Aku dan kedua sahabatku yang unik unik ini berjalan di koridor menuju kantin. Seseorang menghampiriku "hai Ren" sapa orang itu. Aku tau dia Dyaz ya gimana gatau orang dia selalu heboh diomongin anak anak cewe di sekolahku.
"Eh hai, kenapa?" Sapaku balik menunggu jawaban dari si Dyaz yang mengganggu jam istirahatku "Ini buat lo, eh bagi id line dong?atau apa gitu? Boleh gak?" Semua mata melihat kearahku dan Dyaz yang mengasihku bunga dan coklat halah basi banget.
"Ogah" Aku menggandeng kedua sahabatku lalu pergi melaluinya tanpa mengambil bunga dan coklat darinya, bukannya sombong tapi aku tau sifatnya anak anak cowo di sekolahku. Apalagi kaya Dyaz.
"Ahelah Ren kenapa gak diambil ajasih!! Sayang banget loh kan banyak yang suka sama Dyaz" baru aja duduk udah di samber Sabil "Ya gak gitu dong bil, kalo Renia gasuka gausah dipaksa. Dyaz juga playboy kan" kata Fero dengan suara yang halus, bukannya gak tegas tapi kalau ngomong sama Sabil harus dengan nada yang halus nanti dia akan salah paham.
Dyaz emang Most wanted man di sekolahku tapi setelah Fero. Sifat Fero yang dingin, gak banyak tingkah, dan menunjukkan perhatiannya ke aku dan Sabil membuat wanita wanita disekolahku menginginkan posisi jadi kita. Sedangkan Dyaz selalu mencoba mengungguli Fero tapi tetap aja Fero gabisa di saingi siapapun kecuali sama pak Levine. Ha? Tunggu? Kok jadi pak Levine? Aku menggeleng gelengkan kepalaku. Gak pasti salah denger.
"Udah ah gausah berdebat, makan nih nanti keburu bel" benar kan baru beberapa suap bel sudah bunyi.
"masih laper nih" Fero melirikku yang memdumel sendiri "masih laper Ren? Makan dulu gih nanti gue yang izinin" Fero salah satu murid yang selalu diandalkan guru guru disekolahku jadi selama ada Fero aku dan Sabil selalu tenang kalau ada masalah.
"Gausah deh, yuk masuk".
Aku mengingat kejadian kemarin yang bertemu dengan pak Levine entahlah tibatiba pikiranku jadi ke pak Levine, mungkin karna aku takut kalau ketemu dia nanti bakal cerita masalah yang hari Selasa ke eyang.
Tapi kenapa aku gak liat guru itu ya. "Renia?" Tegor bu Tiza di sampingku.
"Eh iya bu ada apa?"
"Kamu sakit Ren?" Tanya bu Tiza halus.
"Ngga kok bu, aku gapapa"
"Oh yaudah kita lanjutkan pelajaran, kalian kerjakan tentang pengertian Norma Norma" bu Tiza salah satu guru yang selalu ngasih tugas ke anak muridnya tapi dia selalu bersikap baik kepadaku karena aku murid yang selalu dapat nilai tinggi dipelajarannya sombong sedikit maaf ya.
--Sampai dirumah aku langsung kekamarku. Eyang kakung dan eyang putri lagi ketemuan dengan teman teman lamanya.
Bosen
Hanya satu kata yang mendeskripsikan keadaanku sekarang. Kenapasih aku selalu kesepian kaya gini. Aku merebahkan diriku kekasur da mataku mulai tertutup dan memasuki alam mimpi.
"Non bangun non" kata Mira dengan sedikit berteriak. Mira salah satu yang bekerja di rumah eyang dan umurnya diatasku dua tahun, dia juga anaknya pak Didi.
Aku melirik jam yang ada di nakas samping tempat tidurku, belum ada 4 menit aku tidur tapi udah dibangunin.
"Non tadi eyang putri sudah menghubungi non tapi gak ada balesan dari non Renia. Akhirnya eyang putri menghubungi rumah katanya eyang putri dan eyang kakung gak pulang, mereka nginep dirumah sababat lamanya non. Non makan dulu ya makanan sudah siap" aku memandang Mira bingung, Mira berbicara terlalu panjang. Tanpa sadar badanku terhuyung kebelakang dan siap untuk melanjutkan tidurku lagi. Tapi Mira terus berusaha buat ngebangunin aku, akhirnya aku nyerah dan ikut Mira keruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
my beloved teacher
Short StoryMatematika !!!! kenapa dengar nama itu membuatku pusing selain susah aku selalu mendapat guru yang membosankan. Ditambah sekarang aku punya guru yang bernama LEVINE RIVERA -Guru yang sangat sangat sangat menyebalkan yang mengajar matematika- Guru...