11

70.6K 7.5K 732
                                    

Sudah 3 hari Aksa bekerja di ruangan yang sama dengan Fau. Kalau di kampus vibes Aksa lebih terlihat seperti mahasiswa santai tapi berambisi ingin lulus cepat-cepat dengan IPK 4. Beda lagi saat di kantor, mungkin faktor kedewasaan pria itu yaa memang terlihat seperti pekerja kantoran. Hanya saja dia terlihat unggul dibandingkan Fau. Baru 3 hari Aksa sudah mengumpulkan beberapa pegawai wanita yang sengaja mondar mandir berkunjung ke TKW1 dengan berbagai alasan. Salah satunya Maya yang mengajak Fau makan siang, tetapi Maya juga mengajak Aksa yang notabene nya satu ruangan dengan Fau.

            "Jangan pesan yang pedas," kata Aksa mengingatkan Fau. Alhasil batallah sudah ceker setan menu baru di kantin ini. Maya dan Stefani saling bertatapan.

            "Kalian saling kenal sejak kapan?" tanya Maya penasaran. Dari tadi dia memperhatikan interaksi antara Aksa dan Fau yang sangat dekat. Kalau dibilang hanya sebatas teman seruangan sih kurang afdol, apalagi saat melihat mereka berdua berbagi tumbler.

            Fau mencoba mengingat-ingat momen itu, "waktu SMA gak sih? Atau sebelumnya udah pernah ketemu?" tanya Fau pada Aksa. Mereka memang berkenalan saat SMA, tetapi Fau lupa apakah sebelumnya sudah pernah bertemu secara kedua orang tua mereka teman dekat.

            "Kayaknya SMA deh," jawab Aksa.

            "Wah udah lama banget," seru Maya.

            Obrolan terus berlanjut hingga makanan mereka datang. Fau terpaksa makan tanpa sambal karena larangan Aksa. Entah itu berlebihan atau tidak, padahal menurut Fau kalau dibatasi tidak masalah. Tetapi kalau menurut Aksa lebih baik tidak sama sekali. Katanya, "9 bulan tanpa sambal bagus buat si bayi agar besar nanti gak akan jadi anak yang tempramen." Fau yakin Aksa pasti hanya mengarang bebas.

            "Bentar ya," kata Aksa. Pria itu berjalan ke arah ke toilet.

            "Astaga Fauuuuuu," seru Stefani histeris. Stefani yang mendengar desas desus tentang pendatang baru di kantor pusat mengacungkan jempol kepada Fau.

            Maya menatap Fau penuh harap, "Fau... si Aksa sudah punya pacar belum?"

            Stefani menghela nafasnya berat, sementara Fau menghela nafasnya kesal. Inilah alasannya kenapa setiap sedang kumpul-kumpul jangan hadir dan main ponsel saja. Mau topik pembicaraan yang gak penting sekalipun tetap harus disimak. Padahal dulu saat mereka lagi kumpul-kumpul Fau dan Stefani pernah membahas tentang Aksa yang bikin heboh kantor pusat, Maya juga ada di sana tetapi sibuk dengan ponselnya.

            "Sudah nikah mbakkkkk," jawab Fau geregetan. Stefani yang sudah pernah dipamerkan cincin pernikahan memilih untuk menyimak.

            "Serius kamu?!!!" kaget campur kecewa. Padahal Maya sudah berharap ingin dikenalkan pada pria itu sampai rela-relain ngebujuk Fau untuk ajak Aksa makan siang sama-sama.

            "Oh iya Fau kan kenal Aksa sudah lama. Tahu gak siapa istrinya Aksa? Atau kerja di mana? Mereka sudah punya anak?" Fau harap Maya tidak akan kecewa setelah bertanya.

            Fau memamerkan senyumnya. Sambil mengetuk-ngetuk meja Fau berkata, "istrinya Aksa juga kerja di perusahaan kontraktor, istrinya juga kerja di sini. Sebentar lagi mereka mau punya anak."

            Stefani berusaha berakting dengan baik. Dia menikmati momen Fau mengerjai Maya. Sementara Maya mulai memupuskan harapannya.

            "Istrinya yang mana sih?" tanya Maya.

            "Aku," kata Fau sambil menunjuk dirinya.

            Maya tak percaya, tetapi sedetik kemudian dia menangkap cincin yang berada di jarinya Fau. Heboh sudah meja mereka. Fau menyuruh Maya agar tidak berisik. Malu di lihat yang lain karena membahas satu cowok. Untung saja Aksa lama di toilet, sehingga mereka bisa membicarakan pria itu dengan leluasa.

Same Office with Wife (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang