"Apa yang sedang kau lakukan di rooftop sendirian eoh? bukankah ini sudah jam pulang kerja mu?" Singto duduk di samping Krist dan mulai melingkarkan kedua tangannya di pinggang krist, dia menatap Krist dengan tatapan hangat dan bertanya tanya apa yang dilakukan oleh nong kesayangannya itu.
"P Sing! kau membuatku terkejut!" Krist kesal dan kembali fokus dengan kaca yang sedang ia pegang saat ini. "Ada apa dengan bibirmu?" Singto yang mulai kesal karna diabaikan pun langsung menarik dagu Krist. "Apa yang terjadi? Ada yang memukulmu?" Singto melihat wajah Krist dengan seksama.
"Cks, P Sing! Kau terlalu berlebihan!" Krist berusaha melepaskan tangan Singto dari wajahnya. "Lalu apa yang membuatmu resah?" Singto makin penasaran. Krist menggeleng kesal, dia tau Singto sedang khawatir dengan nya saat ini. "Beritau aku kit!" Singto menatap Krist dengan tatapan sangat kesal.
"P Sing, sebenarnya..." Krist menatap Singto dengan tatapan sedih, "Ada yang menyakitimu?" Singto benar benar marah saat ini namun dia tetap berusaha lembut dengan nong kesayangannya itu, tiba tiba terlintas di kepala Krist untuk menjahili P kesayangannya itu. "Sebenarnya..." Krist sedikit ragu dengan keusilannya.
"Apa itu benar, ada yang menyakitimu? jawab aku!" Singto benar benar marah, Krist mengangguk perlahan, Singto menghela nafas, dia berdiri dan menatap tajam kearah Krist. "Siapa? beritau aku! aku akan menghabisinya!" Singto duduk kembali, ia menatap wajah Krist dengan seksama.
"P sing..." Krist mulai takut dengan aura kesal Singto, "Heem?" Singto menatap Krist dalam, "Ini yang menyakiti ku." Krist membuka mulutnya. Singto terdiam dan bingung "Kit sariawan P Sing!" rengek Krist. "Cks, jadi kau sariawan?" Singto sedikit lega dengan jawaban Krist.
"5555~ jadi daritadi yang membuat mu resah adalah sariawan kecil ini?" Singto benar benar gemas dengan kelakuan Krist, bahkan sariawan yang kecil bisa membuatnya sangat menggemaskan. "P Sing, apa kau tau? Sariawan sekecil ini sangatlah menyakitkan!" Krist kesal karna P kesayangannya itu meremehkannya.
"Ya, aku tau itu sangat menyakitkan..." Singto mengacak ngacak pelan rambut Krist. "Apa kau tidak takut karma P?" Krist menatap kesal kearah Singto, rasanya dia ingin mengigit Singto saat itu juga. "Ah, apa kau sudah memberi obat pada sariawan mu?" Singto mulai serius, tatapan hangat nya membuat Krist luluh.
"Belum P, itu akan sangat menyakitkan." Ucap Krist. "Baiklah akan ku bantu mengobatinya, kau tidak ada jadwal hari ini?" Tanya Singto. "Tidak ada P, apa kita akan kerumah sakit untuk sariawan sekecil ini?" Krist bingung. "Ikut aku." Singto pun menarik Krist dan membawanya ke dalam mobil.
Selama perjalanan Krist tidak banyak bertanya, dia masih menatap kaca dan melihat sariawan yang ada di bibirnya itu, benar benar sakit dan sangat mengganggu. "Ah... bukankan ini arah menuju rumah mu P Sing?" Krist menatap Singto dengan tatapan bingung. Singto tersenyum, senyuman yang memiliki banyak arti.
Krist dan Singto sudah sampai di rumah Singto, mereka berjalan menuju kamar Singto, "Duduklah." Ucap Singto. "Mhm..." Krist duduk di kasur Singto dan melihat sekitar kamar Singto yang sangat rapi itu. Singto duduk di samping Krist, Singto tersenyum.
"Kenapa? Apa ada yang lucu?" Krist sedikit curiga dengan Singto. "P Sing, mana obatku?" Krist melihat kearah Singto, bahkan Singto tidak membawa obat sama sekali, "Aku akan memberimu obat." Singto mendekatkan wajahnya dengan Krist. "P apa yang akan kau lakukan?" Krist memejamkan matanya.
"Aku ingin melihat sariawanmu, buka mulutmu." Muka Singto semakin dekat dengan Krist, Krist bisa merasakan hembusan nafas Singto saat itu. Krist membuka mulut nya dan *Cup* Krist terkejut, P kesayangannya itu melumat bibir bawahnya, Krist merasa sakit di daerah sariawannya namun ia tidak bisa melepaskan lumatan Singto, tangan Singto menahan punggung Krist agar dia tidak bergerak kemana mana.
"Phi..." Krist berusaha melepaskan lumatan Singto, namum Singto tidak menghiraukannya, Singto semakin memanas, Krist mulai pasrah dan membalas lumatan P nya itu, sampai akhirnya Krist sudah kehabisan nafas, dia mendorong pelan Singto, Singto yang tau Krist sudah kehabisan nafas pun melepaskan bibir Krist dari lumatannya.
"Hahhh hahhh haahhh..." Krist mengambil oksigen sebanyak banyaknya. "Apa kau gila P sing?" Krist menatap kesal. "5555~ kenapa muka mu memerah kit?" Singto menggoda Krist. "Apa kau mau membunuhku? kau selalu membuatku jantungku tak karuan." Ucap Krist sambil membelakangi Singto.
"Aw... justru aku senang melihat mu seperti ini, kau lucu saat malu Kit." Singto memeluk Krist dari belakang. Krist memalingkan wajahnya, "Aku membencimu P Sing!" ucapan Krist membuat Singto semakin gemas dengan kelakuan Nong kesayangannya itu. "Ah, maaf kit maaf... Itu hukuman karna kau membuatku khawatir." Ucap Singto.
Singto berdiri dan membuatkan Susu Stawberry hangat kesukaan Krist, Krist masih melihat sariawannya itu, "Apa semakin membesar?" Singto memberikan susu strawberry kepada Krist. "Kurasa sudah membaik P." Krist tersenyum dan meminum susu yang di buat oleh Singto. "Jadi aku berhasil bukan?" Singto tersenyum.
"Apa tidak ada cara lain, kau licik Singtuan!" Krist menaruh minuman nya ke meja di samping kasur Singto, "Apa kau ingin cara yang lebih ampuh?" Singto tersenyum nakal, membuat Krist ingin kabur dari tempat itu. "Apa besok kau ada jadwal Kit?" Singto memeluk pinggang Krist. "Phi! jangan gila!" Krist berusaha melepaskan pelukan Singto. "Aku akan mengobati mu hingga kau sembuh Kit."
-END-
YOU ARE READING
You Are My Vitamin [Krist x Singto]
Fanfictionsàwàddee ká ^^ Ini cerita BL pertama aku tentang P Sinto dan P Krist ^^ Maaf kalau banyak Typo dan kesalahan ^^ Semoga kalian suka , jangan lupa kasih bintang ya ^^ kòbkûn ká ^^ WARNING [17+]