Chapter 11

3.1K 322 28
                                    


Waktu menunjukkan pukul satu malam, namun Xiao Zhan belum juga bisa memejamkan matanya. Masih terngiang di telinganya perkataan Yibo tadi siang.

"Aku bermaksud menikahi Zhan Zhan."

"Huff... Apa maksudnya Yibo berkata seperti itu?" tanya Xiao Zhan dalam hati. "Apa dia serius dengan perkataannya?"

Xiao Zhan membalik tubuhnya ke kanan, ke kiri, telungkup, hingga akhirnya balik telentang. Namun dia masih belum bisa juga memejamkan matanya. Akhirnya dia duduk di tempat tidur dengan perasaan kacau.

"Aaarrgghh..." teriak Xiao Zhan sambil mengacak-ngacak rambutnya dengan kasar.

Dengan perasaan kesal Xiao Zhan lompat turun dari tempat tidur. Dia melangkah keluar dari kamarnya menuju ruang makan. Dia mengambil botol dari dalam kulkas kemudian mengambil gelas. Dituangkannya air dalam botol itu ke dalam gelas, lalu meminumnya.

Hampir saja gelas yang dipegangnya terjatuh pasalnya tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang membuatnya terkejut setengah mati.

"Yibo?" tanya Xiao Zhan setelah mengetahui siapa yang memelukna. "Lepaskan. Nanti ada yang melihat."

"Biarkan aku memelukmu, Zhan Zhan," ujar Yibo lirih. "Sudah lama aku tidak memelukmu seperti ini."

Xiao Zhan akhirnya membiarkan Yibo memeluknya. Jantungnya mulai berdegup kencang saat napas Yibo mengenai telinganya. Dia bersyukur keadaan ruangan makan tidak terlalu terang sehingga Yibo tidak melihat perubahan wajahnya yang mulai memerah seperti kepiting rebus.

"Yibo..."

"Hn..."

"Apa... Apa maksud dari perkataanmu tadi siang?"

"Tadi siang?"

"A-Apa benar kau... bermaksud me..."

"Benar!" sahut Yibo cepat.

"Heh??"

"Zhan Zhan," ujar Yibo seraya membalikkan tubuh Xiao Zhan hingga menghadap dirinya. "Aku serius dengan perkataanku. Sudah sejak lama aku memendam perasaan ini. Aku menyukaimu. Aku mencintaimu."

"Sejak kapan?"

"Aku menyukaimu sejak Ayah membawamu ke rumah ini. Awalnya aku hanya mengira aku menyukaimu sebagai saudara," jawab Yibo. "Tapi saat SMP aku mulai menyadari kalau aku mencintaimu."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Kau masih ingat saat Ling Ling menyatakan perasaannya padamu di sekolah?"

"Hmm... Iya aku ingat." jawab Xiao Zhan. "Kau membentak dan memarahinya. Kau mengatakan padanya bahwa dia tidak pantas buat aku."

"Iya. Dan aku juga selalu marah jika kau terlalu dekat dengan seseorang. Semua itu karena aku merasa cemburu. Aku tak ingin kau membagi perhatianmu pada orang lain. Aku takut orang lain akan merebutmu dari sisiku."

"Yibo..."

"Zhan Zhan. Aku mencintaimu."

Xiao Zhan terdiam. Dia menundukkan wajahnya. Dia bingung tidak tahu harus berkata apa. Dia sendiri sebenarnya bingung dengan perasaannya sendiri. Selama ini dia selalu menanamkan pada dirinya bahwa Yibo adalah saudara angkatnya. Dia sadar bahwa dirinya tak boleh memiliki perasaan lebih pada saudara angkatnya itu. Karena statusnya di rumah ini hanyalah seorang anak yang di pungut dari pinggir jalan.

"Zhan Zhan, apakah kau juga mencintaiku?"

"Entahlah... A-Aku tidak tahu... Aku tidak tahu apakah aku boleh punya perasaan seperti itu padamu..."

Kaulah Belahan Jiwa KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang