05 - sekolah dasar

200 15 0
                                    

Sudah lama Raki mengilang dari dunia, orang-orang yang sudah lupa dengan kesedihan itu sementara anak perempuan nya masi berharap kalau Raki akan pulang ke rumah dan merayakan ulang tahun nya lalu membawakan hadiah barbie yang di janjikan oleh Raki kepada anak nya itu.

Hari di mana ulang tahun Zea ke 13 tahun tinggal beberapa hari lagi dan tepat di hari kamis, biasanya ketika ada Raki ia akan membelikan martabak untuk di makan di hari Zea ulang tahun karna untuk membeli kue ulang tahun itu cukup mahal, dulu keluarga nya itu tidak mampu, hanya memiliki rumah dari bambu tapi hidup dengan harmonis.

Beberapa bulan lagi ia akan lulus dari sekolah dasar nya dan memasuki sekolah menengah pertama, target nya adalah negeri agar orang tua nya tidak di susahkan untuk masalah keuangan dan tidak kepikiran untuk membayar uang spp ataupun ujian semester.

Zea menaiki tangga untuk menuju ke ruang kelas nya yang berada di lantai 4, di bagian terakhir tangga ia terdiam sekejap melihat lelaki di depan nya itu seperti tak asing, ia memandangi lelaki itu dan tiba-tiba saja bahu nya di tepuk oleh sahabatnya.

"Ngapain bengong, ayo ke kelas" ucap Iska sambil merangkul Zea

"Ka, lo tau anak cowo itu ga? kok gue ngerasa ga asing ya sama dia"

"Bukan nya itu Sebastian temen tk lo?" 

"Gatau lupa gue" Zea langsung menggelengkan kepala nya

Mereka berdua duduk di bangku nomor 4 dan bersebelahan, Zea dan Iska berteman dari saat mereka masi kecil dan sering main bareng karna rumah nya yang cuma beda gang saja, menuruut Zea Iska adalah perempuan yang cengeng dan manja kepada ibu nya tetapi dia sangat baik terhadap teman-teman nya.

"Pr udah Ze?"

"Udah, kenapa emang lo belum kah?" 

"belum hehe, boleh liat ga? mtk Ze lo tau sendiri gue lemah di pelajaran itu" 

"Bukan lemah, tapi emang males aja, lo sebenernya bisa si di semua bidang cuma emang kebetulan lo punya penyakit males" Zea membuka tas nya dan memberi buku catatan matematika nya.

"Ngomong mulu Ze, liatin ya takut ada guru dateng"

"Gue kedepan deh biar keliatan, lo cepetan nulis nya Ka"

Zea mengambil bangku di meja paling depan dan meletakan nya di samping pintu lalu ia menduduki bangku tersebut, jam masuk sekolah masi ada 10 menit lagi sampai Iska nanti ga kelar mungkin Zea akan memarahinya karna terlalu lambat. Sudah 5 menit berlalu Iska masi belum kelar padahal pr nya hanya ada 5 soal saja, dan cara cara soal tersebut padahal tidak terlalu panjang.

Guru yang sadari tadi Zea pantau tiba-tiba lagi menuju kelas nya, ia langsung menggembalikan bangku yang ia ambil ke tempat nya semula dan langsung mengambil buku nya yang sedang di pinjam oleh Iska.

"Umpetin buku lo di kolong meja gc guru itu bntr lgi sampe sini"

Iska langsung buru-buru menutup buku nya dan menaruh nya di kolong meja seperti apa yang baru saja di ucapkan oleh Zea.

"Udah kelar kan lo?"

"Tinggal beberapa angka lagi, lo malah ngagetin" ucap Iska berbisik 

"Dari pada buku kita di buang mending nnti lanjut pas anak-anak mau ngumpulin, lo lagi lemot banget udah sabar aja" Zea duduk seperti biasa seakan akan tidak terjadi apa-apa dengan mereka berdua.

"Zea lo inget besok apa ga si" ucap Iska dengan tiba-tiba, Zea yang mendengar itu masi belum paham dan hanya menggelengkan kepala nya.

"Kamis" ucap nya.

Sebenernya bukan pemikiran Iska yang lelet dan lemot tetapi Zea, masa dengan hari ulang tahun nya sendiri lupa, Iska hanya bisa menggelengkan kepala nya sambil memegang kening nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

thallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang