8

892 173 53
                                    

8 bulan yang lalu...

"GOOD JOB SEMUANYA!" seru Brian disambut tepuk tangan dari semua kru konser perdana Day 6 kali itu.

Untuk pertama kalinya, sebuah band yang dimulai dari UKM musik kampus kecil-kecilan bisa menjadi sebuah band idola favorite muda-mudi ibu kota dan menyelenggarakan konser pertama mereka di Senayan, Jakarta dengan tiket terjual habis.

"Gila, gue nggak nyangka kita bisa sejauh ini," Dowoon masih terbawa perasaan harunya. Ditatapnya stik drum nya dengan tatapan penuh kasih sayang sembari sesekali mengelusnya seperti anak sendiri.

"Bri!" panggil Jae. "Ada yang nyariin lo!"

Sepasang suami istri paruh baya memasuki ruangan, mereka orangtua Brian. Brian segera menghampiri orang tuanya, memeluknya erat terlarut dalam keharuan.

Tidak hanya Brian, orangtua Sungjin dari Purwekorto pun turut datang bersama pacarnya, Ayu. 

Dowoon lebih heboh, orangtua, kakak perempuan, sampai anjing dan kucingnya pun datang.

Tinggal Jae dan Wonpil yang duduk bersebelahan di sofa sembari memperhatikan ketiga rekan mereka yang sedang bercengkrama dengan keluarga mereka.

"Keluarga lo nggak dateng, Pil?" tanya Jae.

Wonpil menggeleng. "Nyokap gue di Tokyo, bokap gue di New York," 

"Kerad banget hidup lo, gan," respon Jae.

"Lagian kalo mereka lagi di Jakarta juga mereka nggak bakal dateng," tambah Wonpil sembari mengambil sebotol air mineral dan meneguknya. "bisnis mereka lebih penting dari gue," lanjutnya.

Jae mengangguk mengerti.

"Lo gimana bang?"

Jae tersenyum tipis. "Bokap gue nggak bakal mau dateng ke beginian," katanya. "lo kan tau sendiri dia nggak dukung passion musik gue. Dia cuma bangga kalo gue udah jadi pengacara, itu doang," lanjut Jae sambil tertawa kecil.

Jae memang seorang mahasiswa jurusan hukum yang tengah menempuh semester 6.

Wonpil menghela nafas. "Sejujurnya gue nggak masalah sih sama ketidakpedulian orangtua gue," kata Wonpil. "orang gue juga udah gede, udah bisa nyari duit sendiri,"

"Anjing sombong bener," Jae geleng-geleng. "tapi setuju sih,"

Wonpil tertawa. "Tapi bukannya lo punya adek? Apa dia juga nggak dukung musik lo?"

Jae menggeleng. "Nggak, adek gue beda sama bokap gue, dia suka musik," tutur Jae.

"Pertama kali gue ketemu dia pas umur dia masih 7 tahun, dan gue 10 tahun, dia minta diajarin main gitar, dan dari situlah kita mulai akrab," cerita Jae sambil tersenyum. "sayangnya sekarang kita nggak sedekat itu lagi,"

"Seandainya aja lo bisa lebih membuka diri sama dia, bang," Wonpil menyayangkan. "by the way, berapa umurnya sekarang?"

Jae berpikir sejenak. "Udah 17 apa 18 ya? Yang jelas dia lagi ujian kelas 12,"

"Cantik nggak adek lo?" 

Jae tertawa. "She's the most beautiful girl I've ever seen,"

Wonpil menahan senyumnya. "Bro you look like you had a big crush on her,"

"Maybe if she were not my sister,

Wonpil terbahak, Jae juga ikut tertawa. 

"Lo harus kenalin dia ke kita semua," kata Wonpil.

"Ya, kapan-kapan," 

"Kapan-kapan mulu anjir, keburu gue mati," canda Wonpil.

Jae terkekeh. "Nanti gue undang dia kalo kita konser di Eropa,"

Ghost of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang