True!

697 69 3
                                    

Aku yang mendampingimu tak lantas membuatku memiliki hatimu. Aku yang duduk bersebelahan denganmu tak lantas membuatmu jelas melihatku.

-Fatimah-

-----------------------

Aira tidak lagi nampak seperti biasanya. Kali ini ia benar-benar tidak terlihat baik. Semua ucapan konyol dan ceria yang biasa ia perlihatkan kini sudah lenyap pada dirinya. Hanya amarah dan kesal yang terpancar pada raut wajahnya. Sungguh tidak ada yang bisa membuatnya lebih tenang sekarang. Segala spekulasi yang coba ia runtuhkan itu ternyata semakin kokoh berdiri dan itu membuat segala khayalan yang sempat ia rangkai begitu indah harus berakhir dengan segala kenyataan yang terlihat menyakitkan hatinya.

"Masalah macam apa ini? Aaarrgg!" desis Aira di dalam kamarnya. Ia bahkan tidak bisa tidur sekarang hanya karena memikirkan masalah gila itu. Benar-benar menyebalkan.

Sudah beberapa kali Fatimah mencoba menghubunginya, tapi ia lebih memilih tak mengangkatnya. Aira masih butuh waktu memahami semuanya. Sejenak ia terdiam bergelut dengan pikirannya sebelum tangannya meraih ponsel dan mengetik sebuah pesan singkat pada Fatimah.

***

"Hei, Panji. Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja kan?"

Kirana sudah beberapa kali harus membuyarkan lamunan Panji. Kirana sedikit heran melihat ekspresi yang sedang memenuhi wajah kekasihnya itu. Tidak biasanya Panji bertingkah seperti itu, bahkan senyum pun tak lagi terbit di bibirnya seperti biasanya.

"Apa kau sedang punya masalah?" tanya Kirana menatap lembut pada Panji yang terkesiap.

"Ah, ti-tidak ada."

Kirana menggelengkan kepalanya tanda ia tak menerima jawaban Panji. Gadis itu yakin sekali bahwa Panji sedang dilanda masalah.

"Kau tahu? Kau itu tidak bisa berbohong padaku. Melihat ekspresimu saja, aku sudah paham bahwa sekarang kau sedang tidak baik-baik saja kan?" Kirana meraih jemari Panji menggenggamnya erat mencoba memberikan ketenangan di sana.

Panji menghela napas berat sembari menampakkan senyum paksa pada Kirana untuk menyembunyikan kegelisahan yang sedang melanda dirinya.

"Aku hanya sedikit lelah saja. Kau tahu kan bagaimana sibuknya aku di kantor."

Kirana mengulum senyum dan menepuk punggung tangan Panji lembut dan menatapnya dalam. "Bekerja itu memang penting, berusaha dan terus memberikan yang terbaik, tapi itu juga jangan sampai membuat dirimu malah sakit dan stres. Jangan terlalu bebankan dirimu hingga lupa istirahat, itu tidak akan baik untukmu. Jika kau lelah istirahatlah. Aku tidak ingin kau sakit. Jadi tetaplah sehat dan bahagia, Panji."

Panji mengerjabkan matanya mendengar penuturan Kirana. Hatinya mencelos dengan dilema yang makin besar. Entah kenapa ucapan Kirana tidak bisa memberikan ketenangan yang absolut untuknya kali ini. Bahkan ia merasa lebih gusar dan resah. Sialnya lagi, ia malah mengingat Fatimah. Panji tidak memahami perasaan macam apa yang sedang melanda hatinya hingga mulai memikirkan Fatimah. Wanita yang sudah berusaha ia hilangkan dari hidupnya selama ini.

"Aku akan berusaha untuk itu. Jadi jangan terlalu khawatir seperti itu," ujar Panji mengulum senyumnya.

"Aku Mencintaimu."

Melody Embara (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang