Begin -1-

995 63 8
                                    


Awan sudah berubah gelap saat wanita bertubuh mungil bernama Kim So Eun itu keluar dari gedung pencakar langit yang adalah tempat kerjanya. Hari ini sangat melelahkan karena ia harus mengurusi seluruh dokumen dari Direktur utama yang hari ini tidak hadir di kantor karena sang Direktur sedang ada kunjungan bisnis ke Macau.

Yah, ini tidak terlalu buruk memang karena ia masih bisa mengerjakan pekerjaan atasannya itu tanpa adanya gangguan dari sang Direktur itu sendiri. So Eun berjalan mengikuti jalan setapak yang akan membawanya pada halte bus untuk menaiki bus yang akan mengantarnya sampai apartemen kecilnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan So Eun merasa sangat lapar. Bagaimana tidak? Seharian ini ia sibuk dengan telepon masuk dari para klien atasannya itu. Dan yah, sekali lagi ini tidak terlalu buruk karena sang pengganggu sekali lagi tidak sedang ada di tempatnya.

Jika mengingat tentang atasan yang sekaligus adalah mantan pacarnya sendiri itu rasanya So Eun pikirannya akan bercampur menjadi satu di saat bersamaan, seperti saat ini yang tanpa sadar So Eun sudah sampai pada halte bus dan segera duduk di bangku halte yang sepi itu. Memejamkan matanya dan mengingat kembali kenangan buruk dan baik tentang lelaki yang saat ini sedang jauh darinya.

Kenangan saat dengan tiba-tiba lelaki yang sudah dengan tidak berperasaannya meninggalkannya demi wanita lain. Lelaki yang dengan egoisnya menghilang tanpa permintaan maaf. Lelaki yang -entah kebetulan atau memang sudah takdir- saat ini menjadi Direktur Utamanya dan dengan ketegasaannya memaksa So Eun untuk tetap menjadi asisten Direktur walaupun So Eun sudah membuat surat pengunduran diri yang langsung di hancurkan oleh lelaki brengsek itu.

Flashback...

"Perusahaan kita akan mengalami kebangkrutan. Untuk itu sepertinya Direktur Kang sudah menyiapkan daftar untuk pengurangan karyawan. Tapi ada kabar yang beredar juga tentang Direktur Kang akan menjual perusahaan ini pada pengusaha muda kaya raya." Obrolan yang selalu di dengar So Eun sejak dua bulan lalu tidak ada habisnya.

Cafetaria pagi ini pun diisi oleh obrolan seperti ini, So Eun hanya berlalu pergi tanpa ingin ikut campur karena sepertinya sangat tidak baik membicarakan pemilik perusahaan tempatnya mencari rejeki apalagi mereka membicarakan itu di dalam perusahaan itu sendiri.

So Eun berlalu cepat menghindari kerumunan teman sekantornya dan para penggosip itu menuju ruang Direktur Utama. Karena So Eun adalah seorang sekertaris Direktur Utama itu sendiri maka ruangan So Eun tepat berada di depan pintu Direktur itu.

Kringg...

Pesan masuk dari ponselnya membuat So Eun mengalihkan perhatiannya dari komputer yang sedang menampilkan pekerjaannya saat ini.

-Nuna.. kita kehabisan beras. Mampirlah ke mini market saat pekerjaanmu selesai oke.-

Isi pesan dari sang adik membuat So Eun terdiam. Bagaimana kehidupannya dan adiknya nanti jika gosip yang teman-temannya bicarakan itu menjadi benar? Ia hanya tinggal berdua dengan sang adik yang saat ini sedang menempuh pendidikan di universitas negeri dengan beasiswa yang didapatnya.

So Eun mengusap wajahnya tanda gusar saat telepon kantornya berdering dengan nyaring dan hampi membuatnya jantungan. Dengan cepat diangkatnya telepon itu dan ternyata sang Direktur lah yang saat ini sedang menelponya.

"Bisa kau keruanganku sekarang?" ucap sang Direktur yang langsung di sanggupi oleh So Eun.

Tokk.. tokk..

"Masuk." Suara sang Direktur terdengar dan So Eun membuka pintu besar itu dengan perlahan lalu memasuki ruangan itu dengan langkah anggun namun terkesan sopan.

My Ex is My Boss NowWhere stories live. Discover now