Part spesial

19 3 0
                                    

Rania Afiska POV

Biarkan, aku jelaskan. Awal pertemuan kita juga akhir dari hubungan ini.

Dia, Arfa Ardinata. Cowok saat MOS yang terkenal jail juga murah senyum. Awal ia masuk, sudah banyak yang mengenalnya.

Supel, juga lucu. Hobinya memotret pemandangan. Itu, aku tau setelah stalk akun media sosial yang diberitahukan salah satu temanku.

Awalnya kagum, hingga rasa kagum merambat menjadi cinta. Jujur, aku pernah minder.

Ketika tahu bahwa banyak kakak kelas yang mendekati Arfa.

Hingga, saat pertama kali kita bertemu. Bukan, ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Namun, pertama kalinya ia menyadari kehadiranku.

"Rania, yak?" Dia melihat papan nama di seragam samping kanan.

"Iya."

"Lo anak yang pintar itu, 'kan? Dapat rangking satu paralel."

balasanku saat itu hanya mengangguk. Aku menunduk tak berani menatapnya.

"Kenalin, gue Arfa Ardinata."

Dia mengulurkan tangannya, lalu aku membalas dengan sedikit ragu. Jujur, tanpa harus berkenalan. Aku juga kenal.

"Ajarin gue soal-soal ini, yak!" Pintanya tiba-tiba dengan semangat.

Aku melihat lembaran demi lembaran. Lalu mengangguk, seketika ia jingkrak-jingkrak kesenangan.

"Iya, nanti Ra bantu."

Hubungan kami saling dekat, hingga saat semester dua dimulai.

Ia menarik tanganku dan menggandeng sambil berlarian. Ku tatap lekat jemarinya yang berpautan dengan jari-jari ku.

Jujur, ada sedikit degupan di sini.

"Ada apa, Fa?"

Dia melepaskan tautannya, lalu mengatur deru nafas.

"Lagian, ajak Ra lari-larian."

Aku sodorkan minuman yang kubawa sedari tadi. Ini adalah jam olahraga, tapi ia bawa aku dengan memohon-mohon.

"Lo, mau nggak. Jadi pacar gue?" Ujarnya sambil ngasih minuman tadi.

Sedikit tersentak, tapi tak ambil pusing. Dia, tukang bercanda yang kelewat bercanda bagi ku.

"Gimana?"

"Apanya?" Tanyaku balik.

"Mau nggak?"

"Arfa, mau beliin Ra pita? Mau kok."

Dia nampak muram, lalu menyentil dahiku.

"Gue suka sama lo, mau nggak jadi pacar gue?"

Tatapannya sangat serius, juga jarak diantara kami yang sangat dekat. Mungkin Arfa dapat mendengar degup jantung ku.

Hanya anggukan, saat ini hanya itu yang bisa aku jawab. Malu.

"Nah, gitu dong. Uluh-uluh Fa jadi sayang." Dia hampir memelukku, tapi aku menghindar.

"Jangan buat Ra berubah fikiran."

Dia menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

Hubungan kami, bisa dibilang tak ada masalah. Hanya perdebatan kecil. Seperti saat aku ingin memakaikan pita kerambut dia.

Dan, dua tahun berlalu. Hingga kejadian di pantai terjadi. Karna saat itu hari minggu. Ku ajak ia kepantai, tapi tak ada yang tahu. Hingga hubungan kita kandas begitu saja.

Saat ini, ku lihat ia terduduk dengan tatapan yang fokus kebuku novel favoritnya.

Anak kurang pintar bukan berarti tak pernah membaca. Arfa bisa kuakui selain dia mempunyai hobi memotret ia juga mempunyai hobi membaca.

Tapi, membaca buku novel dan komik bukan buku pelajaran.

Hingga saat ini, mungkin masih banyak hal yang tak aku ketahui darinya.

Bahkan, pernah aku bertanya tentang masa lalu dan kisah cintanya dulu. Namun, hanya celotehan aneh yang biasa ia keluarkan. Sesekali mengalihkan topik.

Segala suatu tentang dirinya, aku menyukai. Tapi, ia mungkin tak bisa percaya denganku.

Yang aku ketahui, dia cowok yang selalu tersenyum dan terlihat asik bagi semua orang. Termasuk diriku.

Juga cowok yang gampang lelah dan berkeringat, yang kadang membuatku terkekeh. Pernah ku kasih julukan 'biang keringat' ia hanya tertawa mendengar nya.

"Ra, jangan di perpus mulu. Gue bosan," ujar Arin disebelahku dengan wajah yang ditekuk.

"Tapi, Ra ...."

Arin menarik pergelangan tanganku, membuat sosok Arfa tak lagi di hadapanku.

"Udah yok!"

Hingga kulihat suatu benda berkilau di lantai.

"Sebentar." Ku lepas tangan Arin. Lalu ku ambil benda itu.

Benda, yang tak asing dan pernah ku lihat, sepertinya.

"Apa, Ra?" Arin ikut melihat benda tersebut.

Liontin itu ...

***

Ini part spesial dan juga terpendek yang saya buat, dan juga POV Rania pertama.

Selanjutnya tetap Author.

Mantan KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang