Bangkit kembali

1K 91 10
                                    


"Apapun yang kamu alami saat ini, sebaiknya kamu lebih pintar menyembunyikannya. Sebaiknya mencari sesuatu yang dapat membuat kamu bangkit kembali."
Salah satu kakak pembina yang selalu ada untuk Sekar kini mengukir senyum. Tepat di sisi brankar UKS, Kak Azmiah berdiri. Gadis berkulit putih itu memang termasuk pembina terfavorit milik pondok pesantren Darul Ulum.

Begitu menyejukkan jika di pandang.
Mungkin seperti itu jika Al Qur'an telah menyatu pada seseorang. Sikapnya baik, wajahnya teduh lagi bercahaya.

Sekar membulatkan matanya merasa sedikit terperanjat. "Apakah Kak Azmiah mengetahui perihal sesuatu yang ku sembunyikan?" Batin Sekar sedikit gusar.

"Apapun itu, jangan khawatir. Carilah sesuatu yang bisa membuat kamu bangkit dari keterpurukan ini. Contohnya, menghafal Alquran." Saran Azmiah lalu berdiri dari duduknya.

"Kak!"
Sekar meraih tangan Azmiah dengan mata yang sedikit berembun.

"Yang kamu alami saat ini, Kakak juga udah lewati semuanya. Jangan membuang waktu untuk terpuruk seperti ini terus. Karena sesuatu yang telah hilang itu, tak akan pernah kembali. Jadikanlah cobaan ini, sesuatu yang dapat membuat kamu jauh lebih baik dan berbeda dari yang lain." Azmi kembali menasehati dan tak lupa mengakhirinya dengan senyuman. Melihat Sekar seperti melihat dirinya di masa lalu.

Mendengar nasehat Azmiah, Sekar tak tahan. Air matanya mengucur deras.

"Ini, rahasia kita. Jangan pernah lagi memberikan celah pada siapapun untuk mengetahuinya. Kamu harus segera bangkit. Buktikan pada dunia, bahwa kamu tidak selemah itu. Bangunlah!" Azmiah kembali menasehati.

Sekar menyeka air mata, kemudian mengangguk. Mengiyakan nasehat Azmiah.

"Ya sudah. Kak Azmiah akan ke Sakan sekarang. Herbalnya jangan lupa di minum."
Pamit Azmiah setelah menepuk-nepuk pelan pundak tangan Sekar dengan pelan.

Setelah keluar dari ruang UKS, Azmiah tak lupa menutup pintu. Dalam perjalanan ke Sakan air mata Azmiah tiba-tiba menetes. Melihat Sekar benar-benar melihat dirinya di masa lalu. Begitu terpuruk. Walaupun pujian tentang keindahan dirinya selalu menggema, tapi tetap saja tekanan itu ada dan selalu menghampiri dan selalu berkata, "Ingat, kamu bukan wanita suci lagi."

Saat kain cadar dikirim Ibu Nyai Zahrah, dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa. Azmiah ketakutan dan tak merasa pantas.
Dalam tradisi pesantren Darul Ulum, jika Nyai mengirim kain cadar pada salah seorang santriwati, maka, dirinya di suruh untuk menutup wajah. Karena sebentar lagi, salah satu keturunan Kiyai akan meminang.

Bagi Azmiah, itu adalah suatu keajaiban. Tapi dirinya bisa apa, dengan lembut Ibunya menolak. Mengatakan jika dirinya sudah dijodohkan. Azmiah yang kala itu masih berstatus Santri, hanya mampu diam. Jika saja dirinya menerima, mungkin akan membuat Gus Ammar begitu kecewa. Karena dirinya tidak lagi suci.

Namun, semuanya sudah berlalu.
Gus Ammar kini sudah menikah dengan salah satu santri Hafidzah lainnya. Kesempatan emas itu sudah ia lewatkan. Dan kini, Pria yang dijodohkan dengannya akan datang dari luar negeri. Setelah mengabdi pada pondok pesantren selama dua tahun, Azmiah akan segera meninggalkan pondok pesantren Darul Ulum. Sebelum itu, Azmiah berharap, Sekar akan menjadi jauh lebih kuat dan juga bersinar.

My Name Is SekarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang