Lembar Pertama

17 3 0
                                    

Prolog

Cinta itu, terkadang tak bisa ditebak kenapa ia singgah? Dan akan kemanakah hati ini berlabuh? Karena cinta itu adalah anugerah dari Allah SWT. Bisa saja orang yang tak terfikirkan diciptakan oleh Allah untuk kita cintai seumur hidup. Dan orang yang kita fikirkan bukanlah takdir cinta kita. Ingatlah! Sekenario Allah lebih indah dari apapun.

Aku tau...Allah lebih tau apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Maka dari itu, ku pasrahkan semua tentang hal jodoh, ajal, maut, dan rizki itu hanyalah Allah Yang Maha Pengatur Segalanya. Cinta memang tak pernah salah dan tak dapat kita pinta hati ini akan berlabuh pada siapa? Namun, meminta perlindungan dari jalan cinta yang salah itu, apa salahnya? Karena, tak sedikit orang yang dikecewakan oleh cinta yang salah. Ups...bukan cintanya yang salah. Tapi...jalan menuju cintanya itu yang salah.
Ketahuilah! Jika kamu cinta, rangkul lah ia dalam setiap sujudmu dan bisikkan namanya dalam setiap do'a malammu. Dekati penciptanya, jangan kau dekati makhluknya. Karena, hanya yang menciptakanlah yang Maha Menentukan segalanya.
Harapan kepada manusia seringkali berbuah kecewa. Namun, harapan kepada Allah lah yang menjanjikan bukti yang nyata. Jika kau belum sampai pada pengharapanmu, ketahuilah! Allah sedang menunda pemberiannya itu karena Allah masih merindukan dirimu mengadu dihadapan-Nya.

Syaqia Nabila Almahera

Masih proses permulaan belajar menulis. Jadi mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata. Dan jangan lupa untuk ikuti serta vote dan komennya ya.........
.
.
.
.
.

Terluka

Ditengah panas teriknya matahari, aku melukis penaku diatas lembaran kertas yang penuh arti. Tepat di saat ini, aku sedang berilusi dalam emosi. Entah satu rasa ini sedih atau bahagia? Aku tak pernah bisa membahasakan hati yang tengah emosi di depan sang penyejuk hati. Berlembar-lembar pena telah terukir menciptakan sebuah cerita. Saat ini...aku sedang jatuh dengan sejatuh-jatuhnya. Ambisi ku hampir pudar. Semangat ku pun hampir padam. Tak peduli orang lain berkata apa? Namun yang pasti saat ini hatiku sedang runtuh dengan seruntuh-runtuhnya.
Guratan pena memang telah banyak mengukir mimpi di negeri ini. Tapi...yang saat ini aku cari ialah ketenangan diri dan dukungan dari sahabat sejati. Entah apa yang dikata tercipta ataukah tidak? Hanyalah angan semu yang tak akan tercipta jika tanpa keyakinan di dada. Saat ini yang terasa, hanyalah lembaran kisah baru yang mewakili hati yang gelisah menghadapi pilihan ini.
Aku percaya bahwa janji Allah itu pasti. Dan aku yakin pilihan guru dan orang tua memanglah sesuatu yang tepat dan harus ku penuhi. Namun...hanya saja diri ini belum bisa membuka hati yang sempat terluka akibat cinta bisu yang ku ungkap kepada si tuli yang tak dapat mendengar cinta. Dan dia telah mentahtakan hatinya untuk seseorang yang telah ia pilih untuk menemani sepanjang hidupnya tanpa mendengar getaran cintaku yang begitu menggema. Sakit memang iya. Namun...apalah daya? Aku hanya bisa mencinta dan meminta tanpa bisa ku buat ia membalas cinta. Dia begitu sangat cerdas dan menghargai wanita. Dan dia merupakan seorang ustadz yang kerap kali ku ikuti kajiannya.
Muhammad Zain Al-Muzini, sesosok pria yang pertama kalinya membuat ku jatuh cinta dan membuatku tak sadarkan diri selalu menyematkan namanya dalam do'a.
Pertama kali aku mengenalnya saat menginjak kelas 1 'Aliyyah. Saat dimana dia sering mengajar dikelasku dan menjadi guru bagiku. Sering sekali kudapatkan ilmu dan petuah Ulama yang sejenak meluluhkan hatiku. Saat pembahasan pelajaran telah usai, sesekali ia menatap ke arah santri putra dan santri Putri sekedar untuk meyakinkan pemahamannya. Kedua mata teduhnya dan dengan kelembutan yang terpancar dari dalam dirinya membuatku selalu terpana kala menatapnya. Dan dengan bodohnya, aku mengira tatapan itu adalah untuk ku padahal sejatinya tidak.
"Astaghfirullahal 'adzim. Sadar Qia, sadar, itu zina fikiran namanya." Bathinku.
Setelah aku mengetahui tentang rencana pertunangannya, aku selalu mengikuti pelajarannya dengan fikiran yang tak menentu. Entah itu sebuah rasa cemburu ataukah apa? Tapi yang pasti yang aku tau tentang sosok wanita yang akan di khitbah oleh nya. Dia adalah kakak kelasku, namanya kak Amira Az-Zahra. Dia cantik, pintar, berbudi luhur dan sangat menghormati kedudukan wanita. Dan bagiku dia memang pantas untuknya. Fikirku pun seketika melayang ke ambang angkasa. Aku merasa ingin sekali untuk menghindarinya. Tak sanggup aku menatap kak Amira yang juga satu kamar denganku. Dan setiap saat aku berpapasan dengannya seolah ia telah menyibakkan luka dalam dada. Padahal sejatinya mereka tidak tau sebuah rasa yang menggema dalam hatiku. Dan semua ini adalah termasuk kesalahan besar bagiku telah berharap lebih dalam mencintainya. Sejatinya saat ini aku ingin berlari dan teriak sekencang-kencangnya bahwa aku sedang terluka. Namun aku sadar aku telah salah berharap. Harusnya aku simpan harapan itu pada sang kuasa. Dan yang aku bisa saat ini hanyalah berdamai dengan kenyataan walau berderai air mata.
.
.
.
.
.
.
.

Sedikit tak dimengerti....
Namun aku akan terus belajar menjalaninya walau masih banyak kekurangan dan kesalahan yang tertera dimana-mana....

Oh ya....
Jangan lupa ikuti terus kisahnya dan ditunggu vote and komennya yah....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lembaran Cinta SyaqiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang