"Coba jangan egois!" Teriaknya dan langsung pergi.
Dalam kalender sekolah, senin adalah awal sebuah minggu. Tapi hari ini menjadi awal minggu yang tidak baik.
Ary pergi meninggalkanku sendiri di dalam kelas setelah membentak. Cahaya sore bersinar masuk melalui pintu yang membelakangi matahari.
Seketika hatiku berat.
Ego? Apaan, sih! Dari dulu manusia emang nggak pernah berubah ke aku.
"Tch!"
---
Pertengkaran terjadi hanya karena perbedaan perspektif. Namun, yang paling membuat kelas adalah ucapan ego.
Ego itu Apaan sih. Aku nggak paham.
Disaat kepalaku berpikir berantakan, terbesit wajah seseorang yang baru kukenal.
Clarissa.
Dada dan kepalaku menjadi tenang. Sesekali kepalaku mengatakan, 'sudah lah dari pada mikirin tentang pertengkaran, mending mikir yang nyaman.'
Senyum, tawa, langkah, suara apa pun yang ia miliki aku ingat kembali.
Lalu tiba-tiba aku merasa ada yang lupa. Dengan menunduk aku berpikir keras.
Apa yang kulupa?
"Ngghh..." Gumamku yang sedang sendirian di dalam kelas bersama cahaya matahari yang masuk lewat pintu.
Lalu aku terpikir sebuah solusi apa yang sebaiknya aku lakukan.
Mendadak aku berlari kencang. Keluar dari teras. Melintasi cepat di lorong depan kelas. Tidak peduli jika aku terjatuh Dan cedera, yang penting...
"...aku bisa melihat wajahnya," gumamku sambil berlari.
Kuharap ia masih ada. Kata hatiku dengan berdoa.
Kakiku berhenti berlari dan tubuhku tertegun setelah melihat apa yang sedang matahari sinari.
Tawanya tidak terdengar jelas di telingaku, namun bergema di dalam hatiku. Senyum tawanya membuat mataku terbuka tanpa mengejap.
Kemudian bibirku tanpa kusadari melengkung ke bawah rapi dan menciptakan sebuah definisi senyum.
"Ah... Menenangkan." Ujarku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hai.
Baca aja terus:v
Ikuti sampai tamat juga!┻┳|
┳┻|∧_∧
┻┳|・ω・)
┳┻|⊂ノ
┻┳|∪
KAMU SEDANG MEMBACA
cahaya alam semesta: Pengakuan Arogan
RomanceSeorang pria sedang mengaku memiliki cahaya alam semesta. Dengan penuh arogan ia percaya. Lalu? Apa cahaya itu?