Chapter 6 : Semangat Yang Kuat

6 3 0
                                    

Chapter 6

                 Semangat Yang Kuat

Zaka mengambil keputusan yang cukup gila dengan menantang Jeamiy bertaruh meski kondisi tubuhnya sudah mendapat beberapa luka. Sepertinya kata takut dan menyerah tidak ada dalam kamus hidupnya, aku tak sabar ingin memberikan luka yang lebih banyak lagi pada tubuh dua orang tersebut karena semangatku sudah berkobar layaknya api yang selalu muncul dari telapak tanganku. Meli terlihat kebingungan karena keputusan yang dibuat oleh Zaka dan sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain selain ikut membantunya dalam pertarungan ini.

“kalau memang itu keputusanmu baiklah, ini pemakamanmu,” sindirku.
“Heh kau berkata seolah pasti akan menang dalam pertarungan ini, ingat kau pernah hampir terbunuh olehku dan aku bisa melakukannya lagi dengan lebih keras,” maki Zaka.
“Meski keputusanmu cukup mengejutkan, aku tetap akan membantumu, Zaka,” ucap Meli.
“Ya, dua lawan dua,” ungkap Zaka.

Meski Zaka dan Meli sudah menerima luka yang lumayan, tapi dua orang ini tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Terutama Meli, terakhir kami bertemu dia hanya diam melihat Zaka yang tengah bertarung denganku dan Jeamiy, aku masih tidak tahu seperti apa kekuatan dan kemampuannya.

“Ini menarik, Zaka sudah seperti seekor luwak madu yang lebih memilih bertarung sampai mati dengan singa daripada harus kabur,” sanjung Jeamiy.
“Rasa pantang menyerah dan rasa ingin melindunginya pantas dihargai,” ungkapku.
“Rika, kau dengar aku?” tanya Jeamiy.
“Aku dengar,” jawab Rika.
“Apa di sekitar daerah ini ada rumah warga sipil?” tanya Jeamiy.
“Pemukiman warga masih sekitar satu kilometer meter dari daerah perumahan itu, kebanyakan di wilayah itu masih berupa hutan yang belum semua pohonnya ditebang,” balas Rika.
“Apa Hunter Killer Dronemu memiliki penembak gas beracun?” tanya Jeamiy.
“Yang benar saja, kau ingin aku menembakkan gas beracun pada dua orang tersebut?” tanya Rika.
“Jeamaiy, kau serius ingin menembak Zaka dan Meli dengan gas beracun?” tanyaku.
“Ya, tembakan gas beracun tepat ditengah-tengah antara Zaka dan Meli,” perintah Jeamiy.
“Lagi pula Zaka bukanlah orang lemah yang akan mati dengan mudah oleh gas beracun, gas hanya untuk melemahkan mereka berdua,” sambung Jeamiy.

Jeamiy memiliki rencana yang cukup mengejutkan, ia meminta Rika untuk menembak Zaka dan Meli dengan gas beracun, itu sebabnya ia menanyakan adakah rumah warga sipil di sekitar sini karena akan merepotkan jika ada warga sipil yang ikut terkena efek gas beracun.

“Lia dengarkan ini! Kita harus memisahkan Zaka dan Meli lalu menghadapi mereka satu lawan satu,” jelas Jeamiy.
“Baiklah aku mengerti, aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti sebelumnya,” jawabku.
“Aku akan menghadapi Zaka karena kau pasti akan kesulitan mengimbangi kecepatannya,” jelas Jeamiy.
“Jadi aku yang akan melawan Meli, ini kesempatan yang bagus untuk melihat sekuat apa dirinya,” balasku.
“Tetaplah berhati-hati dan jangan remehkan lawannmu, meski mereka terlihat lemah,” jelas Jeamiy.
“Siap, aku mengerti,” jawabku.
“Rika, jika kau sudah menembakkan gas beracun lanjutkan dengan menembakkan misil tepat ditengah-tengah antara Zaka dan Meli,” perintah Jeamiy.
“Kau ingin mengubah mereka menjadi potongan kecil-kecil ya?” tanya Rika.
“Misil itu hanya untuk memisahkan mereka agar aku dan Lia bisa melawannya satu lawan satu,” jelas Jeamiy.
“Jadi begitu ya, baiklah aku mengerti,” jawab Rika.
“Jeamiy kau yakin dengan ini?” tanyaku.
“Aku yakin, percayalah pada dirimu sendiri dan rekanmu,” pinta Jeamiy.
“Baiklah, aku siap,” tegasku.

Tak bisa kubayangkan kalau Jeamiy meminta Rika untuk meluncurkan misil hanya untuk memisahkan Zaka dan Meli agar kami bisa menghadapi mereka satu lawan satu.
Baik Zaka maupun Meli sepertinya masih belum menyadari kehadiran Hunter Killer Drone Rika yang terus terbang di udara, Drone itu mulai bergerak perlahan menuju ke titik buta Zaka dan bersiap menembakkan gas beracun. Meski Meli sudah mendapat beberapa luka tetap saja kami belum tahu seperti apa kemampuannya yang sebenarnya, maka dari itu aku tidak boleh lengah atau pun meremehkannya karena bisa berakibat fatal.
Dengan perintah dari Jeamiy, Rika langsung menembakkan gas beracun tersebut tepat ditengah-tengah antara Zaka dan Meli hingga membuat mereka seketika panik.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang