Imperfect But Better Than Ever

201 7 2
                                    


Hari ini aku dan kedua orangtuaku pergi untuk mendaftar ke sekolah lanjutan. Nim-ku tidak terlalu tinggi ataupun rendah. Tapi keberuntungan tidak membawaku sampai pada sekolah yang kuinginkan. Akhirnya di tengah perjalanan, aku begitu malasnya untuk mencari sekolah negeri yang lain dan memilih pasrah. Kali ini aku sudah tidak lagi menentang ayahku. Aku mulai merasakan sedikit perasaan sayang untuknya.

Ayahku sebenarnya tidak pernah memarahi ataupun menyentuh fisikku untuk bermaksud melukai. Tidak sama sekali! Tapi karena di masa kecilku ia sering melakukan itu terhadap mama, akupun otomatis membenci sikapnya. Saat itu mungkin saja usiaku terlalu kecil untuk menentukan sikap. Sekarang, perlahan aku mulai menerima kebaikan dari ayah sambungku dan tulus menganggapnya seorang ayah buatku. Lagipula kehidupan keluarga kami juga menjadi lebih baik daripada yang dulu. Dari segi keuangan ataupun keharmonisan.

Ayah menunjuk salah satu sekolah madrasah yang akan menjadi calon sekolah baruku. Ayah yakin bisa membuatku bersekolah di situ karena salah satu orang penting di sana adalah teman ayah. Aku pun masuk ke madrasah itu dengan polosnya menggunakan pakaian yang tidak menunjukan sisi madrasahku. Ayahku tertawa melihatku. Akhirnya mama memutuskan untuk pulang kerumah dan mengambil baju yang pantas serta kerudung untuk di pakai.

Tersisa aku dan ayah di parkiran sekolah sambil menunggu mama mengambil bajuku. Ayah terus saja menyemangatiku di saat aku bahkan tidak niat sama sekali untuk daftar di sekolah ini. Ayah terus di sampingku karena ia tahu moodku begitu kacau dan hampir menangis karena bukan ini yang kuinginkan.

30 menit kemudian mamaku datang. Kami bertiga bergegas masuk ke madrasah dan langsung mendapat giliran tes mengaji juga bacaan shalat. Kedua hal itu lumayan mudah bagiku karena dari kecil aku telah melakukannya. Tidak ada kendala sama sekali. Dan menariknya lagi, hanya ayahku yang terus mengikutiku sampai diruangan tes dan tetap berdiri di sampingku. Padahal tidak satupun calon siswa yang mengikuti tes dengan di temani orangtuanya. Tapi ayahku melakukan itu untukku. Ayah bahkan mengusap kepalaku dengan lembut. Setelah selesai melakukan tes, hasilnya langsung di beritahukan. Tentu saja aku lolos dan ayah sangat berterimakasih pada guru yang mengujiku.

Selanjutnya adalah tes pengetahuan. Hal yang rumit bagiku adalah matematika. Mengingat ketika SMP aku benar-benar tidak terlalu banyak belajar lagi. Sebelumnya, aku telah menyerah dihadapan ayah. Aku mengatakan mungkin kali ini tidak akan lolos. Untuk itulah ayah membawaku pada temannya yang bertugas di madrasah dan memberiku soal matematika yang akan kuhadapi beserta jawabannya. Ya, mungkin inilah yang bisa seorang ayah lakukan untuk anaknya.

Hari ini aku telah siap untuk mengikuti tes terakhir karena aku telah mendapatkan jawaban dari soal yang kutakuti. Masih banyak soal lain yang harus ku isi tapi aku tidak begitu masalah selama itu bukan MTK. Selesai tes, aku pulang ke rumah dan berkata pada ayah semuanya telah lancar. Hingga satu minggu kemudian namaku lolos dan masuk di daftar 17 dari sekian ratus siswa baru. Wow.. aku merasa begitu beruntung setidaknya madrasah ini adalah sekolah negeri. Ntah kenapa dari kecil aku tidak ingin masuk di sekolah swasta mengingat biaya yang mahal dan tentu saja negeri adalah yang terbaik buatku. Aku tidak ingin terlalu merepotkan orangtua dalam hal pendidikan. Ayah tersenyum padaku dan mengucap syukur mengetahui bahwa aku lolos di madrasah. Untuk pertama kalinya kita benar-benar bertindak seperti seorang ayah dan anak.

Sekarang adalah babak baru dalam hidupku. Kali ini aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan. Jelas, aku masih mengenang ola dengan membawa sejuta penyesalan. Aku disini hanya karena kewajibanku untuk bersekolah. Tapi hatiku, aku biarkan tenggelam dan hanyut pada kenangan tragis itu.

Aku pun masuk di kelas 10b. Aku bertemu dengan teman-teman yang asik tanpa ada satupun yang menarik perhatianku. Pada saat jam istirahat, aku melihat salah seorang gadis yang kelasnya bersebelahan denganku. Wajahnya seperti barbie mengingatkanku pada ola. Aku pun terpaku sambil mengingat lagi kenanganku bersama ola. Mataku dan gadis itu tidak sengaja bertemu dan membuatku semakin tidak berkutik.

REVEALSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang