{dýo}

126 30 16
                                    

Eric sedang berada di kamarnya sambil tidur-tiduran. Ia memikirkan apakah Ryan akan menyanggupi permintaan tolong nya atau tidak. Pasalnya "sesuatu" tengah mengusik ketenangannya. Dan itu berasal dari samping rumahnya.

Jujur saja, Eric takut. Takut sesuatu tersebut mengancam nyawanya.




















"Sial!" pekik Eric.

Eric buru-buru turun dari tempat tidurnya dan berlari keluar kamar. Sebuah aroma tidak mengenakkan menusuk indra penciuman Eric dan entar desir angin dari mana yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Uhhukk! Uhhukk! Uhhukk!"

Aroma tidak sedap tersebut membuat Eric mual dan terbatuk-batuk. Sambil masih menuruni tangga ke lantai dasar, Eric menelpon ibunya.

"Halo, Ibu. Bau itu datang lagi!"

















Ibu Eric pulang ke rumah sepuluh menit kemudian. Eric yang sedang menunggu dengan cemas pun merasa lega. Ia menyambut ibunya di depan pintu masuk sambil tersenyum lebar.

"Akhirnya Ibu pulang juga," ucap Eric kepada ibunya yang sedang melangkah ke pintu masuk rumah.

"Kamu nggak apa-apa, sayang?" tanya ibu cemas. Ibunya tahu bahwa Eric sangat lemah terhadap bau-bau menyengat seperti itu.

"Nggak apa-apa, Bu," jawab Eric tenang. "Baunya sudah  hilang di sini."

"Oh, syukurlah."

Kemudian ibu Eric pun pergi ke kamarnya untuk menaruh tas. Tidak lama kemudian, ia pun bergabung bersama Eric di ruang tamu.

"Ric," panggil ibu kepada Eric yang sedang fokus dengan ponselnya.

Eric mengangkat kepala. "Hm?"

"Kamu tahu kapan bau itu mulai muncul?" tanya ibu Eric serius.

Eric menghentikan kegiatannya. "Kalau aku gak salah terka, sih, satu hari setelah ayah ke luar kota."

Ayah Eric memang sedang keluar kota sekarang. Tour bersama teman sekantornya selama dua minggu ke depan. Hari ini adalah hari ke empat ayah tidak di rumah.

"Tidak mungkin sesuatu menyuruh kita pergi dari rumah ini, kan?" tanya ibu yang membuat Eric mengangkat kepalanya.







































Eric sedang pergi ke supermarket. Membeli beberapa keperluan dirinya untuk beberapa hari ke depan. Supermarket ini cukup jauh dari rumahnya. Mengingat bahwa rumah Eric berada di perumahan yang elite.

DUGH!

"Aduh!" pekik Eric. Kepalanya dihantam sesuatu yang cukup keras hingga membuatnya sedikit berputar.

"Ah, maaf. Gue gak sengaja," seseorang yang bersalah tersebut meminta maaf kepada Eric yang sedang memegangi kepalanya.

Eric melirik ke arah si pemilik suara.

"Loh, Zein?" Eric terheran-heran.

Zein adalah sepupu Eric. Mereka cukup dekat dan akrab.

"Eh, Eric?" seseorang bernama Zein itu menunjuk Eric. Seolah tidak percaya mereka akan bertemu di sini.

"Apa kabar, bro?" tanya Eric sambil menepuk bahu Zein.

"Wah, baik, bro! Lo apa kabar juga?" tanya Zein balas menepuk lengan Eric.

"Gue baik juga, bro. Eh btw, lo ngapain ke sini? Jauh banget dari rumah lo," tanya Eric keheranan.

"Ohh ituu.. Gue lagi lewat aja kebetulan, trus mampir sini buat beli minum sama snack," jawab Zein yang menurut Eric sedikit aneh dengan jawabannya.

Eric manggut-manggut. "Eh, kembaran lo gak ikut, nih?"

"Oh, Zain? Biasa lah dia mah kan kurang suka jalan-jalan kek gue."

Eric tertawa kecil. "Kapan ke rumah? Udah lama banget, nih."

"Hmm, nanti gue izin dulu ke mama, ya?"

"Oke deh. Eh, btw gue duluan, ya," Eric melambaikan tangannya.

Zein membalas lambaian tangan Eric.





























Sampai di rumah, Eric langsung menaruh barang belanjaannya di sofa. Ia pun menghempaskan tubuhnya di samping belanjaannya itu. Kemudian mengeluarkan ponselnya.

Ada pesan dari Ryan.

Room Chat
Ryan

|Ric
|Gue mau bantu lo

Sebuah pesan yang membuat Eric merasa lega.

Ok|
Makasih Ry|
Read

Eric menghembuskan napas lega.

Semoga ini bisa membantu, pikirnya.

















Malam harinya, Eric sedang makan di meja makan bersama ibunya. Sepi sekali makan malam tanpa ayah.  Biasanya ayah selalu bercerita tentang kegiatannya di kantor ataupun tentang berita-berita yang ia temukan di media sosial.

Eric menghembuskan napas kasar.

"Bu, tadi aku ketemu sama Zein di supermarket," ujar Eric tiba-tiba.

Tampang ibunya langsung berubah. Seperti— sedikit ketakutan?

Namun buru-buru ia mengubah raut wajahnya.

"Dia sendiri?" tanya ibunya tanpa menoleh ke arah Eric.

"Iya," jawab Eric singkat.


Ting!


Sebuah pesan masuk ke ponsel ibu Eric. Dia membaca pesan yang masuk. Ia mengernyitkan alisnya dan menggigit bibir bawahnya.

Eric yang melihat sedikit keterkejutan ibunya pun bertanya. "Kenapa, Bu?"

Ibunya pun menoleh. "Apa— oh, ini kata tante Ren, Zein dan Zain tiba-tiba mau nginap ke sini," jawab ibunya sambil masih membalas pesan.

"Serius? Yesssss!" sorak Eric girang.

















Namun Eric tidak tahu bahwa ibunya mencemaskan sesuatu pada kedatangan sepupu kembar Eric.





|Beside The House|

[✔️] ʙᴇsɪᴅᴇ ᴛʜᴇ ʜᴏᴜsᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang