SEMBILAN: Rania

294 49 0
                                    

Lydya POV

2 hari sebelum pembunuhan


Mataku benar-benar tak bisa kompromi, padahal seharian ini di kafe sudah sangat ramai, harusnya malam ini aku bisa tidur pulas, seperti yang ku bayangkan sejak sampai di rumah tadi. Tapi di sini aku, masih duduk di kursi balkon, tanpa rasa kantuk sedikitpun.

Masih ada yang ingin dicari tahu jawabannya oleh kepalaku, Soal Mas Bayu dan Indira. Awalnya ku pikir hal ini tak akan terlalu mengusikku. Tapi entah kenapa dampaknya bisa sehebat yang terjadi padaku saat ini.

Tak ada suara sedikitpun yang terdengar, hanya sesekali suara lolongan anjing tetangga dan suara jangkrik. Sudah pukul 12 malam, dan aku masih sesegar ini.

Sesekali baju tidurku tersibak oleh angin yang cukup kencang yang datang dari selatan. Langit juga sama murungnya denganku malam ini. Semua bintang besar seolah padam. Bahkan Bulan yang harusnya malam ini punya jadwal purnama, tertutup awan hujan.

"Kenapa aku harus kesal?" tanyaku bingung.

Bukan hakku juga jika mas Bayu dekat dengan wanita manapun. Tapi rasanya aku seperti ditinggalkan sendirian. Baik oleh kak Vivi yang sudah tak lagi gentayangan di sekitarku, rahma yang masih kesal dengan ucapanku waktu itu. Dan sekarang mas Bayu. Mungkin aku memang tak siap kalau harus ditinggalkan sendirian seperti ini.

"Kalau ku tanyakan langsung pada mas Bayu, aku takut salah paham" gumamku sendiri.

Mataku melirik ke arah ponsel di tanganku. Di layarnya ada kontak mas Bayu terpampang. Hanya tinggal sekali klik saja untuk menelponnya. Tapi tak jadi-jadi karena rasa takut salah paham itu.

Aku rasa hati ini juga ada rasa iri pada Indira yang baru kenal beberapa waktu saja, sudah dibawa ke rumah ayah angkatnya mas Bayu. Sedangkan aku, kami hanya pernah bertemu sekali, dan itupun karena tak sengaja dan dikenalkan begitu saja.

"Kalau memang mereka jadian, harusnya aku diberi tahu juga, bukan malah seperti ini, mereka seperti menyembunyikannya dariku" kesalku.

"Dan kau rahma!" bentakku pada udara kosong di hadapanku. "Setidaknya duduk di sini, di dekatku"

"Bisa tidak, kita berhenti berseteru dulu tentang kekasihmu itu?" tanyaku sambil berharap rahma tiba-tiba muncul. "Duduk saja di dekatku, kau tak perlu berkata apapun, cukup dengarkan saja semua ocehanku".

BRUKK...

Ponselku tiba-tiba terjatuh dari meja, membuatku berdiri kaget. Mataku dengan awas melirik ke sekeliling. Tapi tetap sama saja, tak ada satupun. Hanya udara kosong di sekitarku.

***

"Nanti saja aku tanyakan kalau mas Bayu sudah pulang dari Bogor" gumamku sambil mengelap beberapa meja. Pagi ini tugas Rania harus ku gantikan. Entah kenapa gadis kecil itu tak datang hari ini. Tak ada kabar, bahkan nomornya pun tak bisa ku hubungi.

"Pagi kak!" sapa Lilia yang berjalan menghampiriku.

"Kan mas Bayu lagi keluar kota Ya, kok kamu enggak libur?"

"Mau nyusun berkas yang disuruh pak Bayu, kak" jawab Lilia sambil tersenyum. "Aku pesan es kopi, kak"

"Buat sendiri ya, kakak lagi sibuk banget" jawabku. "Rania enggak datang hari ini"

***

"Rania kemana sih" ucapku kesal sambil mengayunkan sapu daun ke halaman depan kafe. Aku kesal justru bukan karena Rania tak datang. Tapi karena anak itu sama sekali tak meminta izin untuk bolos kerja.

THE STITCHES (Sibling 2nd season)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang