Cahaya (1)

239 29 0
                                    

Chapter (1).

I say I Love You...

Masashi_Kishimoto

.

Dapatkah aku mencapai Cahaya yang bersinar terang itu?

.

"Okaa-san,minumlah obat ini."

Aku duduk disamping Ibu, yang sedang terbaring di futon.

Ibu bangkit, kemudian aku memberikan segelas air putih padanya dan satu pil obat.

"Terima kasih Hinata."

Dengan wajah pucat, Ibu tersenyum cantik kepadaku,yang tentunya kubalas senyuman lembut untuknya.

Aku menggenggam tangan dingin Ibu,dibalik selimut tebal ini.Aku ingin memberikan kehangatan padanya.

Suasana hening ini membuat kami terasa tenang. Setiap hembusan angin seolah-olah membelai tubuh kami secara halus.

"Okaa-san, panggilah aku, jika membutuhkan sesuatu."

Bibir putih pucat itu mengembangkan senyuman indah. Tangannya yang lemah mengelus rambutku dengan Perlahan-lahan.Mata hitam bagaikan awan mendung,menatapku penuh iba.

"Maafkan aku Hinata,aku tidak bisa membantumu dan selalu merepotkanmu. Maafkan aku,karena aku,kamu harus menanggung beban berat seperti ini."

Suara Ibu terdengar serak,rasa penyesalan juga kekecawaan terlukis jelas diwajahnya.Kupegang tangan Ibu,dan menaruhnya di pipiku.kurasakan kehangatan dan kelembutan telapak tangan Ibu.

Aku merasakan setetes air mata jatuh ke-tangan Ibu. Dan setelah kusadari, aku telah menangis dihadapannya.

"Kumohon jangan berkata seperti itu. Aku senang Okaa-san berada disampingku, bagiku selama Okaa-san tidak meninggalkanku sendirian,aku sudah bersyukur. Jadi kumohon jangan mengucapkan hal itu lagi." Ucapku,seraya terisak-isak.

Ibu menganggukan kepalanya lemah,setelah itu dia menghapus air mata yang mengalir di pipiku.

Sudah bertahun-tahun ayah meninggalkan kami berdua.Semenjak mereka bercerai,Ibu mengalami sakit yang cukup parah.Aku merawat Ibu mulai dari usiaku 7 tahun sampai sekarang. Pada awalnya,Ibu tidak memberitahu tentang perceraian mereka berdua,setiap kali aku bertanya keberadaan ayah,Ibu selalu menjawab,ayah akan segera pulang.

Aku yang masih seorang anak kecil percaya akan perkataan Ibu,dan setiap hari aku terus-menerus menunggu kepulangan ayah. Sampai pada akhirnya, ketika sekarang aku sudah tumbuh remaja,akupun tahu bahwa,ayah tidak akan kembali hadir didalam kehidupan kami.

Aku mengalihkan perhatian kearah jam dinding.kemudian,Akupun segera bangkit berdiri setelah tahu,aku akan terlambat masuk sekolah.

"Okaa-san aku berangkat dulu."

Ibu mengangguk,tersenyum lembut kepadaku. "Berhati-hatilah dijalan."

"Ya." Balasku Singkat,sambil memasukan kedua kakiku kedalam sepatu.

Sebelum aku keluar dari rumah,sekali lagi,aku melihat kebelakang menatap lembut kearah Ibu yang sudah kembali terbaring.

"Ittekimasu." Ucapku lirih, yang mungkin tidak didengar oleh Ibu.Sesudah itu aku bergegas pergi ke sekolah.

Kini,aku melangkahkan kaki di tepi jalan raya melewati banyak orang yang sedang berlalu-lalang kesana-kemari,ada yang menggunakan kendaraan, ada pula yang berjalan kaki.

Pagi hari, Kota Konoha akan selalu dihiasi oleh bunga sakura yang bermekaran disepanjang jalan,membuat kota ini tampak indah nan sejuk.

Namun ada satu hal yang tidak aku sukai saat pergi ke sekolah,yaitu Matahari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang