Pain and Happiness, You&I-US

309 15 3
                                    

Joshep duduk di sofa yang ada di kamarnya. Sudah dua jam Joshep hanya memandang kosong layar ponselnya. Ia kembali memandang lockscreen ponselnya, di sana terdapat fotonya bersama dengan Aurora dan Kezie.

Ceklek

Joshep menoleh mendengar pintu kamarnya dibuka. Sebenarnya Kezie sudah dari tadi berada di balik pintu itu. Namun saat akan masuk, ia kembali memikirkan apa yang akan ia katakan pada Joshep nantinya.

"Zie?"

Kezie tak menjawab panggilan Joshep. Ia melangkah masuk dan menutup pintu kamar Joshep.

"Oi! orang nyapa di jawab, jelek. Ngapain disini?" Tanya Joshep lagi.

"Seharusnya gue yang nanya. Katanya sakit. Malah ngelamun lo bukannya istirahat," ujar Kezie lalu duduk di tepi kasur, tepat di hadapan Joshep.

"Gak bisa tidur" Jawab Joshep lalu melampar ponselnya ke tengah kasur. Kezie terpekik kecil mengira ponsel itu akan mengenainya.

"Makanan lo gak abis. Mau gue bikinin sesuatu?"

Joshep tersenyum tipis mendapat perhatian dari Kezie. Itu yang membuatnya menyukai Kezie, walaupun terlihat jutek dan dingin tapi Kezie sangat perhatian jika salah satu temannya sedang sakit atau ada masalah.

"Gak usah, gue gak laper. Cuma mau istirahat aja bentar, tapi malah gak bisa tidur," ujar Joshep mendekat dan duduk di sebelah Kezie yang hanya mengangguk mendengarnya.

"Yang lain lagi ngapain?" Tanya Joshep.

"Ehm... Pergi semua. Ada festival kembang api," ujar Kezie membuat Joshep terdiam sebentar sebelum menatap Kezie dengan dahi yang berkerut.

"Kok lo enggak pergi?"

"Lo ngusir gue? Udah untung gue nemenin lo disini. Lo kan penakut." Kezie menatap tajam Joshep.

Mendengar itu Joshep malah tertawa, namun di dalam hati ia benar-benar bersyukur Kezie memilih untuk tetap tinggal. Gadis itu benar-benar mengerti akan dirinya.

"Ngeliatinnya biasa aja. Gue cuma nanya doang."

"Udah pada pergi?" Tanya Joshep yang di balas anggukan Kezie.

"Tadi om lo yang mau stay buat jagain lo, tapi gue suruh ikut yang lain aja, biar gue yang di rumah, soalnya gue lagi mager kemana-mana. Jadi sekalian bisa jagain lo," jelas Kezie.

"Jagain gue? Gue kenapa?" Tanya Joshep dengan wajah polosnya.

"Y-ya gak kenapa-napa. Ya kan lo lagi enggak enak badan. Trus gue juga lagi males keluar. Kebetulan gitu," ujar Kezie yang terdengar belepotan menyusun kalimat. Joshep mengangguk-angguk, ia terdiam tidak menanggapi Kezie lagi.

"Nah kan, ngelamun lagi lo. Untung gue disini, kalau gak kesurupan lama-lama lo." Joshep sama sekali tidak bergeming mendengar lelucon Kezie. Detik kemudian Kezie hanya melihat senyum kecil yang dipaksakan dari pria yang ia sukai diam-diam itu.

"Kenapa sih? Beberapa hari ini lo jadi pendiem, ngumpul juga udah jarang. Lo tau? Gue, om lo sama Ara khawatir liat lo yang kayak gini."

Joshep yang tadinya menatap kosong keramik lantai mengangkat kepalanya menatap Kezie. Baru saja ia melupakan, namun Kezie malah menyebut Billy dan Aurora.

"Gue... gapapa," ujar Joshep pelan, ia menoleh ke arah lain menghindari tatapan Kezie.

"Lo bikin khawatir tau gak." Kini suara Kezie lebih melembut yang membuat mata Joshep terasa panas.

"Ngapain khawatirin gue? Gue bukan anak kecil," ujar Joshep tertawa kecil.

"Cerita sama gue!"

"Mau cerita apa? Gue gak kenapa-napa!" Lagi Joshep meyakinkan Kezie bahwa semuanya baik-baik saja. Kezie menghela nafas menyadari kini mereka telah meninggikan suara satu sama lain.

Om Jadian Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang