Bab Nine

8.9K 947 86
                                    

Sasuke menatap Sakura yang sedang diperiksa oleh Sasori dengan kening yang sedikit mengkerut. Kedua tangan pria itu bersedekap. Meski wajahnya datar, tapi mata onyxnya terlihat sedikit khawatir.

"Aku akan memasang infus lagi." Sasori menahan kekesalannya. Entah karena melihat gadis berambut lembut itu terlihat mengenaskan atau karena mendapat dampratan Sasuke saat dirinya sedang melakukan operasi di rumah sakitnya, "Jika demamnya tidak turun selama dua puluh empat jam, bunuh saja dia sekalian!"

Sasuke langsung memberi Sasori tatapan mematikan andalannya. Ucapan sarkas dari dokter andalannya itu entah kenapa terasa sangat menyebalkan.

"Sudah tahu dia baru sembuh tapi sudah digempur saja! Tubuh gadis ini lemah. Dalam hasil pemeriksaanku dia kerap mendapatkan kekerasan fisik. Kalau kau ingin berperilaku seperti hewan lihat-lihat dulu patner mainnya!" omel Sasori. Pria itu lupa dengan siapa dia berhadapan. Yang jelas, jiwa dokternya memberontak melihat kemalangan dari gadis yang beberapa kali dia rawat. Tubuh perempuan itu masih lemah, banyak juga bekas-bekas kekerasan yang terlihat, apakah Sasuke saat bercinta memakai kacamata kuda hingga tidak bisa melihatnya?

"Kau ingin kepalamu lepas?" desis Sasuke dengan nada rendah.

"Otakmu yang sepertinya perlu di laundry kan!" Sasori bertolak pinggang menghadap Sasuke, dia menyerahkan kertas diagnosis pemeriksaan Sakura pda Sasuke, "Baca dengan teliti! Itu hasil pemeriksaan yang kau inginkan!"

Sasuke menyahut kertas itu. memang benar dia meminta Sasori memeriksa Sakura secara keseluruhan saat di vilanya dulu. Dan karena banyak kejadian yang menimpanya, Sasori menunda memberikannya.

"Untuk sementara jangan melakukan hubungan badan dengannya sampai tubuhnya kembali pulih. Jika kau benar-benar menyukainya rawat dia dengan baik. Jangan hanya mengambil enaknya saja!"

Sasuke tak menghiraukannya. Dia terfokus pada tulisan-tulisan dalam kertas yang dia pegang. Beberapa kali terpaku saat membaca hal yang sedikit mengejutkan.

"Apa data-data ini tidak salah?" Tanya Sasuke.

"Hasil pemeriksaan memang begitu. Bekas luka di tubuhnya memang hasil kekerasan."

Dahi Sasuke mengkerut, "Apa kekerasan yang dia terima cukup parah hingga banyak meninggalkan bekas?"

"kelihatannya begitu. Meski luka itu sudah pudar, tapi bekas itu tetap terlihat jika kita jeli melihatnya. Luka terbanyak ada di tubuh bagian belakang." Jelas Sasori, "Sepertinya dia mempunyai kehidupan yang sulit."

Sasuke tak lagi menjawab, matanya masih fokus membaca hasil pemeriksaan fisik tubuh Sakura.

"Untungnya dia tidak mempunyai luka dalam." Kata Sasori setelah cukup lama terjebak hening.

"Kau sembuhkan saja dia." Kata Sasuke sembari melempar kertas itu pada Sasori lagi, "Aku harus pergi mengurus sesuatu."

Sasori tampak keberatan. Dia memandang kesal Sasuke yang pergi seenaknya, "Aku juga punya pekerjaan lain, sialan! Pasienku bukan hanya gadis ini!"

"Suruh saja beberapa perawat di rumah sakitmu untuk merawatnya." Sasuke menghentikan langkah sejenak saat berada di depan pintu, "Ingat, harus yang berpengalaman dan bisa menjaga rahasia."

Blam!

Sasori menghela napas pasrah. Dia mengurut keningnya. Kepalanya terasa pusing memikirkan tingkah Sasuke yang selalu menyebalkan. Dan dia tidak pernah bisa menang berhadapan dengan teman sekolahnya itu. Benar-benar suka sekali merepotkan orang.

.
.
.

"Tuan."

Sasuke tidak menimpali sapaan-sapaan dari para karyawan kantor yang di kelola oleh adik angkatnya. Dia tetap berjalan tak acuh dengan wajah dingin dan tatapan tajam. Mengabaikan tatapan memuja yang dilayangkan oleh para karyawan wanita yang melihatnya.

Mr. Mafia : I'm Yours, Sir. |SasuSaku|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang