Aku Harus Kuat

21 1 0
                                    

#Aku_Harus_Kuat
#Part_1
Oleh: Vasyaa Habibah
Kisah nyata.

Tanggal dan waktu pernikahan sudah di tentukan.  Saat suasana ramai, dengan kedatangan para kerabat dari Mamah dan Papah sedang berkumpul untuk mempersiapkan acara kedepannya.
Entah apa yang aku rasakan saat itu. Antara sedih dan bahagia.

"Assalamualaikum. Bu,"seseorang mendatangi rumah kami.
Mamah nampak terburu-buru menyambut tamu yang datang.

"Eh, Kamu Kus, ayo masuk."

"Tidak usah Bu, Ngkus buru-buru, ini Ngkus ketitipan ini Bu, dari Bu Maryati,"ucap Engkus sambil menyodorkan sebuah amplop.
Dan Mamah segera menerimanya.

"Oh iya Ngkus, terimakasih ya, beneran nih nggak mau masuk dulu?"

"Bener Bu, lain kali saja. Mari Bu."
Mang Engkus pun terlihat berlalu.

Dan Mamah kembali berkumpul di ruang tengah.

"Pah, ini tadi si Engkus ngasih titipan dari calon Besan."

"Oh, ya sudah Mah. Buka saja sekarang. Kita itung bareng-bareng untuk keperluan Kakak Amel."

Terlihat para paman, uwa, kakek, dan yang lainnya nampak manggut-manggut tanda setuju.
Mamah pun segera membuka amplop tersebut, nampak uang kertas beberapa lembar di dalamnya, Mamah segera mengeluarkan semuanya.
Kini jelas sudah uang dalam amplop itu hanya sepuluh lembar, uang seratus ribuan.
Semua mata menatap ke arah Mamah dengan raut wajah kaget.

"Sejuta? Bu Maryati cuma kasih uang sejuta Mbak?"tanya pamanku.

"Ya, Allah. Mah, ko cuma sejuta? Cukup apa uang sejuta Mah?"sambung Papah.

Sementara yang lain pun ikut berkomentar, Mamah hanya terdiam melihat uang satu juta di pangkuannya. Terlihat wajahnya sedih, dan kecewa.

"Pah, bagaimana ini? Tidak akan cukup walaupun acaranya sederhana. Karena kerabat kita dan Bu Maryati yang hadir nanti juga akan banyak."

"Iya Mah, Papah paham. Tapi bagaiman lagi? Dia cuma ngasihnya segini."

"Apa perlu kita minta lagi Pah?"

"Jangan Mah, biarlah kekurangannya kita cari lagi."ucap Papahku terdengar menenangkan Mamah.

"Aneh banget Bu Maryati ini, katanya orang kaya? Masa mau ngawinin anaknya cuma ngasih sejuta?"ucap Kakekku bernada kesal.

"Iya. Kaya bukan nikahin ke anak perawan aja."ucap Wa Nanang ikut menimpali.

Aku hanya mendengarkan dari kamar. Aku tak tau harus berbuat apa? Aku kasihan melihat Mamah dan Papah, lagi-lagi aku harus merepotkan mereka. Ingin rasanya aku membatalkan semua ini. Namun undangan sudah terlanjur tersebar.
Acara pernikahan ini, terbilang terburu-buru, aku tak mengerti Bu Maryati ingin segera menikahkan aku dengan anaknya.

***

"Amelia, kita menikah secepatnya. Kamu mau kan?"pinta Adam, saat itu.

"Apa? Menikah? Aku baru lulus sekolah Dam."

"Tidak apa-apa Mel, Aku ingin kita secepatnya menikah. Karena Aku ingin membuktikan ucapan mereka tentangmu, itu salah."

"Ucapan tentang aku apa Dam?"

"Para kerabat dari Ibu, yang tinggal di kampung ini bilang, bahwa kamu tidak pernah serius dalam hubungan dengan lelaki. Kamu hanya memanfaatkan mereka yang beruang, lalu meninggalkannya."

"Apa? Dam. Aku meninggalkan mereka bukan karena itu alasannya. Tapi karena di antara mereka tidak satupun yang berani datang ke rumah ku. Mereka hanya ingin bertemu Aku di luar rumah, sedang Mamah dan Papah tidak menyukai laki-laki seperti itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Harus KuatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang