Menjadi mahasiswi tingkat akhir memang melelahkan. Itulah yang dirasakan gadis berpakaian syar'i kini-- Clara Azzahra yang akrab dipanggil Ara.
"Huh! Ya Rabb...Ara lelah," keluh Ara sembari duduk disalah satu bangku yang ada di fakultasnya. Bagaimana tak lelah? Hari ini hari senin, sudah menjadi kebiasaannya untuk puasa senin-kamis, ditambah banyak sekali tugas di semester akhir ini menjelang wisudanya.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, membuat sang empu sedikit terkejut.
"Astagfirulah... Felly kamu ih!" gerutu Ara pada sahabatnya-- Fellycia. Felly hanya menyengir saja, lalu ikut duduk disamping Ara.
Felly sudah bersahabat dengan Ara sejak masa putih biru alias SMP, dulunya Felly tak berhijab, seiring berjalan waktu dengan segala nasihat dari Ara Felly pun memantabkan untuk berhijab walau belum se-syar'i Ara.
"Aku rasanya pengen ngebatalin puasa deh, Ra," keluh Felly pada Ara. Ya mereka memang sering berpuasa senin-kamis, walau Felly sangat jarang sekali.
"Astagfirulah Felly ih! Yang kuat dong imannya tuh ah!" gerutu Ara pada Felly yang hanya mendapatkan manyunan bibir dari Felly saja.
"Ra, kita ngabuburit di mall yuk!" ajak Felly antusias dengan mata berbinar-binarnya. Buka puasa tinggal satu setengah jam lagi. Ara nampak berpikir, sangat jarang ia jalan-jalan di mall 'boros' katanya.
"Aku izin abi sama umi dulu ya?" pinta Ara pada Felly, Felly hanya mengngangguk saja sembari menunggu Ara yang sibuk menghubungi seseorang di ponselnya.
Tal lama Ara pun berkata bahwa ia diizinkan abi dan uminya, tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk ke pusat perbelanjaan itu.
Setibanya disana waktu sudah menunjukan pukul 17.18 Wib. Semakin mendekati waktu berbuka mata Felly semakin berbinar tak sabar, untuk menunggu waktu buka, mereka pun memilih untuk membeli ghamis.
"Aduh,Ra, aku gak suka ih sama ghamisnya, aku cari tunik aja ya?" rengek Felly yang memang masih anti dengan ghamis. Ara pun hanya mengangguk pasrah. Kini tinggal ia seorang yang sibuk memilah memilih ghamis syar'i.
Ia pun bergeser-geser untuk mencari-cari ghamis yang pantas untuknya. Hingga tak sengaja tangannya menyentuh kulit orang lain yang juga sedang memilih ghamis, seketika ia menurunkan tangannya dan memastikan siapa orang itu. Lantas ia pun menunduk kala mengetahui bahwa orang itu ialah laki-laki.
"Afwan, saya tidak sengaja," ucapnya dengan menunduk, menghindari zina mata. Lelaki itupun hanya tersenyum melihat gadis dihadapannya yang sangat bisa menjaga pandangannya.
"Tidak mengapa," balas lelaki itu dengan sangat ramahnya. Ara pun mengangguk saja lalu berpamitan. Baru saja ia berbalik badan dan melangkah'kan kakinya lelaki itu memanggil nya. Ia pun berbalik tanpa menatap lelaki itu.
"Bisa bantu saya memilih ghamis untuk ummi saya?" tanya lelaki itu, Ara pun hanya tersenyum sembari mengangguk.
Ia pun memilih-milih ghamis yang pantas. Ia sedikit bingung. Ia saja tidak tahu selera dan ukuran umminya lelaki itu.
Merasa bingung ia pun memilih'kan ghamis yang ia suka saja. Dan seukuran dengan umminya pula. Lalu ia mengambil ghamis itu dan memperlihatkan pada lelaki itu.
"Ini bagus. Saya suka. Ini pun warna kesukaan ummi saya," ujar pria itu sembari mengambil ghamis itu. Ara hanya mengangguk saja.
"Terimakasih, ukhty." sekali lagi Ara hanya mengangguk lalu melangkahkan kakinya untuk pergi.
Satu langkah. Dua langkah. Dan langkah ketiganya terhenti ketika pria itu memanggilnya lagi. Ia sedikit mendengus lalu berbalik.
"Ya, akhi?" ucapnya dengan masih menunduk. Pria itu lagi-lagi hanya tersenyum meski Ara tak melihatnya.
"Perkenalkan nama saya Hasan Arreyan, bisa panggil saya Rey," ucap Rey sembari menangkupkan tangannya didada.
"Clara Azzahra, panggil saja Ara," balas Ara juga dengan menangkupkan tangannya. "Saya permisi, asalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
###
"Asalamualaikum," ucap Rey seraya memasuki rumahnya. Merasa tak mendapatkan jawaban ia pun mengernyitkan keningnya.
"Ummi?" panggilnya pada sang ummi, sembari menduduk'kan bokongnya di soffa, kemana umminya itu? Abinya pasti masih bekerja.
Tak lama umminya pun datang dengan senyumannya. Rey langsung saja mencium punggung tangan umminya sembari mengulur senyum lalu meminta umminya untuk duduk disampingnya.
"Sudah pulang,Rey. Gimana di rumah sakit tadi? Hm?" tanya ummi Maryam sembari mengelus-elus pundak putranya itu. Ya, putranya yang seorang dokter.
"Alhamdullilah ummi, lancar dan baik," ummi Maryam hanya tersenyum sembari mengangguk.
"Oh ya, mi, ini tadi Rey mampir di mall, beliin ghamis buat ummi," ucap Rey dengan memberikan totebag berisi ghamisnya tadi.
"Masya Allah, jazaakallahu khairan, nak," ucap ummi Maryam sembari mengelus pucuk kepala Rey. Rey hanya tersenyum.
"Kamu tau banget suka nya ummi, Rey," ucap ummi Maryam sembari membuka totebag tersebut. Rey sedikit terkekeh, pasalnya bukan ia yang memilihnya, melainkan gadis yang menurutnya shalihah itu.
"Itu yang milih bukan,Rey ummi, tapi Ara, gadis yang tadi Rey temui disana," jawab Rey jujur. Ummi Maryam mengernyitkan keningnya. 'Siapa Ara?' pikirnya.
Rey yang melihat perubahan raut wajah umminya ia pun paham yang dipikirkan umminya. "Ara bukan siapa-siapa, Rey mi, cuma kebetulan ketemu tadi saja,"
Ummi Maryam terkekeh. Anaknya ini memang masih anti dengan gadis sepertinya. Diusianya yang sudah 25tahun masih kekeuh tidak mau menikah. Jika ditanya alasannya, 'belum siap, mau bahagiain ummi sama abi dulu'.
"Didunia ini ngak ada yang kebetulan, Rey. Semua sudah diatur oleh Allah. Siapa tau Ara dan kamu dipertemukan tadi karna Allah takdirkan bersama mungkin," goda ummi Maryam yang membuat Rey mengerucutkan bibirnya. Ummi Maryam tertawa melihatnya lalu berlalu pergi kedapur. Rey terkekeh memikirkan ucapan umminya itu.
###
Jadikan Al-qur'an bacaan utama yaa....Jazaakallahu khairan semuaa....
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ya Kamu[Selesai]
Novela Juvenil[SELESAI] "Aku mencintaimu karna Allah. Maka, biarlah hanya Allah saja yang akan memisahkan kita kelak. Dan, aku berharap Allah mempertemukan kita kembali di Jannah-Nya". --Jodohku Ya Kamu--- (SPIRITUAL-ROMANCE) *** HARAP TINGGALKAN JEJAK B...