Terkadang cahaya kecil lebih dihargai dalam kegelapan
Sore itu, hampa. Senja tak lagi sama, hanya terlukis langit hitam sesaat sebelum hujan tiba. Mungkin semesta berduka atas apa yang terjadi dengan kisah kita. Kamu mengajakku berjalan, lalu berlari meninggalkan ku sendiri. Aku tak rapuh. Aku tak mau semesta ikut kecewa. Simpan, diam dan rasakan. Hanya itu yang kulakukan, kesepian tanpa sadar matahari sudah menunggu kehadiran ku diluar. Aku tak mau terbawa ke jurang yang sama kesekian kalinya.
Sekedar cantik, tak menjamin karakter. Mungkin fisik membuat mata menatap namun karakter membuat hati menetap. Keindahan akan berlalu seiring berjalan nya waktu. Begitu juga dengan ku akan melupakan mu walau ku tau membutuhkan waktu. Itulah rasa yang kadang memaksa, bagai hitam dan putih yang tak pernah sewarna.
Kamu mudah pergi lalu, kembali. Aku berpikir ribuan kali untuk pergi dan tak ingin kembali lagi namun ku memiliki jiwa yang mudah luluh karena senyum manis mu. Tak perlu kau bertanya mengapa, seharusnya kau tau demikian. Aku belajar tentang air, berkali-kali jatuh tanpa sedikit pun mengeluh pada takdir. Tak ada awan yang selamanya mencegah matahari bersinar seperti bintang yang tak pernah meninggalkan langit hitam, walau langit jatuh cinta pada bulan. Sehabis langit hitam lahir pagi membawa keindahan. Aku percaya takdir-Nya akan selalu baik meski kadang perlu air mata untuk menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Utusan Langit Untuk Bumi-
Short StoryHujan seakan menjadi pengiring semesta, terasa air dari langit tak setetes pun turun, hanya debu dan kering yang melukis. Ranting menjadi saksi bahwa air tak pernah lagi menyentuh bumi. Ku tunggu langit hitam di lembah senja. Langkah ku berlari dala...