13. Samuel dan Dimas

2K 200 2
                                    

13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13. Samuel dan Dimas

Pukul 06:00 pagi.

Cowok berambut blonde yang di padu bandana hitam itu sengaja menghentikan kakinya yang berbalut sepatu putih itu pada setiap undakan anak tangga.

Hingga tiga orang yang sudah menunggu di meja makan itu menatapnya, lantas Samuel pun segera menghentikkan kebisingan kecil yang di perbuatnya.

Samuel sangat membenci salah satu orang yang sudah duduk manis di meja makan keluarganya itu. Samuel melayangkan tatapan malas yang entah sudah berapa kali, atau bahkan ribuan kali pada orang itu.

"Ada orang yang numpang sarapan di sini ceritanya," sindir Samuel kemudian, dan memilih pergi dari sana menuju dapur untuk mengambil air dingin tanpa memperdulikan wajah memerah Papahnya. Sebentar lagi ledakan amarah pasti akan terarah kepadanya.

"Samuel! Tolong di jaga mulut kamu! Maksud kamu apa menyindir Dimas seperti itu?!" Samuel sudah menduga dengan suara keras itu, dan Samuel rasanya sudah biasa akan hal itu.

Samuel meneguk sebotol air es yang ia ambil dari kulkas itu hingga tandas. "Nggak ada maksud apa-apa ko, Pah," jawabnya santai, semakin membuat Dafa―Papah Samuel menggeram tertahan dengan perilaku putra satu-satunya itu.

"Nak, nggak baik hmm minum air es pagi-pagi gini. Ayo, makan dulu."

Samuel menaruh botol kosong itu di atas meja pantry. Samuel tersenyum sangat tipis sekali, Bundanya memang berbeda.

Wanita yang melahirkannya itu lebih membelanya dan terkadang juga mnghentikan perdebatan yang terjadi antaranya dan Papahnya. Apakah Bundanya tahu apa yang ada di pikirannya?

"Samuel mau langsung berangkat ke sekolah aja Bunda." Samuel dengan cepat mengambil tasnya yang ia taruh di atas meja pantry.

Sedangkan Velia―Bunda Samuel tidak menyerah agar putranya itu tidak pergi dengan keadaan perut yang kosong.

"Setidaknya kamu sarapan dulu walaupun sedikit, Nak. Biat perutmu tidak terlalu kosong hmm, makan roti ya? Bunda udah siapin roti sama selai kesukaan kamu."

Perlahan Samuel melangkah, mulai mengambil dua lapis roti tawar yang sudah Bunda olesi dengan selai blueberry kesukaannya. Pemandangan itu pun tidak luput sama sekali dari pandangan Dafa.

Menurut Dafa Velia terlalu lembut dan tidak tegas sama sekali memperlakukan Samuel.

"Samuel berangkat." Pamitnya kepada Bundanya.

"Dimas berangkat satu mobil sama kamu," ucap Dafa, serentak membuat langkah Samuel terhenti.

"Terserah," balas Samuel datar.

***

Pintu itu Samuel tutup dengan pelan, namun tangannya mengepal erat pada knop pintu. Tidak memperdulikan ucapan Papahnya tadi.

AZKASEA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang