Bunga yang mulai berguguran kala musim kemarau tiba, kini batangnya telah patah dan mati, mungkin itu adalah kata yang cocok untuk keadaan Syeril saat ini. Seorang kakak yang sangat ia sayangi kini telah tiada.
Tuhan bila kau masih memberiku kesempatan...
Izinkan aku untuk tetap menyayanginya...
Namun jika waktuku bersamanya telah habis....
Maka biarkan aku tetap mengenangnya.....
Mungkin itu puisi yang cocok untuk Syeril. Perasaan yang begitu hancur datang menghampirinya. Perasaan yang tak pernah ia harapkan telah hadir dalam hidupnya, dia datang tanpa permisi dan ntah harus seperti apa syeril menjalankan hidupannya tanpa seorang kakak. Akankah dia terlihat lembut dengan kehidupannya atau menjadi tak tahu aturan setelah kehilangan sosok terindah dalam hidupnya.
SYERIL DAN TEMAN -TEMANMatahari mulai terbit dari ufuk timur, sinarnya yang terang mulai menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamarku. Terasa tubuh ini malas untuk terbangun dari kasur empukku. Perkenalkan aku adalah Syeril Cleve. Aku biasa dipanggil Syeril. Aku adalah siswi dari SMA Xaveria. Aku mulai bergegas mandi, berlari menuju meja makan dan berpamitan.
"Syeril ke sekolah dulu!"
"Syeril ga makan dulu...?" Tanya mama dengan suara khas miliknya.
"Syeril uda telat!" Jawabku ketus
"Ril, sampai kapan kamu akan bersikap seperti itu ke mama?!" Bentak papa.
"Andai mama tidak mengizinkan Kak Rama waktu itu pa, pasti Kak Rama masih ada saat ini bersama kita." balasku berlinang air mata
"Tapi Ril itu bukan sepenuhnya salah mama, itu takdir Tuhan!" Jawab papa belum usai menjelaskan.
Papa hanya terdiam dan mama termenung melihat tingkahku yang semakin susah diatur karena kepergian Kak Rama. Aku mulai menaiki jok motor kesayangan Kak Rama, motor gede dengan modif yang cukup keren untuk membuat perempuan terkapar tak berdaya melihatnya. Aku bukan lagi perempuan feminin tapi perempuan tomboy yang tidak mengerti sebuah aturan. Sesampainya di sekolah aku memarkir motor dan mulai menyusuri koridor pagi ini.
"Syeril....!"
Syeril yang baru saja sampai di Xaveria, terengah-engah kehabisan nafas setelah berlari untuk sampai di gerbang sekolah.
"Ril???" Dylen memanggilku dengan suara cemprengnya.
"Kenapa Len? Lo tiba-tiba bikin gue jantungan tau nggak?"
"Lo itu kenapa sih selalu aja telat sekarang... nggak takut di hukum?"
Gue cuma tersenyum simpul melihat Dylen dan Albert yang sebelas dua belas cerewetnya sama seperti mama. Meskipun mereka seperti itu tapi banyak banget cewek dan cowok yang naksir. Banyak yang heran juga, kok bisa sih seorang Syeril bermuka brandalan tapi bisa punya sahabat dengan taraf kelas atas seperti itu. Iyalah dulu aku pernah menjadi perempuan idaman di sekolah ini. Tapi takdir telah mengubah hidupku lebih cepat dari perkiraanku.
Perjalanan ke kelas...
"Aaahhh! Gue gak pernah takut dengan apapun!"
"Gue tahu, tapi kasihan lo Ril?" tukas Albert.
Dia cuma geleng-geleng kepala melihat tingkahku yang seperti itu. Aku berjalan menyusuri koridor pagi ini bersama kedua sahabatku.
BRUUUKKK!!
"Aaassshhhh...! Punya mata ngga sih lo!" Bentakku saat itu dengan emosi yang meluap-luap.
Cowok itu diam membisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAFAS TERAKHIR MAMA
General FictionBunga yang mulai berguguran kala musim kemarau tiba, kini batangnya telah patah dan mati, mungkin itu adalah kata yang cocok untuk keadaan Syeril saat ini. Seorang kakak yang sangat ia sayangi kini telah tiada. Tuhan bila kau masih memberiku kesempa...