Sebulan telah berlalu sejak kejadian malam itu, Al dan Yuki sudah berjalan dalam kehidupan mereka masing-masing. Tapi bagi jiwa yang kehilangan sebagian lainnya, membuatnya bagai bergerak tapi tak berjalan. Membuatnya berjalan tapi tak bergerak. Meski pagi yang secerah ini, disambut paduan suara burung yang saling menyahut dari segala penjuru. Musim panas belum juga berlalu, hawa hangatnya menyelimuti setiap jiwa dalam naungan teriknya matahari. Wewangian bunga yang bermekaran mewakili hari penuh semangat di antara bisingnya setiap pergerakan manusia dalam kesibukan masing-masing.
.
.
.
Kediaman Keluarga Kato
”Yuki.....? Yuki...? Dimana anak itu?” Suara sang mama memenuhi seisi ruang makan bahkan sampai ke ruang lainnya, memanggil-manggil anak semata wayangnya yang masih belum juga turun untuk menyantap sarapannya.
”Cepat panggilkan Yuki! Nanti dia kabur lagi tanpa sempat sarapan.” Pintanya pada saah satu pelayan yang sedang menyajikan makanan di meja.
”Baik nyonya.”
Pelayan itu membungkuk untuk kemudian pergi melihat Yuki.
”Isteriku, Yuki bukan anak kecil lagi. Kamu jangan mengaturnya terus.” Ucapnya penuh wibawa sambil menyeruput segelas susu di depannya.
”Kamu kan tahu akhir-akhir ini makannya semakin tidak teratur. Orang hamil itu tubuhnya semakin besar, tapi lihat Yuki... orang akan berpikir aku tidak mengurusnya dengan baik, tubuhnya masih kurus begitu.”
Setidaknya, sejak nyonya Kato bangun tidur.. rumah itu dipenuhi oleh omelan-omelannya. Suaminya yang duduk di kursi roda itu tidak terlalu mempedulikannya, bahkan sesekali hanya menertawai.
Suara langkah Yuki terdengar buru-buru, mendekati ruang makan. Ya, dia benar-benar memakai high heels. Diikuti seorang pelayan, Yuki menyapa mama dan papanya dengan senyum ceria seperti biasanya.
”Ma..Pa, selamat pagi!” Sapa Yuki langsung meneguk segelas susu di meja.
”Yah, pelan-pelan... Habiskan sarapanmu dulu baru pergi.”
”Tidak, aku buru-buru...”
”YAAH... Yuki... pikirkan anakmu di dalam perut. Kamu tidak boleh pergi sebelum sarapan!” Protes sang mama langsung memotong roti di piring Yuki untuk menyuapinya.
”Ya, aku akan memakannya di mobil.” Jawabnya acuh.
”Yuki, jaga kesehatanmu. Pekerjaan tidak terlalu penting.”
Bukannya mengiyakan nasehat papanya, Yuki malah mengalihkan pembicaraan.
”Papa tahu kan proyek resort di Bandung sudah selesai? Sabtu ini peresmiannya.”
”Tentu saja. Nanti kita pergi bersama..”
”Siapa bilang aku akan datang?” Jawabnya acuh tak acuh sambil meletakkan gelas susunya yang sudah kosong.
Bukan sang papa yang bereaksi, tapi justru isterinya yang langsung memelototi Yuki.
”Apa maksudmu? Kamu tidak mau datang?” Protesnya cepat.
”Aku sudah pesan tiket ke Aussie. Ada acara kelulusan, aku sudah berjanji akan datang.”
Belum lagi sang mama mengeluarkan omelan-omelannya, sang papa mengisyaratkan sang isteri untuk menutup mulutnya. Yuki yang melihatnya pura-pura tidak tahu, dia malah langsung menyambar makanan di meja dan langsung kabur.
”Aku pergi dulu ma, pa...”
Dia cepat-cepat kabur sebelum dipaksa melakukan sesuatu lagi. Tapi teriakan sang mama menghentikannya.
YOU ARE READING
Heart (END)
FanficCuuuuzzzzz yang mau baca, silakan.... Untuk story yang lama belum dilanjut kembali karena belum ada ide lagi. Kebetulan iseng ada ide untuk story yang baru..... Hehehe✌