10. Obat Nyamuk

47 21 5
                                    


Sebelum baca, klik bintang dulu yuk ^_^
👇👇

Happy reading❤❤
^
^
^
^
^
^
^

Akhirnya Dhira menceritakan semuanya kepada Dhisty yang masih setia mendengarkan dari awal sampai akhir.

"Ooh... jadi temen deket nih yang jadi gebetan sekarang?" Dhisty menaikkan satu alisnya.

"Sebenernya gue aja sih yang bilang dia gebetan, gue nya aja yang nganggap gitu, lebih tepatnya doi."

Saat ini Dhira senyum-senyum sendiri seperti orang yang sedang kerasukan.
Tapi sedetik kemudian senyum itu berubah menjadi senyuman getir.

"Tapi gue nggak tau deh apakah dia nganggap gue lebih dari teman atau... just friend."

"Ih kakak gue kenapa jadi mellow gini sih, jangan lebay deh" Dhisty mencubit pipi kakaknya sembari terkekeh.

"Apaan sih gue kok lebay gini ya" ucap Dhira yang juga ikut terkekeh.

Dhisty melihat jam dinding,
"Mendingan lo sekarang siap-siap gih kak, udah mau jam 8 tuh."

"Ah iya, gue ke kamar dulu." Dhira berdiri dari duduknya. Sebelum melangkah ke arah tangga ia melirik Dhisty.

"Dhis, lo juga ikut temenin gue. Pokoknya ikut, nggak ada penolakan!"

Dhisty membelalakkan matanya tak percaya. Pikirnya, kakaknya ini sudah gila.

"Dandan yang cantik, OK!" Dhira memperlihatkan senyumnya dan melengos pergi menuju kamarnya.

Dhity mengerjap-ngerjapkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka,
"Lah, siapa yang mau ngedate sih sebenernya?"

1 detik...
2 detik...
3 detik...

"Kakak gue lagi sakit kah?"

****

Dhisty memakirkan mobilnya (lebih tepatnya mobil Dhira) di parkiran cafe.
Kedua gadis cantik itu telah sampai di tempat tujuan, yakni cafe yang cukup terkenal karena letaknya yang strategis dan selalu ramai dikunjungi oleh pasangan muda-mudi, terutama di malam minggu.

"Ramai banget" Dhisty cukup tercengang dibuatnya.

"Yuk masuk." Mereka masuk ke dalam cafe. Dhira mencari-cari keberadaan seseorang yang mengajaknya ke sini.
"Meja nomer 27" gumamnya. Dhisty hanya mengekori dari belakang.

"Ah," matanya menangkap sosok pria yang mengenakan jaket donker. Ia langsung menghampiri cowok tersebut.

"Udah lama?" tanyanya

"Belum kok" jawab cowok itu tersenyum. Kemudian ia mempersilahkan Dhira untuk duduk dan kini matanya beralih ke Dhisty yang masih berdiri di sebelah Dhira duduk.

"Eh, ini Dhisty adek lo kan?"

"Iya, nggak papa kan gue ajak dia juga, soalnya gue kasian banget nggak ada cowok yang ngajakin dia jalan." jawab Dhira terus terang. Dhisty membulatkan matanya mendengar ucapan Dhira dan membalasnya dengan tatapan tajam.

"Hahaha nggak papa kok Ra, eh duduk dong adiknya Dhira" suruh cowok itu.

Tanpa basa basi, Dhisty langsung duduk di sebelah Dhira, sedangkan Dhira duduk berhadapan dengan cowok tadi.

"Lo pesen apa Ra?
Biar gue pesenin sekalian."

"Cappuchino aja deh."

"Itu adek lo?" tunjuk cowok itu ke arah Dhisty yang dari tadi sibuk dengan ponselnya.
Dhira menyenggol lengan Dhisty.
"Green tea." jawabnya langsung tanpa mengalikan pandangannya dari ponsel.

****

Green tea sudah ada di depan Dhisty sekarang. Tetapi, ia tak selera untuk meminumnya. Sudah setengah jam ia berkutat dengan ponselnya. Tidak ada notifikasi apa pun di ponselnya.
Ia beralih mengecek instagram, barang kali ada postingan yang menarik. Tapi hasilnya nihil.
Dhisty mengusap wajahnya gusar, ia melirik ke samping dan mendapati dua sejoli yang tengah asik mengobrol, tertawa, dan bercanda ria. Keberadaannya sama sekali tak dihiraukan oleh Dhira. Ia sangat menyesal karena telah memenuhi suruhan kakaknya untuk menemaninya ke tempat ini.
Sungguh tempat terkutuk.
"Elaah, jadi nyamuk beneran deh lo Edhis Aegypti" batinnya.

"Dhis," panggil cowok tadi.

Dhisty yang tengah mengumpat dalam hati terkejut,
"Eh, iya kak Araz?" balasnya kikuk.

Cowok yang bernama Araz itu menatap Dhira dan Dhisty bergantian.
Kedua kakak beradik itu dibuat bingung olehnya.

"Mumpung ada lo di sini gue pengen mengatakan yang sebenarnya."
Araz kembali menatap Dhira. Ditatap seperti itu membuat Dhira sedikit gugup. Araz menggenggam tangan Dhira, dipandangnya cukup lama gadis yang ada di depannya saat ini.
Jantung Dhira berdegup kencang.

"Jujur, selama ini gue ada rasa sama lo, Ra. Setiap gue ketemu lo bawaannya pengen terus berada di samping lo. Gue ngerasa nyaman kalo lagi bareng lo, gue nggak bisa lagi nutupin semua ini. Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo Ra dan gue tau kalo lo punya rasa yang sama terhadap gue." Araz menjeda kalimatnya, tatapannya kini beralih ke Dhisty.

"Apakah gue boleh milikin kakak lo, Dhis?"

Dhisty tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan, mulutnya terbuka sempurna.

"I...iya kak, boleh. Gue dukung kok." jawabnya sedikit gelagapan.
"Ngapain coba pake minta izin ke gue" gerutunya dalam hati.

Senyum Araz mengembang mendengar jawaban Dhisty. Ditatapnya Dhira kembali,
"Do you want to be mine?"
Detak jantung Dhira semakin tak beraturan. Rasanya ia sedang berada di alam mimpi. Ia tak menyangka bahwa cowok yang selama ini ia anggap doi kini akan benar- benar menjadi pacarnya. Tanpa menunggu lama ia langsung menjawab,
"Yes, I want."

Araz semakin mengeratkan genggamannya. Ia sangat senang karena Dhira membalas perasaannya. Cowok itu tak berhenti tersenyum.

Dhisty terdiam beberapa saat.
"Kok kak Araz minta izin dulu sama gue?"

"Yaa biar adeknya tau kalau gue itu tulus mencintai kakaknya." jawab Araz dengan kekehan pelan dan itu berhasil menambah rona merah di pipi Dhira.

Dhisty sekarang bingung bagaimana mendefinisikan situasi ini. Ia ikut senang karena kakaknya sudah mengakhiri masa jomblo nya, tapi di sisi lain ia merasa panas dengan pemandangan dua sejoli yang cukup romantis ini. Bayangkan saja, mereka berdua saling melempar tatapan cinta di depan gadis jomblo satu ini.
Apakah mereka tidak merasa ada hawa hawa jomblo di sana?

"Gue ke toilet bentar." ucapnya yang dibalas anggukan oleh Dhira.

Dhisty berjalan ke arah toilet, eh bukan. Tampaknya ia berjalan menuju taman belakang cafe dan untungnya di sana tidak terlalu ramai oleh orang-orang. Ia merebahkan bokongnya di bangku panjang kosong yang berada di dekat lampu taman. Dhisty sedikit menengadah, melihat bintang bintang di langit.
Sangat memesona.

Gadis itu memejamkan matanya, membiarkan angin menerpa wajahnya. Ia sungguh menikmati suasana di sini dari pada sebelumnya.

"Maaf, bisa cari kursi yang lain? Tadi gue duduk di sini."
ucap seorang cowok tiba-tiba.

Dhisty merasa tidak asing dengan suara itu.
Perlahan ia membuka matanya dan,

"Elo?" ucap mereka bersamaan.


















Huiii author balik lagi....

Jgn lupa vote & komen supaya author makin semangat nulis dan ngetiknya😊😊
Terimakasih bagi yang sudah membaca cerita ini dan terlebih lagi bagi yg sudah vote&komen
😘😘

Nantikan terus kelanjutannya yup:)
Bye bye❤❤❤

Senja Terakhir (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang