Chapter 15

3.2K 362 47
                                    


Setelah rapi dan siap untuk berangkat ke kantor, Alen pun keluar dari kamarnya. Saat melewati dapur, dia mencium aroma yang sangat harum dan membuat cacing dalam perutnya berteriak.

"Kau sudah mau berangkat, Alen?" tanya Xiao Zhan sambil meletakkan piring di meja makan.

"Iya. Apa kau mau ingin dibelikan sesuatu saat aku pulang nanti?"

"Tidak. Aku bisa membelinya sendiri nanti di pasar." jawab Xiao Zhan.

"Kau yakin?" tanya Alen memandang Xiao Zhan. "Ingat yang dikatakan dokter. Kau tidak boleh terlalu lelah dan tidak boleh banyak pikiran."

"Iya, kau tenang saja." ujar Xiao Zhan tersenyum. "Anu... bolehkah aku minta tolong sesuatu?"

"Katakan saja."

"Bisakah kau berikan ini pada Yibo?" tanya Xiao Zhan seraya menyodorkan kotak bekal pada Alen. "Aku khawatir dia tidak makan dengan teratur karena perutnya sangat sensitif. Tidak semua makanan bisa masuk ke dalam perutnya."

"Kenapa tidak kau berikan saja sendiri?" tanya Alen heran. "Aku bisa mengantarmu."

"Aku tidak bisa," jawab Xiao Zhan lirih lalu menundukkan wajahnya. "Saat Bibi mengusirku, Bibi melarangku untuk menginjakkan kaki di rumah itu lagi. Jadi aku tidak mungkin datang ke sana lagi."

Alen menghela napas panjang. Dia mengangkat wajah Xiao Zhan, hatinya sedih dan sakit saat melihat air mata menggenang di mata orang yang dikasihinya.

"Baiklah, aku akan memberikannya pada Yibo. Tenanglah. Jangan terlalu banyak berpikir, ingat bayi di perutmu." ujar Alen mengusap air mata yang berhasil lolos di pipi Xiao Zhan. "Jangan menangis lagi, ya."

Xiao Zhan tersenyum tipis. Dia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Alen. Jika tidak ada Alen mungkin sekarang dirinya dan bayi dalam kandungannya harus tinggal di jalanan. Berkat bantuan Alen, dia mendapatkan tempat untuk tinggal. Dan sudah seminggu lebih dia tinggal di vila tepi pantai milik Alen.

Pagi hingga sore hari Xiao Zhan hanya tinggal sendirian di vila itu. Dan malam harinya ada Alen yang menemaninya. Tiap dua hari sekali memang ada orang suruhan Alen untuk datang membersihkan vila sekaligus mengantar setok bahan makanan sehingga Xiao Zhan tidak perlu repot-repot pergi ke pasar.

"Ayo kita makan," ujar Alen lembut. "Bayimu pasti juga sudah lapar."

"Bayiku atau kau yang lapar?"

"Keduanya," jawab Alen tertawa lebar.


===***===


Sebuah mobil sport warna merah memasuki halaman kediaman keluarga Wang. Seorang pemuda tampan dan memiliki titik hitam di bawah bibir itu keluar dari dalam mobil. Pemuda itu melangkah memasuki rumah keluarga Wang yang disambut oleh kepala pelayan.

"Tuan Muda Fang, selamat datang."

"Pak Lee, sudah lama tidak bertemu."

"Benar, Tuan Muda Fang. Bagaimana kabar Tuan Muda Fang?"

"Kabarku baik, Pak Lee," jawab Alen tersenyum ramah. "Apakah Yibo ada di rumah, Pak Lee?"

"Ada. Mari saya antarkan ke kamar Tuan Muda."

Alen pun mengikuti langkah kepala pelayan itu. Setibanya di depan pintu kamar, Pak Lee beberapa kali mengetuk pintu dan mengatakan bahwa Alen ingin bertemu. Namun tak ada sahutan dari dalam kamar.

"Yibo keluarlah!" panggil Alen. "Aku membawa pesan dari Xiao Zhan!"

Tanpa menunggu waktu lama pintu kamar yang sejak tadi tertutup akhirnya terbuka. Betapa terkejutnya Alen melihat kondisi Yibo. Pemuda di hadapannya itu terlihat lebih kurus dibandingkan terakhir kali mereka bertemu. Rambutnya acak-acakan, kumis dan jenggot tipis mulai terlihat di wajah pemuda itu.

Kaulah Belahan Jiwa KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang