"Aza, ayo bangun sayang."
Aza kembali menarik selimut yang sudah disibak Yuna.
"Kenapa sayang? Kamu sakit?"
"Aza nggak sakit." Suara serak dari balik selimut menjawab.
"Terus, kenapa? Aza nggak mau sekolah?"
"Nggak suka sekolah."
"Kenapa?"
Aza diam agak lama, "pokoknya nggak mau sekolah." Aza menutup selimut sampai ke kepalanya.
"Aza, coba bicara sama ibu kenapa? Kenapa nggak mau sekolah?"
Tak ada jawaban. Yuna menarik napas. Dan menghelanya pelan. Ia berdiri dan melangkah keluar.
Ia berjalan ke ruang makan dan duduk disana dengan kedua tangannya menyangga kepala.
"Ada apa?" Itu suara Juna yang baru ia sadari keberadaannya. Oh, iya lupa. Laki-laki itu mulai sering kesini dan menjadikan dirinya seperti supir pribadi Aza. Mengantarkannya ke sekolah dan membawanya pulang ditengah jadwal padatnya. Tapi, ia tidak terlalu peduli akan hal itu. Sekarang pikirannya disesaki pertanyaan kenapa anaknya tidak mau sekolah? Dan enggan memberi jawaban?
Yuna menyandarkan punggung ke kursi. Melihat tiap kursi di sini sudah dipenuhi orang-orang. Ayahnya, ibunya, Dafa dan Juna yang masih menatapnya.
"Aza tidak mau sekolah."
"Aza sakit?"
Yuna menggeleng lemah, "Dia tidak mau. Saat ku tanya ia hanya diam."
"Biar aku coba, kamu bisa sarapan dulu." Juna berdiri dan bergerak menuju ke kamar Yuna.
"Kenapa ibu senyum lihat Juna?" Celetuk Dafa membuat semua pandangan melihat Bu Asri.
Bu Asri menggeleng dengan sisa senyum di ujung bibirnya, "Ibu selalu berdoa yang terbaik untuk kalian."
Dahi Dafa mengerut tak paham. Yuna mengamati jemari tangannya. Dan Pak Seno membalik koran.
Tak lama kemudian, Juna keluar dengan Aza dalam gendongannya. Anak itu nampak nyaman bersandar di bahu Juna. Berpakaian seragam dan rambut basah. Yuna berdiri tegak.
"Katanya tadi tidak mau sekolah." Ucap Yuna seraya mengambil Aza.
"Kata Om Juna, ibu sedih lihat Aza nggak sekolah. Jadi, Aza sekolah."
Yuna menarik kedua ujung bibirnya. Tersenyum penuh pengertian, ia mengusap rambut anaknya, "Kenapa tadi Aza nggak mau sekolah?"
Aza agak diam. Bocah itu menunduk, "nggak mau aja."
"Ya udah, ayo sarapan."
Juna ikut mengelus kepala Aza sayang. Lalu matanya bergulir ke kanan dan menemui mata Yuna. Ia langsung mengangkat tangannya. Dan menggaruk tengkuknya.
.
.
.19 Maret 2020
Vote dan komen 😉Semoga kalian sehat selalu. Dan yang sakit di berikan kesembuhan. Serta negara kita semoga cepat pulih kembali. Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga tahun [End]
General FictionWaktu memang adalah hal menakutkan di dunia ini. Tak memandang pangkat, derajat, kekayaan, dan status. Ia akan terus berjalan. Tanpa diminta atau bisa dihentikan. Dan manusia pun bisa berubah karenanya. Sebelum tiga tahun dan setelah tiga tahun. Buk...