selalu kami istiqomahkan untuk umi",manis sekali ucapan angan pada uminya.
"Yasudah... Kalau begitu kalian berdua kapan mau ngenalin calon mantu buat umi? "
"Yaaaah... Ujung ujungnya maass..,kode lagi", spontan balya.
"Cari wanita yang sholehah dan bisa menghadapi orang tuamu, yang bisa nyorteni orang tuamu, insyaallah rumah tangga bakalan barokah dan tentram nak".
KAMU SEDANG MEMBACA
my coldest ustadz
Teen Fictiongimana rasanya jika kamu harus berurusan dengan seseorang yang kamu benci sekaligus harus kamu hormati karna ia adalah ustadz MU... itu lah yg di rasakan oleh Alvi santri baru ... apakah Alvi Bisa bertahan dg sikap dingin ustadznya...? let's reading...