Kejutan Maghrib

6.5K 534 118
                                    

Sensasi dari kejutan karena selalu terjadi tiba-tiba

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27
-----

Aku memindahkan kursi duduk ku pindah di dekat pintu kelas. Sambil ku pandangi murid lain yang memenuhi area sekolah di jam istirahat seperti ini.

Kali ini di hari Kamis sekolah mengadakan simulasi menyambut usbn hari Senin khusus untuk angkatan kelas dua belas. Karena ruangan untuk simulasi yang di gunakam hanya setengah dari ruangan yang di siapkan untuk ujian maka sekolah memberlakukan sistem bergilir setiap kelas untuk melakukan simulasi. Untuk kelas ku akan masuk saat jam istirahat ini selesai.

Satu buku novel karya Boy Candra aku pegang. Buku yang di pinjam Ian dari perpustakaan sekolah dan jatuh tempo untuk hari ini di kembalikan. Menikmati buku larut dalam setiap suasana cerita lebih aku pilih dari pada larut dalam kerumunan murid lain di kantin untuk mengantri makanan.

"Hai Rey" sapa Bagas saat ia masuk ke dalam kelas melewati aku yang duduk dekat pintu.

Aku hanya mengangguk untuk menanggapi sapaan pria itu. Ia juga berlalu tidak memperpanjang sapaannya.

"Rey, Aina mana?" Lagi suara Bagas terdengar.

"Ke gedung organisasi"

"Kamu tau ngak Rey nanti Aina mau daftar kuliah dimana?"

"Ngak tau"

"Kok ngak tau?" Tanya Bagas terdengar memprotes jawaban ku.

Aku langsung menutup novel dan memandang Bagas yang berdiri di samping ku dengan raut merasa tidak bersalah.

"Kenapa ngak tanya langsung ke orangnya sih?" Kesal ku. Dia kan bisa bertanya ke Aina untuk mendapatkan jawaban yang dia mau.

"Udah, Rey. Ainanya ngak mau kasih tau"

"Siapa suruh mainin perasaan dia waktu kelas sepuluh" kata ku.

Bagas lalu menarik kursi dan ikut duduk tidak jauh dari aku. Ia tertawa sambil menggaruk kepala.

"Khilaf waktu itu. Tapi sekarang serius ngak playboy lagi. Tobat aku"

Kali ini giliran aku tertawa. Aku perhatikan Bagas memang terlihat serius meminta maaf kepada Aina. Pria itu juga serius tidak lagi menggoda murid perempuan. Kabar Bagas pacaran juga sudah tidak pernah aku dengar dan terpenting kelas ku juga sudah tidak mendapat tamu dari perempuan kelas lain yang bertanya Bagas di mana atau yang bernama Bagas itu siapa.

"Kalau sudah tau Aina mau kuliah dimana mau kamu apain?"

"Yah mau daftar di sana juga" jawabnya membuat aku melongo.

Sesederhana itu seseorang memilih ingin kuliah dimana karena ikut tempat perempuan yang dia incar ingin kuliah dimana? Aku kira memilih tempat pendidikan sarjana itu harus melihat akreditasi dan jurusan yang tempat itu sediakan. Bagas memang ajaib.

"Nanti aku tanya ke Aina kalau gitu" putus ku membantu Bagas dalam hal ini.

Bagas terlihat senang dan berulang kali menyebut ku sebagai teman yang baik. Aku hanya merasa tertarik membantu Bagas kali ini. Sepertinya akan seru jika Aina benar satu kampus dengan Bagas. Maka orang yang paling Aina anggap tidak nyata harus ia lihat lagi selama beberapa kali kelender berganti.

Kepergian Bagas membuat aku kembali duduk dengan tenang. Meski suara kaki berjalan depan kelas ribut tapi tidak mengganggu fokus ku dalam membaca. Mendung langit Jakarta kali ini membuat ruangan dalam kelas gelap dan lampu kelas kemarin pecah saat Feri bermain bola dalam kelas.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang