10. Sign of The Times [End]

297 40 2
                                    

"Detektif brengsek!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Detektif brengsek!"

"Terima kasih atas gelar baru yang anda berikan, Tuan Seo."

Changbin mendecih kesal, lalu berbalik ke arah Jeff. "Aku akan mencari Alfred, selesaikan saja urusanmu dengan detektif itu."

Tanpa menunggu persetujuan, Changbin segera berlari masuk ke dalam gedung. Menjelajahi setiap ruang yang hanya diterangi cahaya remang lampu-lampu tua. Changbin tahu, cepat atau lambat, hal ini akan terjadi. Alfred akan menjadi target dari obsesi gila Lee Minho untuk mendapatkan perhatian Jeff.

"Wah, Seo Changbin benar-benar tahu semuanya," gumam Minho dengan seringai kecil di wajahnya. "Bagaimana denganmu? Masih kurang jelas?"

"Sebenarnya kau ini siapa? Ada urusan apa denganku? Keluargamu ada yang meninggal dalam penangananku? Atau--"

"Aku menyukaimu," tegas Minho, sejenak menghentikan kerja otak Jeff. "Ya, aku menyukaimu, sejak kau menghadiri kelas seni lukis, Jeff. Kau tak mengingatku, 'kan? Tentu, melirikku saja kau tidak pernah. Matamu hanya tertuju ke sepupuku, Lee Chaeryeong."

"K-kau ... sepupu Chaeryeong? Jangan bilang, kau yang..."

"Iya, aku yang membayar salah satu kuli untuk menjatuhkan tumpukan batu bata ke Chaeryeong. Senang rasanya melihat ia menjemput ajalnya dengan bantuan emergensi cerobohmu, Jeff. Bukan salahku, 'kan? Kau sendirilah yang membunuh gadis bodohmu itu."

"Brengsek. Kau membunuh sepupumu sendiri?! Di mana hatimu?"

"Hatiku? Ada bersamamu, Jeff."

Maka satu pukulan melayang ke wajah Minho, sebagai balasan dari jawaban paling menjijikkan yang ia lontarkan. Hanya bisa meringis nyeri, Minho tak memberi perlawanan apa pun. Terdengar suara tonjokan untuk kedua kalinya, lebih keras dari sebelumnya. Bukan dari Jeff, melainkan Alfred yang datang bersama Changbin. Minho terhuyung, menghantam kap mobilnya sebelum terduduk jatuh.

Si pemukul ikut terjatuh karena kondisi yang semakin memburuk. Gas ricin yang masuk ke dalam tubuhnya sudah terlalu banyak. Alfred memegangi dadanya yang semakin nyeri akibat penumpukan cairan di dalam paru-parunya. Gejala keracunan ricin yang sudah berada tahap berbahaya. Sebagai seorang dokter, Alfred tahu, sistem pernapasannya bisa berhenti kapan saja dalam hitungan jam bahkan menit.

"Alfred! Maaf telah mencurigaimu. Aku mohon, bertahanlah. Kita akan segera ke rumah sakit."

"Kau pikir, kenapa aku membawa kalian ke suburbia seperti ini? Lihatlah," sergah Minho sembari memperlihatkan kunci mobilnya. "Butuh waktu dua jam ke rumah sakit dan kalian butuh ini," lanjutnya, lalu melempar kunci mobil itu ke arah danau kecil yang ada di samping gedung.

"Yak! Kau benar-benar gila!"

"Sudah ku katakan, aku gila karenamu. Kau tak pernah melirikku sedikit pun. Bahkan, ketika aku sibuk memecahkan kasus orangtuamu, ada hanya Alfred di kepalamu. Jadi, bukankah aku harus melenyapkannya juga agar kita bisa bersama?"

Can't See The End [Hyunjeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang