03. Move On Ra!

29 5 0
                                    

Arin menatap Rania aneh, kejadian langka yang kelewat langka itu ia tatapi.

Rania merubah penampilannya. Rambutnya dikuncir kuda, baju dikeluarkan, dan lagi tidak ada aksesoris berwarna pink.

"Lo waras?"

"Alhamdulillah, waras Rin."

Ia sentuh kening Rania. "Kok nggak panas?"

"Ra, sehat wal afiat ARIN!!" Rania menatap sebal.

"Terus? Ngapain lo jadi berubah kaya gini?"

"Ra, bukan jin. Yang bisa berubah bentuk." Arin mengedipkan mata beberapa kali seolah tak percaya.

"Bukan gitu maksud gue, ini penampilan lo kok beda? Bukan, Rania yang gue kenal?"

Rania duduk di bangkunya, membuat Arin mengikuti dan menanti jawaban.

"Ra, itu mau ngelupain masa lalu." Tatapannya berubah sendu.

"Tapi, nggak gini juga Ra!" Tatapanya frustasi.

"Oh, iya. Ra juga udah blokir semua kontak sama Arfa."

"Serah lo deh!"

***

Perpustakaan, tempat sepi dipenuhi imajinasi dan khayalan pembaca. Arfa membaca sebuah novel karya penulis best seller.

Sudah lama, ia tak duduk di sini. Menatap ribuan buku dalam rak, juga berkhayal mengikuti alur cerita.

"Bang!" Sebuah tepukan membuat, konsentrasinya hilang.

"Apa?"

"Nih, buku catatan matematika yang gue pinjem." Ia sodorkan kearah Arfa.

"Makasih bang!"

"Oke, your walcome."

Gadis itu pergi dari hadapannya.
Sesaat ekor matanya melihat Rania yang tengah menatapnya.

Ia kembali mengejar cewek, yang diketahui sepupunya itu.

"Ersya!"

"Apa?"

Ia gandeng tangan Ersya, lalu ia tarik menuju suatu tempat.

***

"Woy Ra!"

Rania mengedipkan mata, sedikit terkejut.

"Katanya tadi, Ra, itu mau ngelupain masa lalu," ujar Arin mengikuti gaya bicara Raina.

"Ini lagi usaha."

"Tapi, dengan lo ngeliat dia terus. Jadi runtuh pertahanan buat move on, Ra."

"Gitu ya Rin?"

"Iyee ... Maemunah!" Geram, Arin.

Rania menjawab dengan cengiran khasnya, membuat Arin harus mengelus dada.

"Ya, udah. Katanya ada buku yang mau lo pinjem, udah dapat?"

Rania mengangguk, sambil menunjukkan buku.

"Ya, udah. Kantin kuy!" Rania semangat, dengan ajakan Arin kali ini.

"Tapi, Ra mau naruh bukunya di tas."

"Oke!"

***

"Widih ... Adekel kita ganteng-ganteng ya, Ra!"

"B aja," jawabnya singkat.

Pesanan mereka datang, membuat pandangan teralihkan.

"Baksonya nggak pedas, 'kan?"

Mantan KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang