AFFAIR - 01

19.9K 882 78
                                    


30 Desember 2019, rasanya mulai sekarang Rose akan membenci tanggal itu. Benci, sakit, perih, seakan ditikam, rasa itu berbaur manjadi satu. Sudah 2 bulan lebih berlalu, namun rasa sakit hatianya masih terasa, sakit hati kepada sang pencipta. Mengapa ia mengambil miliknya begitu saja? Mengapa?

Tepat H-2 sebelum pernikahannya, Ivan calon suaminya mengalami kecelakaan, bodoh! Rasanya Rose ingin mengumpati lelaki bodoh itu yang dengan teledornya menegendari mobil dalam posisi pagi dini hari. Ivan berkendara dari Bandung menuju Jakarta, karena mengantuk, mobilnya lepas kendali dan mengalami kecelakaan tunggal.

Air mata Rose kembali menetes saat mengingat betapa buruk rupa lelaki itu, mengapa dihari terakhirnya ia tak terlihat tampan? Mengapa lelaki narsis itu terbujur kaku dengan wajah pucat dan penuh luka serta darah?

Dipejamkan matanya, dan diusap air mata yang kembali menetes. Saat ini Rose sedang berada dipusaran makam Ivan, calon suaminya. Diletakkan beberapa tangkai mawar merah didalam vas kecil yang memang disediakan didekat nisan. Diusap nisan itu dengan lirihan dan bibir yang bergetar menahan tangis, lagi-lagi Rose tak bisa menahannya.

Kembali rRose menangis, dipukul berkali-kali dadanya yang terasa sesak. Selangkah, tinggal selangkah mereka akan menyatu, namun takdir tak menyatukan keduanya.

"Aku menyerah Van, aku menyerah...." isak Rose dengan lirihan penuh lara.
Ya, Rose menyerah, ia tak bisa lagi berfikiran positif, ia harus pergi.

"Kau berjanji tak akan meninggalkanku, tapi...."

Ditangkupkan wajahnya dengan kedua lengannya memeluk lutut, Rose terus terisak. Belahan jiwanya telah pergi selamanya, dan ya, dia akan melepasnya, Rose tak akan lagi mencintai lelaki jahat itu! Lelaki yang pergi tanpa mengajaknya! Bagaimana bisa ia hidup tanpa Ivan? Bagaimana ia bisa tidur tanpa Ivan?

Bagiamana?!

Mengapa lelaki itu pergi tanpa ada jejaknya? Mengapa ia tak pergi dengan wanita lain saja? Asal Rose masih bisa menatapnya dari kejauhan. Tapi jika begini, rasa sakitnya tak akan bisa tersembuhkan, ia hancur bukan karena pihak ketiga. Namun karena Tuhan yang memberinya cobaan yang berat.

Punggung Rose bergetar, lirihannya semakin kencang berganti raungan seraya menengadah langit. Ini terlalu sakit, ia tak akan sanggup terus begini.

"Aku akan pergi Van, tenanglah disana, jangan pernah mencariku lelaki jahat!"

Setelahnya ia berdiri, diusap air matanya dengan asal, lalu berbalik. Ia mantap akan pergi, lari dan menjauh dari Ivan. Hari ini, ia benar-benar akan mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu.

"Kau yakin akan pergi sayang?"

Rose mengangguk dengan wajah datar, kedua matanya masih bengkak dengan kemerahan yang mengelilingi kelopak matanya. Tepat setelah mengunjungi makam Ivan, Rose langsung menuju bandara. Ia akan pergi, jauh dari Jakarta, meninggalkan kenangannya bersama Ivan yang setiap harinya seakan mengorek lukanya yang susah payah ia tutupi. Rose hanya akan mati secara perlahan jika terus disini, 7 tahun kebersamaannya dengan Ivan adalah bukti nyata jika ia tak sanggup hidup tanpa lelaki narsis itu. Aliennya yang selalu mengaku sebagai lelaki tertampan sedunia.

Kembali mata Rose berkaca-kaca, sang Mama memberikan pelukan hangat seraya menepuk punggungnya halus.

"Pergilah jika di sana kau akan bahagia, Mama tak ingin kau terus terpuruk,"

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang