Chapter 2: afwan

832 96 10
                                    

"Felly, ayok temenin ke perpus, mau ngerjain tugas," rengek Ara pada Felly yang sibuk memainkan ponselnya.

Ara pun mendengus, karna tidak direspon sama sekali oleh Felly. Ia memutuskan untuk ke perpus sendiri, biarlah tanpa Felly. Ada Felly pun ia hanya akan dikacangi bukan?

Kini dirinya sibuk mencari buku untuk mengerjakan tugasnya. Jurusan yang ia ambil yaitu kedokteran. Jujur Ara anti sekali dengan bau darah, bahkan tak suka, tapi entah mengapa sejak kecil ia sudah sangat menyukai dunia kedokteran. Jadi kini ia pun harua belajar untuk tidak jijik ataupun takut pada darah.

"Ih! Mana sih bukunya?" monolog Ara dengan kesal. Sudah hampir 15menit ia mencari-cari buku untuk mengerjakan tugasnya, tapi tak kunjung juga dapat.

"Eh, Ra, nyari buku apa?" tanya Nindya, teman satu kelas Ara.

"Eh, ini cari buku buat ngerjain tugas, kamu udah nemu?" tanya Ara dengan mengalihkan pandangannya, masih mencari-cari buku.

"Udah kok, nih lho bukunya, cari aja di rak pojok sana," ujar Nidya sembari menunjuk'kan buku tersebut. Ara hanya manggut-manggut lalu berterima kasih dan segera mencari buku tersebut.

"Nah...ini dia, alhamdullilah, okee dehh sekerang kerjain tugasnya, cuss!" ujar Ara antusian dan dengan secepat kilat ia membalik'kan badannya hingga tak sadar bahwa dibelakangnya ada seseorang.

"Aduh...Allah," ringisnya sembari menyebut asma Allah. Akibat menubruk lelaki itu ia pun mental dan jatuh. Ia mendongak memastikan siapa dia. Ara terkejut karna lelaki itu ialah lelaki kemarin yang ada di mall.

Dengan cepat Ara berdiri dan merapikan ghamis serta khimarnya. Lalu ia mendongak sebentar dan kembali menunduk. Lelaki itu masih saja diam.

"Afwan, akhi," ujarnya. Namun, lelaki itu masih saja diam. Bahkan ia tak menatap Ara. Lalu Ara mendongak dan melihat lelaki itu yang sedang fokus mencari buku.

Merasa dicuekin, Ara pun memilih berlalu pergi. Lagi, baru beberapa langkah, lelaki itu menghentikannya dengan berkata.

"Memangnya sudah saya maafkan?" ucap lelaki itu yang tak lain ialah Rey. Ara mengernyit. Apa susah bagi lelaki itu untuk memaaf'kannya? Lagi pula ia tak sengaja.

Ara pun berbalik badan, dan sama. Ia masih mendapati lelaki itu yang sibuk mencari-cari buku.

"Saya tak sengaja. Dan apa susahnya memaafkan? Ini hanya hal kecil. Lagi pula, Allah saja Maha Pemaaf, sedangkan, akhi?" ujar Ara yang mulai geram dengan lelaki dihadapannya ini, yang sama sekali tak menatapnya, hanya menatap buku-buku mati itu saja.

Rey terkekeh mendengarnya, gadis disampingnya ini ternyata sedang kesal dengannya. Rey menghadapkan dirinya dengan gadis itu. Ia tersenyum namum Ara malah memutar bola matanya malas lalu menunduk.

"Lain kali hati-hati, jangan kebanyakan bicara 'afwan'," ucap Rey dengan sedikit terkekeh.

Ara mendongak, matanya melotot, namun cepat-cepat ia palingkan untuk menghindari zina.

"Terhitung 2 kali ukhty bicara 'afwan' pada saya, jangan keseringan ukhty," ujar Rey dengan sedikit tertawa. Ara kesal. Ia menghentak'kan kakinya sekali. Mencoba beristigfar sebanyak-banyaknya dalam hati.

"Dan itu untuk pertama dan terakhir, akhi," ujar Ara sembari tersenyum sinis kearah Rey. Namun, hanya sekilas.

Ara menunduk lagi lalu berpamitan."Saya permisi, asalamualaikum?" ujarnya lalu berlalu pergi.

Rey kembali terkekeh, lalu menjawab salam itu dengan kekehannya.

###

Enjoy gaiss.... Don't forget to vote, comment, and follow me.

Jadikan al-quran bacaan utama okeyy...

Jazaakallahu khairan...

Jodohku Ya Kamu[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang