You'll save

57 4 1
                                    

Be healty all ❤️- author

Pagi hari yang cerah dengan awan putih yang menyejukkan mata kembali menyapa hari ini. Hari ini seluruh murid kelas 11 berkumpul di lapangan basket untuk mendengarkan keperluan yang harus mereka bawa saat berkemah.

"Lo siap camping?"tanya Yuta.

"Ya engga lah, gile ape gue siap camping."ucap Bryan.

"Gue belum siap melepas hp gue tersayangg, kalo doi ngechat dan gue ngga bales terus kita putus, yes gapapa putus,"

"Mulut lo Dik minta ditabok,"balas Devan.

"Beneran Dev gue itu pengen putus tapi ngga tau alesannya, manja banget soalnya,"ucap Dika sambil menyisir rambutnya ke belakang.

"Ngga ada doi bingung, ada doi pengen putus, bingung banget gue sama hidup lo,"

"Hust, ada yang nguping cerita kita,"ucap Yuta.

"Siapaa?"

"Angin angin yang berhembus,"

"Bangsit, males gue sama candaan lo,"decak Devan.

Suara percakapan mereka bahkan terdengar hingga barisan terdepan.

"Hei itu yang dibelakang, jangan rame terus ya hargain yang di depan. Ini juga buat keperluan kalian,"

"Gaboleh marah-marah pak nanti tambah tua lho,"

Tiba-tiba mereka sekarang terdiam dan fokus dengan apa yang dibicarakan di depan. Rupanya mereka terdiam karena guru paling killer di sekolah berada tepat di belakang mereka.

Devan melihat sekeliling dan matanya menemukan Aurell sedang berdiri di ujung barisan. Aurell bahkan hampir tidak terlihat di kerumunan karena tubuhnya berhimpit antara anak paskibra yang tingginya diatas rata-rata. Mulutnya tiba tiba sedikit tertarik hingga membuat senyum tipis muncul.

"ih orang aneh lewat,"

"Minggir minggir jangan nyentuh gue,"

"Dia udah gila apa gimana sih? Berani banget ngelaporin kakel,"

Mata Aurell dan Devan tertuju pada segerombolan orang di pinggir lapangan. Aurell melihat seorang anak laki-laki berkacamata sedang berjalan sambil menundukkan kepala di tengah kerumunan itu. Semua yang disana menyebut anak itu"aneh". Laki-laki itu sesekali membetulkan kacamatanya yang hampir jatuh.

"Bawa sial doang lo ah,"

"Maaf kak,"ucap lelaki itu.

"Untung lo punya koneksi di sekolah kalo engga, ngga mungkin lo sekolah disini,"

"Lo tau kan kita paling ngga suka sama orang yang manfaatin koneksi buat masuk sekolah ini, dan gue ngga suka sama orang yang bawa masalah," lanjutnya.

"Ta-tapi kak, aku masuk sekolah ini bukan karena koneksi,"ucap cowok itu sedikit gemetar ketakutan.

"Dan lo, lo juga kan yang laporin gue ngerokok di kebun belakang,"

"eng-eng-,"ucap lelaki berkacamata itu terpotong karena gugup.

"Bacot depan guru aja lancar banget, disini gagap,"

"Diem lo Den, lo juga bacot aja daritadi gue liatin,"ucap Devan yang tiba-tiba bergabung dengan kerumunan.

"Lo ngga usah ikut ikut bisa? Masih adek kelas aja ikut campur,"balas Denar.

"Sumpah ya gue benci ikut campur urusan lo tapi lo juga harus sadar diri dong, lo masuk sekolah ini karena bokap lo yang nyumbang dana buat sekolah ini,"

IMPREDECIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang