Part Twenty

3K 162 84
                                    


Malam dimana pesta peresmian proyek diselenggarakan, pesta mewah ini dihadiri oleh tamu-tamu kelas atas, pejabat, pengusaha, juga banyak wartawan. Di salah satu sudut ruang jamuan itu terlihat Tuan Kato yang duduk di kursi roda didampingi isterinya sedang dikerumuni beberapa teman juga kerabatnya, mereka sedang asyik mengobrol yang mungkin menanyakan kondisi kesehatan tuan Kato karena baru kali ini pengusaha besar itu kembali menunjukkan dirinya ke publik setelah sekian lama jatuh sakit. Suasana menjadi terasa hangat oleh kehadirannya, rekan-rekan bisnisnya penuh semangat memberikan dukungan agar lelaki paruh baya ini segera pulih kembali.

Di sisi sudut yang lain, terlihat banyak sekali wartawan berkumpul. Beberapa di antaranya sedang mewawancarai pengusaha-pengusaha terkenal yang berperan penting dalam kemajuan perekonomian Indonesia. Tapi ada seorang yang hilang disini, pengusaha muda berbakat yaitu Al Ghazali belum juga tampak batang hidungnya di antara para tamu yang hadir. Sebagai pengusaha yang sangat populer, tentu saja Al menjadi target para pemburu berita di tempat ini. Mengingat ACT juga satu-satunya pemilik saham dari proyek ini, ditambah lagi banyak sekali teka-teki yang menyangkut kehidupan pribadinya sehingga menimbulkan rasa penasaran publik.

Ruang jamuan yang di kelilingi dinding kaca itu terlihat super mewah, orang-orang di dalamnya saling berjabat, berbisik, juga tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan, satu sama lain terlihat akrab. Di sisi lain, terdapat dua orang reporter yang sibuk membidik kamera mereka dari luar ruang jamuan itu, namun tak sekalipun terdengar suara jepretan. Keduanya berusaha keras mencapai posisi terbaik untuk mendapatkan view sempurna, tapi sebenarnya apa yang mereka cari? Keduanya terlihat frustasi karena mereka tidak melihat sasaran mereka dari tadi.

"Kenapa tidak ada? Apa dia tidak datang? Mana mungkin..." Ujar salah satu wartawan majalah yang ada disana.

Grasak-grusuk putus asa, sampai terduduk di lantai.

"Sebentar lagi acara dimulai, aku rasa sebentar lagi dia datang." Ucap wartawan yang lain.

Sekian lama berkeluh kesah, sepertinya Tuhan mendengar keputus'asaan mereka. Keduanya langsung bangkit dengan tampang antusias, membuka mata lebar-lebar saat rombongan keluarga Ghazali memasuki ruangan dengan kerumunan para reporter. Kedua reporter itu sendiri tidak tertarik ikut bergabung dengan rekan-rekannya, mereka justru membidik sasaran dari tempat yang jauh. Tapi..... tunggu dulu, keduanya saling berpandangan bingung..... 'Dimana Al Ghazali ?'

"Sudah kubilang dia tidak datang!" Ucapnya sok tahu, tanpa melepas pandangannya dari kerumunan orang disana, semakin frustasi. Bahkan Tuan Ghazali beserta isterinya sudah melewati kerumunan wartawan yang dilarang masuk ke ruang jamuan, jelas-jelas hanya terlihat berduaan. Tak ada penampakan Al Ghazali.

"Mereka menyapa tuan Ghazali... Lihat itu..." Ujar wartawan yang lain dan jarinya menunjuk ke arah tuan Kato yang sedang mengobrol dengan tuan Ghazali.

"Sepertinya hubungan mereka baik-baik saja.. Tapi kenapa puteri tuan Kato juga tidak datang?"

"Aiiish.... Sia-sia aku berada di sini."

Tepat saat salah satu dari mereka nyaris menyerah, karena putus asanya. Tiba-tiba yang lainnya justru membuka mata lebar-lebar, rautnya kembali antusias saat dia mendapati sosok lelaki tampan berpostur tinggi yang sangat mudah dikenali berjalan dari arah yang berlawanan dengan kerumunan wartawan. Dia mendekati tuan Ghazali dan Kato.

"Oh....Lihat Itu.... itu.... Al Ghazali!" Ucap wartawan yang satu dengan terbata-bata sambil menarik-narik rambut temannya yang juga langsung memelototi lelaki itu.

"Oh.... Benar! Dia... datang sendirian???" Balas wartawan yang lain.

 datang sendirian???" Balas wartawan yang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Heart (END)Where stories live. Discover now