Who the one?

12 1 1
                                    

Kasus kali ini sungguh merepotkan!! Ahh, sial!! Pembunuh brengsek itu kerjanya rapi sekali, benar-benar seorang perfeksionis. Aku bahkan berpikir mustahil untukku bisa menangkapnya.

Dia melancarkan aksi bejatnya ini dengan sangat bersih, maksud bersih disini adalah dia tidak meninggalkan bekas sidik jari satupun, atau meninggalkan jejak-jejak kesalahan sedikitpun, membunuh dengan benda tajam--yang kuduga sebuah belati kecil--dengan cara menggorok urat nadi di tengkuk, tanpa membuat ruangan menjadi kotor dan berbau amis akibat genangan darah yang memancar keluar dari tengkuk leher korban. Dan anehnya lagi, aku tidak menemukan satupun bekas perlawanan dari korban. Lantas bagaimana cara dia membunuhnya dengan mudah begini? Tidak kutemukan sisa-sisa senyawa obat bius dari lambung korban, dan juga tidak ada bekas pukulan atau benturan keras yang bisa mengakibatkan kehilangan kesadaran di tubuh para korban.

"HUFFT...."

Aku mendenguskan napasku keras, membuat atensi rekan-rekanku dan anggota forensik teralihkan sebentar kepadaku, aku mengibaskan tanganku membuat mereka langsung mengerti maksudku, bahwa tidak ada apa-apa. Aku melipat tangan di depan dada dan menautkan kedua alisku, seraya menatap sesosok mayat korban di hadapanku ini. Si pembunuh berantai sialan itu seperti biasa, dia akan mengukir di bagian jari telunjuk korban dengan suatu huruf.

"Kali ini hurufnya adalah "U", huh? Ah!! Tunggu dulu!!" Seperti tersengat aliran listrik kecil, aku tersentak dan langsung merogoh kantong jas kerjaku. Aku mengambil buku catatan kecilku dan membukanya, kemudian membaca huruf-huruf yang aku temukan di jari telunjuk korban-korban sebelumnya.

"T..Y..O..I..S.." Aku membacanya kemudian mengerjapkan mataku beberapa kali.

"Dan yang ke-6 ini.. hurufnya adalah "U", ya..".

Apa maksudnya huruf-huruf ini? Aku sudah berusaha untuk mencari tahu selama beberapa bulan ini, dari yang kukira inisial nama korban, nama pelaku, dan suatu pesan tertentu mungkin? Bahkan sampai kukira hal ini hanya keisengan aneh dari pembunuh gila itu belaka.

Aku memijit dahiku karena mulai merasa begitu pening, rekanku yang menyadari hal itu lantas menghampiriku dan menyarankan kalau sebaiknya aku pulang dan beristirahat saja dahulu. Aku pun menuruti apa katanya itu, dan pergi pulang dengan mobil sedan putih kesayanganku.

Cklek!! Krieett...

Aku sudah tiba di apartemenku, kulepaskan setelan atasanku seraya melepaskan sabuk pengikat di pinggangku dan melemparkannya ke segala arah. Saat merasa begitu lelah aku akan bersikap apatis, dan terkesan terlalu acuh kepada sesuatu, kebersihan misalnya.

Kuhempaskan badanku ke kasur ukuran king size milikku. Terlalu besar untuk diriku yang tinggal sendirian ini, menyedihkan. Aku menghela napas dan mengerang kecil seraya mengusap-ngusap wajahku frustasi, karena terlalu memikirkan kasus satu ini.

Aku mencoba untuk menghibur diriku dengan berniat untuk memainkan ponselku. Aku mengambilnya di atas nakas dan menyalakannya, lalu langsung menindis ikon galeri untuk melihat foto-foto yang kudapat ketika berselancar di internet.

Lalu tiba-tiba mataku menangkap sebuah foto diriku, hah? Sejak kapan aku mejadi narsis dan berswafoto ria dengan senyuman menggelikan seperti ini? Tiba-tiba saja aku tertegun, dan menjatuhkan ponselku dari tanganku yang sedang gemetar hebat.

#riddle(?)
#Easy?I_dont_know

If you mind comment below and tell me your answer~ I would love to read~ Thanks~♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Creepy PastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang